Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3,5

"Pergilah ke lembah di utara Rakuzan. Di sana kau akan menemukan gua kecil. Masuk ke dalam dan ambil teko-- bukan, maksudku lampu berwarna emas."

Kalau bukan karena Vanila terbaik, mana sudi Ayame melakukan ini. Jangan ketawakan dirinya, lagipula susah tahu mencari item rare itu!

"Belok ke sini lalu...." gadis itu bergumam sambil memegang peta dengan kedua tangannya. Aomine berada di pundaknya memakan pisang dengan khidmat. Setelah keluar dari istana tadi, primata itu langsung menghampiri dan memeluknya. Dasar monyet!

Sedikit kesal karena petunjuk di kertas itu tidak terlalu jelas. Dalam batinnya, apa benar Menteri itu menyuruhnya mengambil harta karun itu atau ini cuma alasan untuk menjauhkan Ayame dari Rakuzan lalu bertemu penyamun gurun?!

Tenang, Ayame tidak selemah itu. Ia menguasai ninjutsu.

Bagaimana beladiri asia nyasar ke Asia tengah tolong abaikan. Anggap saja terjadi kesalahan server.

Hari sudah mulai gelap. Sialnya, Ayame tidak membawa alat penerangan, bekal makanan saja ia tidak bawa. Kalau begini ia bahkan tidak yakin bisa pulang hidup-hidup. Sisi baiknya, menjadi buronan Rakuzan dan bisa hidup di alam baka dengan tenang (meski dosanya mungkin sebesar gunung uhud).

"Bagaimana ini?!" Gadis mungil itu sudah letih untuk berjalan. Ia membaringkan dirinya di permukaan tandus itu sambil mengatur napas. Ia rasa lebih baik mati di sini ketimbang pulang dengan tangan kosong lalu dihukum mati. Itu artinya hasilnya sama saja.

Ayame memejam matanya erat. Kulitnya sudah mati rasa karena suhu panas, namun karena hari akan beranjak malam. Dipastikan gurun di sini akan sangat dingin. Dalam pikirannya hanya ada 2 : mati hipotermia atau mati karena dehidrasi.

"Jika kau tersesat. Coba saja ikuti jalan matahari tenggelam."

Petunjuk dari Hanayama ternyiang di kepalanya. Entah dorongan apa Ayame akhirnya memilih berjalan kembali sambil melihat ke arah langit, matahari mulai terbenam. Ia harus memanfaatkan kesempatan terakhir ini.

Dengan baarnande geast, gadis itu langsung menyeset Aomine bersamanya lalu mengikuti arah matahari itu. Kakinya yang penuh luka itu sudah tidak terasa sakit lagi, tenaga terakhir diutarakan, dengan indera penglihatan dan pendengaran yang masih di ambang batas 'normal'. Ayame terus bergerakan seluruh upayanya untuk menemukan harta karung itu.

Meskipun gagal. Paling tidak untuk terakhir hidupnya Ayame sudah melakukan yang terbaik bukan?

"A-aku... berhasil...." sebuah gua kecil akhirnya berhasil ditemukan, entah itu gua yang benar atau tidak (sebab peta sialan itu tiba-tiba saja hilang). Jika tidak dicoba tidak akan tahu, maka --untuk terakhir kalinya-- Ayame beserta monyetnya memberanikan diri memasuki gua tersebut. "Semoga saja tidak ada kalajengking atau ular berbisa."

Namun baru beberapa langkah si surai biru masuk, seketika ia malah terpeleset dan masuk ke dalam lubang gua.

"KYAAA!!!!" Ayame menutup matanya dan tidak ingin melihat seperti apa hal tragis terjadi padanya. Bahkan ia tidak menyangka gua ini begitu dalam.

Singkat cerita akhirnya tubuh terhempas di sebuah tanah, tapi ia masih sanggup berdiri. Ayame mencoba bangkit seraya membuka matanya perlahan, untuk melihat kegelapan yang ada. "Sepertinya aku akan ma-- APA INI?!!"

Pada awalnya Ayame mengira akan disambut oleh kegelapan di akhir hidupnya. Tapi kilauan emas di sini membuat tempat itu menjadi terang (entah kenapa bisa terang Ayame juga tidak tahu). Banyak sekali harta berharga di sini. Mulai dari kepingan emas, perhiasan, sampai cawan bertatahkan berlian juga ada. Seumur hidup Ayame tidak pernah melihat harta sebanyak ini. Bahkan ia ragu jika istana memiliki emas segunung.

"Mungkin jika ini dibawa ke kota pasti semua rakyat akan makmur," gumam Ayame yang berjalan sambil memperhatikan kepingan emas itu. Tapi fokusnya sekarang bukan itu.


Ia harus mencari harta yang dimaksud Hanayama.

"Masuklah dalam gua itu dan ambil lampu ajaib di sana."

(Tidak, bukan lampu pijar. Tapi lampu ajaib seperti di cerita aladdin)

Ayame berdiam sebentar. Sebenarnya dia sedikit lupa dengan petuah-petuah panjang lebar dari pria menyebalkan itu. Apa jika mengambil benda itu tempat ini akan runtuh? Atau tiba-tiba muncul iblis penunggu yang menjaga lampu ajaib ini dan menyuruh Ayame bertarung?

Bodoh amat, buktinya Aomine masih mengeruk emas di pojok sana dan tak terjadi apa-apa.

Tanpa pikir panjang Ayame mengambil benda itu. Gadis itu terdiam sesaat, ia menatap sekelilingnya dan mendengar baik-baik jika ada suara misterius. Tapi nampaknya semuanya baik-baik saja.

"Aku berhasil!" Gadis bersurai pendek itu berlompat kegirangan. Akhirnya setelah ini ia bisa pulang dengan damai dengan membawa harta di sini.






"Sebentar. Bagaimana caranya aku keluar dari sini?"

-------

Lupakan nikmatnya kari buatan ibunya Aida, lupakan berkas kasus miliknya yang akan terbakar jika ia berhasil mengantarkan benda ini. Nyatanya, sudah 2 jam Ayame terjebak di sini dan tak bisa keluar.

Ayame hanya duduk temangu sambil sesekali melempar perhiasan yang ada agar tak mati kebosanan, sedangkan Aomine entah kemana. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi. Jika begini ia seolah anak ayam yang mati di lumbung padi. Tapi padinya bergelantungan di atas.

Ayame sadar sebanyak apapun emas yang ada. Usus tak akan sanggup mencernanya.

"Apa yang harus aku lakukan...." gadis itu hanya termangu tanpa semangat hidup. Sambil menghela napas, Ayame meniup lampu ajaib yang ia pegang. Memang kurang kerjaan membersihkan lampu seperti ini tapi---


Wushh!!!

"AKHIRNYA AKU BEBAS-SSU! TERIMA KASIH BANYAK NONA--"






BUGH!

Beruntunglah makhluk di depannya bukan manusia. Sehingga dia hanya pingsan selama 15 menit akibat One Punch Ayame Version.

-------

Terima kasih makalah. Karena sudah mebangkitkan semangat menuliskan yang koma selama berabad-abad.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro