Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

E I G H T E E N [Repost]

     ASTROFIGHT, adalah bagian lain dari mimpi burukku. Bagian lain dari perkumpulan Lichas yang tak ingin kulihat. Kemampuan Kadarius yang berada di luar nalar...

     Seharian itu aku mengurung diri di kamar. Pertama karena satu alasan yang sudah jelas—aku tak sanggup bertemu siapapun, kalau pada akhirnya diharuskan untuk melihat pendar kemampuan yang janggal. Kedua, aku butuh waktu seorang diri. Untuk merenungi sikapku, untuk mencari celah yang bisa kupergunakan untuk pergi.

     Tak ada yang menyeretku untuk keluar selama itu, kutebak mereka membiarkan aku bebas selama sehari ini sebelum mulai membuatku menderita. Ya, rencanakan saja langkah-langkah yang mesti kuambil sesuka kalian. Kita lihat sampai mana mereka akan tahan denganku.

     Aku masih meringkuk di sofa, menatap kosong ke pemandangan luar yang gelap gulita sembari mengisap tulang ayam sisa makan malam. Bertanya-tanya apa yang sekiranya saat ini aku lakukan andai saja petaka Arcade Sector Wan tak pernah terjadi. Mungkin saat ini aku menunggu seminggu yang akan datang dengan tak sabar, berkeinginan untuk menonton keseluruhan babak pertandingan Radeon dan satu minggu lagi untuk Perayaan Perdamaian yang sebenarnya.

     Selama akhir bulan dari Perayaan Perdamaian para Albercio diberi kesempatan langka untuk pergi ke Chrone—mendapatkan sambutan yang mewah dari Sang Canavaro sendiri, tetapi sebelum itu keempat Albercio akan mengadakan tur singkat mengelilingi Pheasen. Tujuan dari tur itu adalah tidak lain untuk mewakili simbol bahwa keempat Sector telah bersatu, berdamai.

     Aku dan Acres selalu menanti tur itu karena dengan dimulainya tur para Albercio, maka berakhir sudah Perayaan Perdamaian. Dengan itu, kami akan kembali ke dalam kehidupan yang sebenarnya. Tidak ada lagi kepalsuan, tak ada lagi kebencian atau seperti itulah yang ingin pikiran kami percayai.

     Acres. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan sekarang di Sector Dva. Mungkin bekerja gila-gilaan di lab baru yang lebih canggih daripada ruangan tersembunyi di rumah kecilnya di Sector Tres. Kerja gila-gilaan tidak bagus untuknya tetapi aku seharusnya tidak terlalu khawatir, sebab dia sudah berkata padaku kalau dia tidak akan mengulangi kesalahannya di masa lalu. Acres akan memperhatikan empat—tidak, Leah sudah tiada—tiga adiknya. Bahwa dia juga akan memperhatikan dirinya sendiri...

     Aku buru-buru mengusap mata yang tiba-tiba terasa pedih. Aku tahu. Aku tahu, tidak mudah melepaskan Leah. Untukku saja sudah berat apalagi Acres.

    Aku sama sekali tidak ingin berbaring di atas kasur nan empuk, tetapi aku sendiri tahu, aku ini butuh tidur untuk bisa bangun besok pagi. Dulu ketika aku seperti ini, cemas dan tidak bisa tidur. Avgustin akan menemaniku, mengelus kepalaku dan tidak berusaha untuk mengatakan kata-kata bodoh seperti: 'Kau akan baik-baik saja' atau 'Aku tahu apa yang kau butuhkan' atau yang lainnya. Dia hanya akan duduk di kursi umur delapan tahunku, berusaha keras untuk tetap menjaga matanya agar tidak menutup, sementara tangannya yang hangat menciptakan semacam kenyamanan di antara rambutku.

     Aku seharusnya tak mengingat-ingat lagi masa itu, tapi memang sekiranya itulah yang kubutuhkan. Supaya aku tak terlalu merasa sendirian, supaya aku bisa melupakan keterlibatan Avgustin, supaya aku bisa memupuk harapan. Harapan yang mustahil kucapai dengan mudah.

     Pikiranku sedang jauh mengembara, saat tiba-tiba lampu peringatan di kamarku menyala. Menyinari seisi kamar dengan warna biru menyakitkan mata. Aku bergegas, meludahkan tulang ayam sembarangan ke lantai.

     Tanda bahaya.

     Mudah saja menebaknya karena di Sector Tres sering diadakan simulasi semacam ini. Hanya saja kali ini, kupikir kali ini bukanlah simulasi belaka.

     Ada satu kesamaan dalam hal ini. Aku tak mau terjebak sendirian dalam Trib. Tidak. Membayangkannya saja sudah membuat perutku bergejolak.

     Aku berlari ke arah pintu, menekan benda bodoh di pelipisku. Holo membutakan mataku sebentar, diikuti oleh suara. "Akses tidak diterima. Akses berubah. Akses berubah."

     Sial!

     Aku takkan kehilangan akal. Jangan sampai. Aku mengubah Jadrové menjadi kabel transisi. Dengan tangan gemetaran aku meraba-raba pada bagian samping pintu. Server pintu biasa di pasang dekat sini. Tak lama kemudian aku menemukan cekungan itu, tanpa ragu aku menekannya. Kabel-kabel, tombol serta layar hologram berisi nomor serta angka menampakkan mukanya di hadapanku. Aku menggigit bibir, memutar otak, aku tak bisa sembarangan menghubungkan kabel transisi antara server dengan Gamma di pelipisku. Salah sedikit saja, bisa-bisa aku sendiri yang akan konslet.

     Aku menggigit bibir. "Baiklah, keparat! Cara manual kalau begitu."

     Jadrové kuubah menjadi sarung tangan anti setrum. Satu kabel berhasil kulepas bersamaan dengan munculnya denging pada telingaku. Seakan-akan kubah Glass Gate saat ini berada teramat dekat denganku. Aku terkesiap, otomatis meringkuk, mengais-ngais daun telinga begitu denging itu tak kunjung hilang.

     Hentikan. Hentikan.

     Denging itu memang berhenti tapi sekarang ada suara dalam kepalaku, memanggil namaku berulang kali—panik. Butuh sepersekian detik bagiku untuk menyadari bahwa suara itu berasal dari Gamma. "Ellie!?"

     Aku menghela napas patah-patah. Kepalaku berpusing, masih belum bisa sepenuhnya meredakan dampak dari denging barusan. Lampu peringatan makin terang nyalanya, menyakitkan mata. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak membentak. "APA!?"

     Suara itu balas membentak. "Diam dalam Tribmu! Apapun yang terjadi, jangan keluar dari sana, atau setidaknya jangan coba—"

     "Kenapa tidak!" Pernyataan bukan pertanyaan. Aku menegakkan badan kembali fokus pada kabel-kabel.

     "Jangan keras kepala!" balas Ravi meraung, suaranya bergema ke sesisi kepalaku. Mau tak mau membuatku meringis. "Ada sepasukan UrsaMayor yang sedang menuju kemari, menurut laporan Aviator mata-mata dari keempat Sector. Canavaro Sector Wan mengerahkan UrsaMayor ini untuk mencari—sial! belum diketahui pasti bagaimana mereka bisa tahu akan keberadaan kami. Namun yang terpenting mereka sedang menuju kemari dan KAU," Ravi menggeramkan kata itu, "sebaiknya menuruti apa yang tadi—"

     Aku menekan Gamma, menonaktifkannya. Menggunakan tanganku yang lain untuk menutup mulut, demi menyembunyikan seringaian lebar yang tiba-tiba muncul.

     UrsaMayor!

     Detak jantungku berpacu lebih cepat, kali ini bukan disebabkan rasa takut tapi oleh adrenalin. Aku tak mengira bisa sebahagia ini mendengar kata UrsaMayor. Kalau mereka ada disini, itu merupakan jalan yang bagus untukku. Mereka pasti memaklumi aku, mereka pasti mengenaliku sebagai warga Sector Tres.

     Berbagai skenario berkeliaran di pikiranku.

     Aku bisa mengatakan pada mereka bahwa aku diculik, takkan ada masalah sebab aku tak sepenuhnya bohong. Jika mereka tak percaya, aku tinggal meminta dipanggilkan Acres, dan ya, tepat seperti itu ... masalah yang paling utama selesai, aku tak perlu lagi berada di sekeliling orang aneh ini.

     Hanya satu masalah kecil yang tersisa.

     Aku melirik setiap sudut ruangan, bisa membayangkan pelototan murka Ravi hanya dari kamera-kamera itu.

     Aku memamerkan gigi-gigiku, mengokang Jadrové yang sudah kuubah menjadi Sequoia. "Ciao adios!" bisikku tanpa penyesalan.

     Server menyemburkan percik-percik api dari kabel yang rusak, segera memadamkan keseluruhan sistem di dalam Trib, termasuk kamera dan lampu-lampu. Pintu seketika terbuka tanpa ribut-ribut.

     Aku menyelinap, bergidik saat angin dingin menerpa wajahku, mataku jelalatan mengamati sekitar. Anehnya sekelilingku sunyi, bahkan kelipan sudut Trib Pusat juga tak kelihatan. Aku mamakai Jadrové yang saat ini berbentuk goggle—untuk membantu mataku melihat dalam kegelapan. Tak terlihat sesosok Lichas pun. Bukannya aku keberatan. Bagus malah.

     Aku mengambil ancang-ancang untuk melompat ke atap Trib, berniat mengambil rute jalan yang berlawanan dengan yang kemarin aku dan Avgustin tuju. Karena Gamma saat ini kunonaktifkan, andalanku satu-satunya saat ini hanyalah insting serta Jadrové kesayanganku.

     Seperti yang aku duga, aku bisa memanjat hingga mencapai atap Trib dengan mudah, lalu tanpa ragu-ragu mulai melompat dari satu dahan ke dahan lain. Berusaha semaksimal mungkin untuk bergerak cepat tanpa suara.

     Aku tahu bahwa aku telah mengambil jalan yang benar, karena beberapa meter dari tempatku berdiri, aku melihat lampu-lampu dari badan FlyMobs hilang timbul di antara rimbunan dedaunan. Mereka sudah dekat, aku sudah dekat dengan kebebasan. Mustahil untuk tak merasa girang bukan kepalang, saat menyaksikan satu UrsaMayor turun dari FlyMobs di atas, armornya yang sewarna dengan emas berpendar indah dalam keremangan malam, berdenyar seiring gerakannya yang seperti kucing.

     Bilah Jadrové berkilat, diterangi cahaya bulan merah, aku memperhatikan permukaannya yang memantulkan mata serta seringaian sintingku. Aku menghela napas, tak ada lagi waktu untuk memikirkan rasa pedih.

     Aku membuka mata lebar-lebar, menyaksikan dengan sendirinya bagaimana bilah Jadrové menorehkan sayatan melintang di sepanjang perut. Pada goresan pertama, rasa sakitnya masih bisa kutahan. Namun begitu sampai ke pertengahan, kepalaku berkunang-kunang, aku tak sanggup lagi menatap. Satu-satunya hal yang benar kulakukan adalah menggigit bibirku kuat-kuat supaya tidak mengeluarkan pekik kesakitan.

     Begitu selesai, aku sudah jatuh berlutut. Merasakan darah menetes dari luka terbuka. Dengan tangan gemetar, aku mencolek darah yang merembes, mengusapnya pada leher dan wajah. Sekalian juga rambut.

     Bau yang sudah tak asing memasuki indera penciumanku. Aku mesti menarik dan menghembuskan napas beberapa kali supaya tidak muntah. Perlahan aku berdiri dari pose berlutut. Merasakan lukaku merenggang selagi aku menegakkan tubuh. Menyadari dengan was-was. UrsaMayor yang tadi kulihat hanya tinggal beberapa meter jaraknya dariku. Sepertinya dia menunggu UrsaMayor yang di atasnya untuk turun.

     Aku mengecap-ngecap rasa darah di mulut, memutar Jadrové di udara. menyampirkannya asal-asalan ke rambutku. Aku bergerak perlahan sekarang, karena luka di perutku sudah mulai terasa perih, belum lagi aku mesti melakukan langkah selanjutnya.

     Langkah yang jauh lebih gila.

     Aturannya sederhana, kalau mau membuat UrsaMayor percaya, buat dirimu amat sangat meyakinkan. Buat mereka tak bisa memutuskan mana yang salah dan benar.

     Jikalau Acres saat ini berada di sisiku, dan mendengar omong kosong pikiranku. Aku tahu apa yang akan dia katakan. Bukannya melarang atau membujukku supaya tidak melakukannya. Acres akan berkata, "Ide bagus. Akan lebih baik kalau kita melakukannya bersama."

     Ya. Saran yang lumayan menghibur, Acres. Sekarang aku sendirian dan benar-benar gemetar hebat—seberapa keraspun aku mencoba untuk tidak begitu.

     Tapi apa peduliku? Kalau aku melakukan hal ini demi Acres ...

     Teman si UrsaMayor pertama sudah sampai. Aku takkan menunggu sampai datang lebih banyak UrsaMayor

     Sekonyong-konyong aku teringat akan gemuruh penonton di arena saat pertarungan Kadarius dan Xaya tadi pagi. Dan sekarang sorak-sorai itu bergema di telingaku, mengompori maksudku. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali! Hal ini takkan jadi masalah. Persoalaan yang enteng, segalanya enteng. Kosongkan pikiran, jangan hiarukan cengkraman sepatu yang perlahan terlepas dari dahan kayu, biarkan angin myambut, tak lama lagi tanah juga. Sakitnya hanya sebentar.

     Aku takkan mati.

     Aku takkan mati 'kan?

     Aku akan mati.

     Benturan itu menyemburkan keseluruhan udara dalam paru-paruku. Rasanya ada yang retak ...

     Selama sesaat yang terasa seperti selamanya aku hanya bisa berbaring, meringkuk seperti bola bulu. Memikirkan lagi bagaimana cara untuk bergerak dan bernapas. Samar dalam kabut berdarah aku melihat armor emas, merasakan tangan-tangan membalikkan tubuhku, sehingga aku kini berbaring terlentang. Segalanya buram. Jemari si UrsaMayor yang dingin meraba-raba leherku, mengecek nadi.

      Dia berkata ke UrsaMayor yang seorang lagi—yang terbengong di belakangnya, berteriak lebih tepatnya. Aku hanya mendengar beberapa patah kata seperti 'cepat' dan 'dia masih hidup' sebelum dengan helaan napas lega, memejamkan mata. Kalaupun mereka memutuskan untuk membunuhku, takkan jadi masalah. Aku sudah sekarat.

     Benar 'kan Acres? Mungkin aku bisa menyampaikan segala hal yang tak mampu kita katakan pada Leah saat dia masih hidup, bahkan siapa tahu dengan begini aku bisa kembali padamu.

     Tapi lalu apa? Memang seperti itulah tujuanku. Kalau aku menyerah sekarang, Acres takkan senang. Acres takkan peduli lagi padaku. Sama seperti yang Kadarius ancamkan. Aku tak mau begitu. Namun rasa sakit, berikut beban yang akan kupikul sepanjang—tidak—selama Lichas ini masih belum mendapatkan keadilan yang diperakasai pria yang dikatakan Avgustin sebagai ayah kami, aku takkan pernah bebas. Belum. Aku sendiri tahu perjalanan untuk mencapai semua hal itu, tidaklah semudah mengungkapkannya. Tidak semudah merencanakannya.

     Acres ... bukankah kau suka merencanakan sesuatu secara diam-diam dariku? Padahal kau bilang sendiri, jika kau tak sudi harus merencanakan segala sesuatu.

     Kau bilang apa? Rencana merupakan kata lain dari janji palsu. Satu hal lagi yang membuat kita gila. Tapi bahkan tanpa adanya rencana pun segalanya bisa membuat kita sakit, seperti Darf VIP Avgustin, para Lichas, apa yang terjadi pada Leah, dan ... dan aku sendiri tak menyangka bahwa berjauhan darimu rasanya seberat ini. Aku tak pernah menyangka.

     Kau sendiri juga bukan? Aku tak mau merasakan hal ini sendirian. Dikhianati, lemah, tak berdaya. Bukankah kita sendiri membenci ketiga hal itu?

     Benar 'kan, Acres?

     Acres?

     Acres, apakah aku bisa?

     Apa ya kira-kira akan kau sampaikan padaku apabila aku mulai meragukan diri sendiri?

     Kau selalu berbohong, kau selalu berbohong untuk menyenangkan orang lain. Aku tahu apa yang akan kau katakan. Aku tahu pasti. Sekarang, Acres. Katakan padaku sebelum aku mulai kehilangan minat dan berbalik badan untuk selamanya. Sekarang Acres! Ini kesempatanmu.

     "Kau bisa Ellie!! Kau bisa!! Ayo buka matamu dan jawab aku!!"

    Tubuhku tersentak amat keras. Mataku terbuka lebar-lebar, menemukan mata biru Ravi yang ketakutan, dengan pencahayaan super minim dari goggle yang dia pakai aku tak luput memperhatikan keringat seukuran jagung melintas dekat pelipisnya.

     Dia berjongkok amat dekat dengan wajahku. Kurasa dia sendirilah yang tadi berteriak padaku. Bukan Acres. Sama sekali bukan. Betapa mengecewakannya. Aku melihat sekeliling, sedikit linglung. Ada tubuh berarmor yang berbaring tak jauh dariku.

     Oh ... []


Total : [2022 words]

You kicked me down and stole my crown

- Your Fav Author, Prasanti.
Call me, Pras or Kahnivore

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro