BAB 24
#perayaan11000👀
Baca dulu bab 22 dan 23, ok? 👆👆
Sudah satu minggu sejak kejadian Kevin pergi dari rumah. Sejak saat itu, keadaan rumah menjadi lebih ceria. Anak-anak juga mulai aktif bermanja-manja dengan Rachael. Mereka bahkan ingin menginap di rumah Rachael setiap sabtu malam, dan Rachael dengan senang hati menerima mereka.
Namun, Jonathan menentang semua itu dengan keras. Ia tidak ingin merepotkan Rachael, apalagi rumah Rachael hanya memiliki satu kamar. Selain itu, ia tidak ingin kekasihnya direbut oleh anak-anaknya.
Jonathan mengedarkan pandangannya, ketiga putranya terlihat sangat sibuk. Si bungsu Marvel sibuk menyisir rambutnya yang sudah sangat rapi, Alexander yang sibuk melihat saku kemejanya, dan Kevin yang sibuk membungkus kado.
Ada apa ini? Apakah ada teman mereka yang berulang tahun? Jonathan berjalan mendekati Kevin, "Ada yang ulang tahun?"
Kevin hanya mengganggukkan kepalanya tanpa menjawab apa-apa, ia masih sibuk membungkus kado dengan rapi di atas meja.
Jonathan menghela nafasnya, "Ada yang antar?"
"Papa." Kali ini Kevin menjawab, ia masih tidak mengalihkan pandangannya.
"Kok? Kamu gak bilang sama papa."
Kevin menghentikan kegiatannya, ia menatap Jonathan. "Papa lupa? Kan Kevin udah ngomong sama papa tadi malam. Papa udah bilang ok kok."
"Kapan?" Jonathan mencoba untuk mengingat-ingat kembali kejadian kemarin. Ia tidak ingat sama sekali.
"Kemarin pas papa lagi tidur, kan pas Kevin minta papa antar papa bilang ok."
Jonathan menepuk dahinya, "Kalau papa lagi tidur, jangan ngomong sama papa. Papa gak sadar loh... Jam berapa mau berangkat?"
"Setengah jam lagi." jawab Kevin yang sudah kembali menekuni kadonya.
"Papa mandi dulu."
Jonathan berjalan memasuki kamarnya untuk bersiap-siap.
----
Jonathan dan ketiga putranya sudah berada dalam perjalanan. Mereka berhenti karena sedang lampu merah, beberapa puluh meter lagi mereka akan sampai.
"Kalian mau ke ulang tahunnya siapa? Kok tumben yang diundang kalian bertiga?" tanya Jonathan sambil melihat keadaan sekitar. Sepuluh detik lagi lampu hijau, ia sudah siap menginjak gas.
"Mami ulang tahun." jawab Marvel dengan tenang.
"Kok papa gak tau sih mami ulang tahun?" tanya Alexander, sambil melihat saku kemejanya lagi.
Jonathan menginjak rem dengan kuat, lalu menghadap ke belakang menatap Alexander dan Marvel. Ia mengacuhkan klakson dari kendaraan lain.
"Mami?"
"Iya, mami... Mami Rachael. Papa gak diundang?" Alexander bertanya dengan santai, ia bahkan sudah akan mengejek Jonathan jika tidak mendengar suara ketukan pada jendela.
"Pak, sudah lampu hijau. Tolong jalan." tegur pria berkepala plontos pada Jonathan.
Jonathan mengucapkan maaf berkali-kali, lalu menjalankan mobilnya dengan tidak tenang.
Jonathan menghentikan mobilnya ketika ia melihat tempat kosong. Ia akan menginterogasi ketiga monster kecilnya. Pantas saja anak-anaknya sangat sibuk, ia merasa dibodohi.
"Kapan kalian tahu mami ulang tahun?" tanya Jonathan kepada anak-anaknya.
"Alex tahu tiga hari yang lalu dari teman-teman satu kelas, pas mereka gosip."
"Kalau Marvel tahu dari kak Kevin tadi pagi." jawab Marvel ketika tatapan Jonathan mengarah kepadanya.
"Dan kamu?" tanya Jonathan kepada Kevin yang duduk di sampingnya.
"Kevin tahu dari mami kemarin. Mami ajak kita makan malam." jawab Kevin dengan santai, ia belum menyadari raut kesal papanya.
"Kok papa gak tahu?"
"Kan kemarin malam Kevin sudah bilang sama papa."
"Kapan?"
"Pas Kevin minta papa untuk antar kami."
Jonathan mengusap rambutnya frustasi, itu ketika ia sedang tidur. Ia tidak pernah sadar saat mendengar dan menjawab perkataan orang lain ketika ia tidur.
"Kalian kasih kado apa sama mami?" tanya Jonathan ketika ia melihat kado yang ada di atas pangkuan Kevin.
Ketiga putranya menjawab dengan serentak, "Rahasia!"
Jonathan semakin frustasi, jawaban dari ketiga putranya menyadarkannya bahwa hanya dirinya sendiri yang tidak membawa hadiah apa-apa. Dan sekarang waktu yang tersisa hanya lima menit.
Jonathan kembali mengendarai mobilnya dengan pelan sambil mengedarkan pandangannya mencari toko hadiah, toko bunga maupun toko kue. Ia merasa sangat buruk. Mungkin saat ada nominasi kekasih terburuk, ia akan menang.
Jonathan menepikan mobilnya ketika melihat toko kue, ia membeli kue ulangtahun yang berhiaskan bunga. Ia meminta pelayan untuk menuliskan kata yang sudah ia tuliskan di atas kertas. "Happy birthday, My Love."
Jonathan membawa kue itu keluar setelah pelayan membungkusnya dengan rapi. Ia merasa sedikit tenang, paling tidak ia tidak datang dengan tangan kosong di ulang tahun kekasihnya.
Jonathan masuk ke dalam mobil,lalu mengemudikan mobilnya menuju restoran yang disebut oleh Kevin.
Mereka telah sampai. Ketiga putranya langsung turun, meninggalkannya di dalam mobil. Jonathan mematikan mesin, lalu keluar menyusul anak-anaknya.
Ia kalah start.
Ia melihat kekasihnya sudah dikerubungi oleh ketiga putranya. Paling tidak, pandangan Rachael mengarah kepadanya. Rachael tersenyum dengan manis.
Kekasihnya tampak sangat cantik dengan gaun selutut berwarna biru pastel. Rambut sebahunya telihat ikal di ujung. Wanita itu juga menggunakan riasan tipis.
Ruangan restoran tampak ramai dengan beberapa wajah yang dikenal Jonathan sebagai guru di sekolah ketiga putranya. Jonathan mengarahkan pandangannya, dan sekali-kali mengganggukkan kepalanya memberi salam ketika bertemu pandang dengan guru ketiga putranya.
Jonathan menghampiri Rachael, lalu mencium pipi kekasihnya.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu aku kalau kamu ulang tahun?" tanya Jonathan kepada Rachael dengan kesal.
Rachael menahan tawanya, "Katanya mau lawan anak-anak kamu. Yaudah, kamu harus bisa lebih hebat dari mereka."
"Kamu kan udah tahu kalau aku mau kalahin mereka. Seharusnya kamu bantu aku, bukannya diam aja."
"Ok, aku salah. Jadi, hadiah kamu apa?" tanya Rachael saat mereka sudah duduk di meja untuk mereka berlima. Sedangkan tamu-tamunya yang lain duduk di meja terpisah.
"Aku bawain kue ulangtahun, karena baru sepuluh menit yang lalu aku tahu kalau kamu ulang tahun. Jadi, ini akibat kamu sendiri." keluh Jonathan sambil mendorong kotak kue mendekati Rachael.
"Thanks." Rachael tersenyum, lalu mencium pipi Jonathan.
"Mami, Marvel bawain bunga mawar kesukaan mami." Marvel mengarahkan tiga tangkai mawar yang sudah diikat pita kepada Rachael.
Rachael tersenyum kecil sambil memeluk Marvel dengan gemas, "Terima Kasih, Marvel."
Ia akan mengeringkan bunga pemberian Marvel untuk dijadikan pembatas buku.
Kali ini giliran Kevin. Kevin berjalan mendekati Rachael, lalu memberikan kotak yang sedari tadi sibuk dibungkusnya. "Ini dari Kevin."
Rachael membuka kado itu dengan pelan, membuka sesuai dengan jalur. Ia tidak ingin merobek hadiah yang diberikan oleh Kevin, meskipun hanya bungkus kado.
Rachael mendapati buku berwarna coklat dengan cover tebal. Rachael membuka buku itu, lalu mendapati tulisan rapi Kevin pada halaman pertama buku itu.
Selamat ulang tahun, mami.
Kevin sayang mami, dan akan selalu sayang sama mami.
Terima Kasih karena ada bersama Kevin saat Kevin sedih.
I Love You.
"Nanti kita tempel foto kita sama-sama ya mami. Kevin mau tempel foto kita, tapi Kevin baru ingat kalau Kevin sama mami belum ada foto sama-sama."
Rachael menghapus air matanya, ia memeluk Kevin dengan erat. "Iya, kita akan foto sama-sama sesering mungkin. Sampai buku ini penuh, lalu kita bisa beli buku-buku lainnya lagi."
Rachael melepaskan pelukannya, ia masih menangis. Alexander berjalan mendekatinya dengan gugup, Rachael melihat Alexander tidak membawa apa-apa. Ia tahu Alexander adalah anak yang santai sehingga ia tidak mengharapkan apapun, namun tindakan Alexander di luar perkiraannya.
Alexander mengeluarkan cincin bermata biru dari saku kemejanya. Jonathan yang melihat kejadian itu membelalakkan matanya, sekarang ia sudah tahu alasan mengapa Alexander terus memeriksa saku kemejanya.
"Buat mami, kata teman-teman Alex, perempuan itu suka tas dan cincin. Tapi Alex gak punya uang untuk beli tas, jadi Alex beli cincin buat mami." Alexander tertawa kering.
Rachael memeluk Alexander sambil tertawa, "Terima Kasih, Alex. Alex mau bantu mami pakai?"
Ia merasakan anggukan antusias Alexander pada bahunya. Ia pun mengurai pelukan mereka dan mengarahkan telapak tangannya menuju Alexander. Alexander memasang cincin plastik bermata biru itu pada jari kelingking Rachael karena jarinya yang lain tidak muat.
Rachael memeluk Alexander sekali lagi, "Terima Kasih."
Rachael menatap Jonathan yang menampilkan ekspresi datar. Ia memegang lengan pria itu, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Jonathan.
"Kamu kalah lagi, papa." goda Rachael.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro