Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Petak Umpet Permintaan

Mari pertimbangkan beberapa hal soal Angelica. Ini tentang bagaimana aku untuk selanjutnya. Apakah aku harus menerima tawarannya untuk rujuk, atau menolaknya dan menganggap bahwa Angelica hanyalah bagian dari masa lalu. Sayangnya, itu adalah pilihan berat sehingga aku tidak bisa menentukannya tanpa persiapan atau minimal beberapa pertimbangan.

Sekarang, mari lihat masalah yang paling dekat denganku dulu. Angelica juga belum menyampaikannya padaku secara langsung, sih. Aku seharusnya masih punya waktu untuk memikirkan banyak hal. Begini, masalah utamanya adalah hubungan kami yang saat ini begitu asing! Saking asingnya, aku merasa kalau kami seakan-akan tidak saling kenal!

Kami saling berpapasan, namun tidak pernah bertegur sapa. Kami sering sekelompok dalam tugas, tapi bicara seperlunya saja. Apakah hubungan kami tidak bisa membaik minimal dimulai dari berteman? Aku khawatir akan terkejut jika harus mendadak berpacaran dengannya lagi. Maksudku, rasa sungkan dan gugup ini pastinya tidak akan hilang dengan mudah.

"Okta, baca paragraf selanjutnya!" Seorang guru secara tiba-tiba memberiku perintah ketika aku sedang melamun. Sial, sekarang sampai paragraf mana? Aku sama sekali tidak memperhatikan.

"Halaman 177 paragraf empat," ucap Andas berbisik yang mana posisinya sedang duduk di belakangku. Dia tetap dalam posisi duduk dan tidak bergerak sama sekali, tetapi suaranya bisa sampai padaku sehingga aku tertolong dalam situasi ini.

"Ba-baik, Pak!" Aku kemudian bangun dan membacakan paragraf sesuai apa yang guruku perintahkan.

__________

"Hei, aku ingin dengar pendapat dari kalian. Karena ini serius sebaiknya tolong tanggapi dengan serius juga," pintaku pada ketiga teman yang sepertinya bisa aku percaya. Mereka adalah Andas, Indra, dan Demita. Kami sedang duduk di meja segi empat dan saat ini adalah jam istirahat. Semuanya kecuali Indra hanya memesan makan siang yang biasa-biasa saja, bahkan Andas membawa bekal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.

"Apakah ini tentang bagaimana caranya mengembalikan hormon laki-laki milikmu?" tanya Indra meledek sebelum dirinya memasukkan kentang goreng ke dalam mulut.

Aku yang merasa kalau bahasa Indra terlalu rancu mencoba untuk menjawabnya dengan suara pelan. "Ini lebih parah dari itu."

"Se-serius? Memangnya apa yang lebih parah daripada hilangnya hormon laki-laki?"

"Jika ada yang lebih parah, maka itu adalah Angelica yang menawarkan Okta untuk rujuk hubungan," ujar Andas sambil memangku dagunya di telapak tangan. Lalu seperti biasanya, tebakan laki-laki berkacamata itu selalu akurat.

Hanya saja, itu terdengar tidak masuk akal sampai Indra menggeleng-geleng dan berkata, "Mana mungkin begitu, sih. Haha!"

"Itu memang benar." Satu kalimat yang keluar dari mulutku membuat mereka diam dan memasang ekspresi heran. Indra masih mencoba untuk memastikannya sekali lagi.

"Be-benar, maksudnya Angelica ingin rujuk denganmu?"

"Begitulah kenyataannya," jawabku terbebani dan mengakhirinya dengan helaan napas. Aku kemudian meneguk es teh, berharap pikiran ini bisa kembali dingin dan encer.

"A-aku tidak mengerti! Kenapa seorang Angelica yang sudah berpacaran dengan ketua OSIS ingin kembali pada Okta? Maksudku, logika normalnya, Angelica seharusnya lebih cocok dengan ketua OSIS yang sempurna. Bukankah begitu, Andas?" Indra meminta pendapat dari Andas karena jika bicara soal logika, Andas adalah ahlinya.

Andas kemudian menjawab, "Kemungkinan itu tidak pernah terbatas. Aku bisa saja menganggap kalau ketua OSIS berselingkuh karena kekuasaan dan segalanya yang ia punya. Aku juga bisa menganggap kalau ketua OSIS terlalu sibuk sampai tidak punya waktu untuk Angelica. Ada banyak alasan yang bisa membuat hubungan terasa tidak nyaman sampai mirip seperti beracun. Meski begitu, semua anggapan tadi hanya sebatas contoh, ya. Bukan berarti aku menganggap kalau ketua OSIS benar-benar melakukan hal rendahan seperti selingkuh."

Semua contoh yang Andas jabarkan adalah benar. Aku sekali lagi dibuat kagum dengan kemampuan Andas yang bisa berpikir sejauh dan seakurat itu. Jika dibawa ke pengadilan, Andas pasti bisa memojokkan tersangka dengan mudah. Sayangnya, aku tidak bisa mengiyakan tebakan Andas karena ini adalah masalah privasi. Bahkan Angelica memilih Klub Tidur Siang untuk bercerita karena jaminan privasinya.

Mencoba masuk dalam pembicaraan, laki-laki polos dan tampan yang bernama Demita mengajukan satu pertanyaan. "Jadi, bagaimana? Kau menerima tawarannya? Atau mungkin kau menolaknya?"

"Entahlah, aku juga masih ragu."

"Hei, memangnya apa yang masih kau pertimbangkan? Tidak usah jual mahal, lah!" ujar Indra memberi saran.

"Aku bukannya sok jual mahal. Aku hanya bertanya-tanya, kenapa? Maksudku, kenapa Angelica ingin berpaling dari Kak Fascal yang dari segala aspek jauh sempurna jika dibandingkan denganku?"

Bohong, sebenarnya aku sudah tahu mengenai alasan Angelica yang ingin rujuk. Aku hanya berpura-pura tidak tahu agar bisa mendengar lebih banyak sudut pandang dan saran. Beberapa saran itu mungkin saja berguna sebagai bahan pertimbangan.

"Begini, Okta." Indra yang sudah tidak tahan kemudian bangun dari duduknya dan merangkul pundakku begitu saja. Laki-laki yang mulutnya sedikit berminyak itu kemudian berkata, "Jika ada yang mau denganmu, jangan ditolak. Tidak perlu jual mahal!"

"Khusus yang itu aku menentangnya." Andas menyanggah sambil membenarkan posisi kacamatanya. Sepasang lensa yang Andas kenakan memantulkan cahaya lampu sehingga bola mata Andas tidak bisa terlihat dari luar. Laki-laki itu kemudian menyambung, "Jangan rendahkan dirimu, apa pun alasannya. Kau mau sampai dinilai gampangan jika menerima tawaran rujuk dari seorang gadis yang kemarin sudah membuangmu?"

"Ya-yah ... i-itu benar juga, sih."

Menengahi Indra dan Andas yang selalu beda pendapat sepertinya adalah tugas Demita. Laki-laki polos itu baru saja meneguk susu hangat sampai bekas bubuk putih masih tertinggal di sisi bibirnya. Demita kemudian berkata, "Okta sendiri ingin bagaimana? Kau sudah bertanya pada An? Tentang alasannya ingin rujuk denganmu. Maksudku, tidak mungkin An mengajak rujuk begitu saja tanpa alasan."

"I-itu, ah ... iya juga, ya?" Aku tidak tahu sedang memberi tanggapan apa karena kebohonganku sepertinya sedikit meninggalkan lubang. Hanya jawaban tidak jelas seperti itu yang bisa aku utarakan.

"Yah, mungkin akan aku pikirkan dulu," ujarku mengakhiri topik obrolan soal Angelica.

___________

Aku melewati lorong sekolah dan ini adalah perjalanan menuju ruang klub. Posisi ruang sekretariat Klub Tidur Siang berada jauh di ujung lorong karena awalnya memang hanya gudang. Bu Hilda memberikan gudang pada kami agar ruangan kotor itu bisa jadi terawat jika ditempati. Yah, itu benefit yang ternilai lumayan untuk klub resmi seperti kami.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, ada seorang gadis yang saat ini sedang berjalan di lorong yang sama. Jalannya berlawanan arah denganku sehingga kami kian mendekat. Semakin dekat dan aku sadar kalau itu adalah Angelica. Eh, kenapa dia ada di sini? Dari mana Angelica pergi? Di sana seharusnya tidak ada toilet perempuan atau ruangan apa pun selain Klub Tidur Siang.

Saat kami saling berpapasan, Angelica mengatakan sesuatu dengan suara pelan, tetapi aku masih bisa mendengarnya. "Sampai jumpa di hari Rabu," ucapnya tanpa sedikit pun mengurangi ritme langkahnya atau melirik ke arahku.

Aku yang penasaran mencoba untuk tidak berhenti, aku malah berlari dan segera mendatangi ruangan klub yang mana seluruh anggota sedang berada di sana.

"Ke mana saja? Ada banyak hal yang terjadi selama kau pergi," ujar Tiara cemberut sambil  menghela napas di akhir kalimatnya.

"Banyak hal, memangnya apa yang terjadi?"

"Angelica, dia menantang dirimu untuk memainkan 'Petak Umpet Permintaan' berdua. Hanya berdua, jangan tanya kenapa karena kau sendiri seharusnya sudah paham bukan?"

Petak Umpet Permintaan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro