Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Masa Lalu Yang Kembali Datang

Satu-satunya keanehan yang tidak pernah aku duga sebelumnya, itu adalah momen di mana Angelica secara sukarela dan tanpa diminta datang ke ruang Klub Tidur Siang. Saking anehnya, aku sampai mati rasa dan hanya bisa membatu selama dia ada di ruangan ini.

Menutupi kemalangan klub soal Angelica, Tiara memasang badan dan menemuinya. Mereka sedang duduk saling berhadapan di antara meja lesehan saat ini.

"Ada perlu apa?" tanya Tiara dengan ekspresi serius, tetapi aku bisa melihat jemarinya gemetar sampai kesepuluh benda itu disembunyikan di bawah meja. Meski aku tidak mengerti tentang alasan di balik gemetarnya Tiara, aku tetap saja harus berkaca sebelum menilai. Masih untung Tiara mau menemui Angelica saat ini. Sementara aku, dengan sifat pengecut dan penakut sedang bersembunyi di bawah selimut. Alasan yang membuatku terpaksa bersembunyi sampai seperti ini adalah ....

10 menit yang lalu

Aku hanya sedang duduk dan bersantai di dalam ruangan klub. Sembari membaca buku pelajaran dengan santai, aku mencoba untuk rileks karena hari ini memang sedang sepi. Aku sendiri tidak pernah menyangka kalau ternyata, Nayya bisa memiliki satu teman yang mungkin berpotensi jadi teman akrab. Teman akrabnya itu datang ke ruangan klub dan menyampaikan izin untuk Nayya karena mereka ingin mengunjungi satu tempat sore ini.

Tentu saja aku mengizinkan mereka bukan? Mana mungkin aku menghalangi mereka untuk makin dekat hingga menjadi sepasang sahabat. Aku harus membiarkan mereka pergi dan bermain. Ah, tentu saja kalau temannya itu adalah seorang gadis. Jika yang mengajak Nayya keluar adalah laki-laki maka dia harus menghadapku dan menghadap Klub Tidur Siang terlebih dulu. Kami adalah keluarga, sih. Eh, memang aku ini ayahnya?

Oke, lupakan soal Nayya. Ren dan Lala secara kebetulan juga tidak bisa datang. Ren bilang kalau dia harus pergi ke sekolah adiknya. Satu kalimat yang terucap dari mulutnya sebelum pergi adalah ....

"Dasar adik sialan, tunggu sampai aku menemuimu nanti."

Serius, aku tidak bisa melihat ekspresi Ren selain marah dan murka. Kemarahan itu benar-benar terpampang di wajahnya sampai menimbulkan aura intimidasi di sekelilingnya. Apa yang akan segera terjadi pada adiknya? Hanya Ren, adiknya, dan Tuhan yang tahu.

Mengenai Lala, gadis maniak game itu ternyata benar-benar serius. Lala harus menghadiri turnamen gim nasional sehingga dia sudah mengajukan dispensasi sejak pagi. Dengan kata lain, Lala memang tidak datang ke sekolah sejak pagi karena sudah mengajukan izin dispensasi.

Karena semua itulah, aku dan Tiara berakhir hanya berdua di ruangan ini. Semuanya masih normal-normal saja sampai satu kecelakaan yang menyebalkan terjadi. Si Tiara itu, dia entah kenapa bisa terpeleset atau mungkin tersandung di ruangan kecil ini. Saat Tiara sedang menata beberapa dokumen di rak, dia berjalan mendekati kasur lipat dan sesuatu membuat langkah gadis itu terganggu. Tiara kemudian terjatuh dan secara tidak sengaja menimpaku yang sedang membaca buku.

Yah, aku tidak mau mengingat-ingat momen ketika Tiara terjatuh dan menimpa tubuhku dari atas. Posisi kami sudah bukan dekat lagi, tetapi menempel seperti seseorang yang sedang melakukan tindih mesra dengan pasangannya. Itu benar-benar memalukan sampai sesuatu bisa bergejolak dalam diriku ketika aku mengingatnya.

Momen parahnya dimulai dari kecelakaan itu. Saat Tiara terjatuh, dia secara tidak sadar berkata, "Aduh-duh."

Seirama dengan itu, kami mendapati pintu diketuk sebanyak tiga kali. Apakah ada kecelakaan yang terjadi kemudian diikuti dengan kebetulan? Jawabannya benar-benar ada karena aku sudah mengalaminya 10 menit yang lalu.

Karena panik, Tiara segera bangun dari tubuhku dan memerintahkan diriku untuk bersembunyi. Sayangnya meski dia memintaku begitu, memangnya di mana aku bisa bersembunyi? Maksudku, ini hanya ruangan kecil!

Aku memang paham maksud tersirat dari perintah Tiara yang menyuruhku untuk bersembunyi. Itu karena ... jika seorang laki-laki dan gadis hanya berdua di ruangan tertutup, maka itu bisa menimbulkan isu yang merepotkan. Aku memahami itu dan segera menyembunyikan diri di bawah selimut. Belum cukup, Tiara menggulung kasur lipat dan meletakkannya di atas selimut yang membungkus tubuhku. Jika setebal ini maka bentuk tubuhku seharusnya tidak akan terlihat. Setelah dirasa aman, Tiara membuka pintunya dan aku mendengar suara yang pernah aku impi-impikan di masa lalu.

"Apakah klub ini sedang kosong?" tanya seorang gadis yang suaranya benar-benar familiar bagiku. Serius, suaranya amat mirip dengan masa lalu sampai aku ingin memastikannya. Aku kemudian memaksakan diri untuk melihatnya melalui celah. Ternyata, itu adalah Angelica yang datang! Sial, kebetulan macam apa ini?

Tiara menanggapi pertanyaan An dengan gugup. "Ka-kami sedang kosong. Apakah ada semacam urusan dengan kami?"

"Eh ... ini benar-benar kosong. Apakah Okta tidak ada di dalam?" An sekali lagi bertanya karena melihat ruangan klub benar-benar sepi hari ini. Bahkan, kasurnya juga digulung, seakan-akan sedang tidak menerima tamu untuk hari ini.

"A-ah ... Okta ada urusan, aku juga tidak tahu dia sedang apa. Sepertinya dia tidak akan datang hari ini."

"Yah, tidak masalah. Ini hari Kamis, Klub Tidur Siang membuka sesi curhat bagi siapa pun yang ingin berkunjung, benar?" tanya Angelica ragu dengan wajah menunduk.

Tiara dengan ramah menjawab, "Ya, meski kali ini hanya ada satu pendengar, apakah kau tetap ini berkeluh kesah di dalam?"

"Itu malah lebih bagus. Aku sebenarnya ingin bicara empat mata saja soal ini. Kuharap kau bisa menyampaikannya ke Okta saat dia ada. So-soalnya ... aku agak tidak enak jika menyampaikan ini secara langsung padanya."

Tunggu, dia benar-benar ingin curhat tentang sesuatu! Apa yang ingin dia bicarakan? Dari alur bicaranya, aku bisa tahu kalau ini adalah sesuatu yang penting! Terlebih lagi, Angelica tidak ingin aku mendengar curhatannya, tetapi dia benar-benar butuh tempat untuk curhat! Ada masalah apa? Aku amat penasaran. Seharusnya jika dia memang ingin curhat, bukankah Angelica sudah punya pacar saat ini? Kenapa tidak curhat ke pacarnya saja?

Si-sial ... dibungkus selimut dan ditimpa kasur membuatku kepanasan. Tapi, aku harus menahannya! Meski panas dan gerah, aku akan tahan semua ini. Jika bayarannya adalah bisa menguping pembicaraan mereka, maka aku akan menahan diri dalam bungkusan selimut!

"Ada perlu apa?" tanya Tiara saat dia dan Angelica sudah duduk lesehan dan saling hadap.

Angelica tampak ragu untuk mengeluarkan kalimat  pertamanya. Dia melihat ke arah Tiara satu kali, kemudian kembali menunduk karena merasa sungkan. Angelica sebagai gadis yang cerdas berusaha keras untuk tenang. Dia menarik napasnya dalam-dalam, kemudian membuang napas itu dengan lega.

"Hei ... aku tidak ingin basa basi. Jadi, aku akan langsung pada intinya," ucap Angelica dengan raut wajah yang benar-benar serius. Tidak ada sedikit pun gugup atau sungkan setelah dia mengatur napasnya. An kemudian menyambung, "Bagaimana pendapatmu jika aku ingin rujuk dengan Okta?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro