Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Syahadat di Langit Seoul

Seperti yang sudah direncanakan, setelah salat jum'at selesai, para jamaah tetap tenang di Masjid Itaewon mengambil duduk saling merapat, mengerumuni area di mana prosesi ikrar dua kalimat syahadat Hyun Jae akan dilaksanakan, di lantai dua, di depan ruang imam.

Kini, di ujung ruangan lantai dua Masjid Itaewon yang menjadi muara kerumunan itu, Sayyid Cho tengah berdiri membuka acara, membuka pengertian jika akan diadakan prosesi ikrar dua kalimat syahadat, alasan utama kenapa para jamaah ditahan untuk tidak langsung pulang.

Tak berselang lama, nama Park Hyun Jae pun dipanggil dan mulai masuk ke area tersebut didampingi Paman Zubair. Mengambil posisi, berdiri merapat di sebelah Sayyid Cho yang bersebelahan dengan imam besar Masjid Itaewon yang akan membimbingnya dalam prosesi sakral nanti, Syekh Muhammad Lee.

Sebelum memulai prosesi ikrar itu, Hyun Jae ditanya perihal alasan kenapa akhirnya berkeinginan menjadi sosok Muslim oleh Sayyid Cho.

Ia pun menjawab dengan mic tangan yang sudah dialihkan ke tangannya, jika semua itu berawal dari kejemawaannya menjadi sosok yang tak percaya Tuhan, menganggap dunia ini ada begitu saja karena siklus alam, yang nyatanya kepercayaan itu justru beralih-alih akan kecewa dirinya yang merasa beban hidupnya yang tak kunjung usai, Tuhan yang tak adil.

Hingga akhirnya, dirinya dipertemukan dengan sosok gadis Muslimah Indonesia, Allah memberi pengertian dan pemahaman baru kepadanya perihal ketuhanan lewat Muslimah ini, mematahkan pola pikirnya sebelumnya, sampai di titik mengenal Islam, lalu perlahan mempelajarinya. Pula tak lepas dari bimbingan yang penuh pelajaran dari Sayyid Cho dan Syekh Muhammad Lee di akhir beberapa bulan ini.

Dalam pengungkapannya yang disaksikan semua jamaah di masjid, Hyun Jae tak menyebutkan nama Haura, hanya saja menyebutkan jika muslimah itu adalah keponakan Paman Zubair, dan itu berhasil membuat Ayana yang tengah berdiri menyimak dari lantai tiga --khusus untuk jamaah perempuan--langsung menyenggol Haura yang tengah berdiri di sebelahnya.

Mendapat perlakuan itu, Haura yang sangat khidmat menyimak suara bass Hyun Jae yang menggema dalam ruang luas masjid, tampak berubah merona malu wajahnya ini.

Sedangkan di sebelahnya lagi, Qolbi yang juga dibawa Haura untuk menemaninya ke Itaewon, gadis remaja itu khidmat tanpa tahu arti bahasa yang tengah dibicarakan, hanya khidmat menikmati keestetikan furnitur wajah Hyun Jae yang ala member boyband yang kerap lewat di fyp TikTok-nya. Menurut Qolbi, si Hyun Jae mirip Chanyeol EXO.

Pertanyaan terakhir dari Sayyid Cho perihal apakah Hyun Jae mantap menjadi sosok Islam, lelaki jangkung oriental itu langsung menjawab mengiyakan dan langsung disahut gema takbir oleh para jamaah.

Setelah itu Hyun Jae dipersilakan duduk di kursi yang bersebelahan dengan Syekh Muhammad Lee, bersekat sebuah meja yang tertempat dua mic podium meja.

Atmosfir tenang dalam gemingan khidmat dari para jamaah langsung merangkul suasana saat Syekh Muhammad Lee mulai bertatap muka dengan Hyun Jae, mengawalinya dengan membaca basamalah, lalu mulai menuntunnya.

"Asyhadu allaa ilaaha illallaah."

"Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Suara bass Hyun Jae mulai menyuarakan satu larik yang telah dilafalkan Syekh Muhammad Lee.

"Wa asyhadu anna muhammadar rosuulullooh."

"Wa asyhadu anna muhammadar rosuulullooh."

"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah."

"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah."

"Dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad itu utusan Allah."

"Dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad itu utusan Allah."

Rampung sudah prosesi sakral Hyun Jae menjadi mualaf di Masjid Itaewon yang berada di 39 Usadan-ro 10-gil, Hannam-dong, Yongsan-gu, Seoul, Korea Selatan.

Ditutup dengan doa dari lisan fasih Syekh Muhammad Lee. Hyun Jae untuk pertama kalinya mengadahkan kedua tangannya untuk mengamini doa. Dalam setiap lafal "Aamiin" yang ia lafalkan, rasa haru menyelusup memenuhi ruang kosong hatinya. Menggetar sanubari hingga sepasang netra cokelat mudanya mengembun, lantas perlahan menetes membasahi polesan putih kulit pipinya.

Final sudah momen ini. Resmi dirinya beriman kepada Allah yang Esa dan Rosul Muhammad SAW sebagai nabi penutup zaman. Kembali dengan fitrah dari dosa-dosa sebelumnya yang banyak tak kentara. Membuka lembaran baru, harapan baru, menjadi sosok yang baru, sosok hamba Muslim.

Ditutup lagi dengan bacaan hamdalah dari Syekh Muhammad Lee yang langsung diiringi gema takbir dari para jamaah yang belum jemu juga dari mereka masih mengambil gambar dengan titik fokus Hyun Jae. Syekh Muhammad Lee pun merangkul Hyun Jae, mengucapkan ucapan selamat kepadanya. Disusul Sayyid Cho, Paman Zubair, dan para jamaah lain.

Di lantai tiga, Haura juga sangat terharu, ia baru saja menyeka air matanya yang melinang seiring dengan para jamaah pria yang beringsut menyalami dan memberi selamat buat Hyun Jae. Pun begitu dengan Ayana. Tak ketinggalan Qolbi, ikut menangis. Rasa haru sungguh menelusup rongga-rongga perasaan mereka. Gembira nian telah bertambah keluarga baru seiman Islam.

***

"Ahlan wasahlan, Ahjussi. Semoga kau senantiasa dalam ridho Allah. Istiqomah dalam taat kepada-Nya," bibir merah kenyal Haura menyuara selamat berbalut doa. Tepatnya di pelataran Masjid Itaewon. Rombongan Hyun Jae, Paman Zubair, Ye Jun, serta Hwan, berpapasan ketika keluar dari masjid dengan Haura, Ayana, dan Qolbi--yang sebenarnya mereka bertiga memang sengaja menunggu Hyun Jae di situ.

"Ahlan wasahlan juga, Hyun Jae-ssi. Hwaiting!" Kini Ayana dengan mengepalkan sebelah tangan, mengangkatnya mengudara.

"Ahlan wasahlan, Oppa." Qolbi juga ikut-ikutan Haura dan Ayana. Gadis remaja itu SKSD sekali yang langsung diiringi deraian tawa tertahan Haura dan Ayana di sebelahnya karena pelafalan Oppa yang masih kentara medok ala Cilacapan.

Sedangkan Hyun Jae langsung menyahutinya, "Thank you."

"May Allah bless your days with happiness, Oppa," doa Qolbi untuk Hyun Jae seraya nyengir lebar yang langsung disahut lafal Aamin oleh Hyun Jae, pula dari yang lain.

Sungguh menjadi jumat pemilik sayyidul ayyam yang penuh berkah. Kebahagiaan sungguh kentara dari raut wajah siapapun yang tengah berada di sekitaran Masjid Itaewon. Siang semakin matang dengan hawa dingin yang tetap merangkul lekat, tapi malah terasa menghangatkan dengan campuran kebahagiaan yang melekat nyaman.

Apalagi Hyun Jae, ia sepertinya tengah bermonoton senyum tanpa jeda. Bagaimana tidak, sedari tadi dirinya selalu berpapasan dengan orang lain, bahkan mereka yang dirinya tak kenal, menyambut hangat dirinya dengan penuh aura kekeluargaan. Ini sungguh salah satu anugerah terindah dalam hidupnya. Entah kenapa, baru kali ini dirinya merasakan mempunyai sebuah keluarga yang sayang dengan tulus kepadanya dari wajah-wajah teduh mereka, dari sikap sopan yang mengaura tenggang rasa.

Ditutup dengan foto bersama dengan latar belakang Masjid Itaewon. Tak berselang lama, Paman Zubair menepuk sebelah bahu Hyun Jae yang tengah tertawa dengan sikap Qolbi yang SKSD lagi kepada Hyun Jae. Tertawa renyah dengan pengungkapan medok Qolbi yang seperti dagelan saja mengatakan, "Saranghaeyo, Oppa." Ikut-ikutan kalimat familiar yang sering didengarnya lewat drakor. Tak luput diiringi  finger love sembari nyengir lebar.

Hyun Jae menyudahi tawa renyahnya yang hingga sepasang netra sipitnya seperti memejam. Berpaling menengok ke arah Paman Zubair yang berdiri di sampingnya.

"Mari mampir dulu ke rumah kami, Hyun Jae-ssi. Kami memasak menu spesial untuk menyambut momen ini. Masakan Indonesia; bakso, sup iga sapi, ada pula nasi goreng. Kata Haura kau sangat menyukai nasi goreng," ajak Paman Zubair. Menambah kehangatan suasana.

Hyun Jae bergeming sesaat. Mengangguk pelan.

Haura yang berada di belakang Hyun Jae merona malu. Kesal pada Paman Zubair perihal menautkan namanya--sekalipun itu memang benar, ia yang membocorkan perihal nasi goreng.

"Haura yang akan memasaknya jika kau mau. Soalnya belum dibuatkan. Nasi goreng kalau sudah dingin 'kan tidak begitu enak. Nanti bisa pesan ke Haura." Paman Zubair malah meledek yang langsung disusul deheman semua pihak di situ kecuali Qolbi yang bingung dan Haura yang melengos membuang muka ke samping mendapati Hyun Jae menengok ke arahnya.

"Aku pesan satu porsi ya, Haura. Ah, bukan. Tiga porsi, Ye Jun Hyeong dan Hwan juga sangat menyukainya," pesan Hyun Jae. Disusul deheman yang lain lagi.

Haura semakin menanggung malu. Masih kukuh dengan wajah berpalingnya. "Hmm ...." Menjawab singkat begitu. So' apatis.

"Yang pedas, Haura," lanjut Hyun Jae.

Masih saja berpaling dengan tambah menanggung malu karena semua memperhatikannya. Haura menyahut singkat lagi.

"Hmm," singkat Haura ini.

Sedangkan Qolbi sedari tadi terus berbisik kepada Ayana perihal ada apa yang sebenarnya sedang terjadi. Begitu tahu perihal situasi, Qolbi tanpa tahu malu langsung meledek, "Aciee ...." Bukan kepada Haura, tapi kepada Hyun Jae.

Mendapat perlakuan itu justru membuat kening Hyun Jae mengerut. "What do you mean, hmm?"

Qolbi yang maksud perihal perkataan Hyun Jae menengguk ludahnya. "Wislah ra usah dipikir, Bang!" decaknya.

Malah tinggal Haura yang ingin sekali tertawa jahat dengan kondisi Qolbi yang ingin meledek tapi malah gagal total. Begitu pula Ayana, Paman Zubar. Ye Jun dan Hwan, mereka ikut mengerutkan kening, tak maksud layaknya Hyun Jae.

"Dia bicara apa, Haura?" Hyun Jae beralih menanyakannya ke arah Haura yang sudah tak lagi memalingkan muka.

Wajah Qolbi masih murung ke arah Hyun Jae. Haura tinggal mengambil kesempatan meledek Hyun Jae.

"Katanya ... cuping telinga caplangmu itu mirip jerboa, Ahjussi."

"Mwo? Jerboa?" Suara bass Hyun Jae mulai menekan tak terima.

"Hmm, hewan pengerat yang mirip tikus dengan telinga besar itu," ledek Haura. Tersenyum jail.

Hyun Jae mendengkus. Beralih menatap masygul ke arah Qolbi yang masih muram. Sedangakan Haura dan Ayana menanggung geli.

"Ana apa maning, Bang?" Qolbi menyelidik malas kepada Hyun Jae dengan bahasa yang tak dimengerti lelaki jangkung di hadapannya itu sedikitpun.

Aura muram estafet lagi, tampaknya sedang suka mengembara, beralih singgah dalam hati Hyun Jae. Jadi mengguman istighfar dalam benak untuk kali pertamanya.

"Astaghfirulloh ...."

_______________

Translate / Jawa ngapak:
Wislah ra usah dipikir, Bang: sudahlah jangan dipikirkan, Kak
Ana apa maning, Bang: ada apa lagi, Kak

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro