Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 22

#272 in Romance
#perayaan 10000👀

Kevin tidak bisa tidur. Ia berpura-pura tidur dengan menutup matanya erat. Guru les yang selama ini selalu ia diamkan memeluknya dengan erat sambil menepuk punggungnya.

Sudah lama ia tidak dipeluk saat tidur. Ia ingin menangis. Ia terharu.

Kevin menahan isak tangisnya, namun air matanya tetap mengalir. Ia merasakan rasa hangat di hatinya. Ia merasa disayangi.

Andaikan ia lebih cepat membuka diri, ia akan lebih cepat merasakan kasih sayang Rachael. Sekarang ia mengerti mengapa Alexander dan Marvel sangat dekat dengan Rachael. Ini semua karena mereka merindukan seorang ibu, dan Rachael memberikannya.

Kevin bergelung mendekati Rachael, mencari kehangatan. Ia sudah memantapkan hatinya. Kevin yang lama sudah tidak ada. Sekarang ia sadar siapa yang harus disayanginya.

----

Kevin terbangun dari tidur nyenyaknya saat Rachael mengurai pelukan mereka.

"Rachael!" 

Kevin menangkap samar suara papanya. Ia merasakan dingin pada sekujur tubuhnya, ia belum siap bertemu dengan Jonathan. Ia takut.

"Tunggu di sini,ya. Ibu buka pintu dulu, sepertinya papamu datang." Rachael turun dari atas kasur, lalu berjalan keluar meninggalkan Kevin sambil mengikat rambutnya.

Kevin duduk di atas kasur, menajamkan pendengarannya serta mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan Jonathan.

Tidak lama kemudian,Rachael memasuki kamar. Mendekati Kevin, "Papa datang, ayo ketemu papa."

Kevin tidak siap, benar-benar tidak siap. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi karena ia tidak pernah kabur sebelumnya."Papa gak akan marah kan, ma-mami?"

"Papa gak marah kok, nanti kalau papa marah sama kamu. Mami yang bakal pukul papa. Ok? Kita keluar,ya!" Rachael mengulurkan tangannya sambil tersenyum tipis.

"Iya." Kevin senang saat Rachael memanggil dirinya sendiri mami, wanita ini menerimanya. Kevin berjalan keluar dari kamar dengan bersembunyi di belakang tubuh Rachael. Ia melihat ayahnya berdiri menatapnya dengan wajah yang berkerut. "Papa..."

"Mami..." cicit Kevin. Ia menarik tangan Rachael, meminta pertolongan ketika ia melihat Jonathan tidak bereaksi. Ia ketakutan.

Kevin semakin takut ketika Jonathan berjalan mendekatinya. Namun, Jonathan malah menarik lengan Rachael. Mereka berdua berjalan menjauhinya dan mendiskusikan sesuatu. Meninggalkan Kevin yang berdiri canggung.

Jonathan berjalan kembali, memasuki ruang tamu dan duduk di sofa single. Rachael dan Kevin mengikutinya dari belakang. Rachael dan Kevin duduk bersampingan. Kevin masih tetap bersembunyi dari Jonathan.

"Jadi, kenapa kamu pergi?" Jonathan memulai sesi interogasinya.

Rachael merasakan pegangan tangan Kevin semakin erat. Ia mengelus lengan Kevin perlahan untuk menenangkannya.

"Kevin..." Air mata kembali mengalir dari pelupuk mata Kevin.

Jonathan berdiri dari sofa, lalu berjongkok di depan Kevin, ia berbicara dengan lembut,"Ayo cerita sama papa. Dari awal..."

Kevin menceritakan semua yang dilihatnya, dimulai dari melihat Jonathan dan Rachael bersama sampai dengan Hanna dan Robert.

Jonathan memeluk Kevin, Kevin menangis dengan keras sambil bercerita. Jonathan tidak menyangka, anaknya yang paling penurut menyimpan banyak beban hanya karena ia dan Hanna.

"Papa dan mama tidak saling mencintai. Semenjak kakek dan nenek kalian meninggal papa dan mama memutuskan untuk berpisah, karena penyebab papa dan mama menikah sudah tidak ada."

"Papa menikah karena kakek dan nenek?" tanya Kevin sambil menatap Jonathan.

"Ya. Papa dan mama dijodohkan, karena papa dan mama memang bersahabat sejak kecil. Kakek dan nenek sudah sangat tua, mereka ingin melihat Kevin, Alex dan Marvel kecil."

"Jadi, kami bertiga ada bukan karena cinta? Sehingga papa dan mama tetap tidak bisa bersama meskipun ada kami? Papa dan mama tidak menyayangi kami?"

"Papa dan mama mencintai kalian. Sangat. Tapi, tetap saja cinta papa dan mama kepada kalian bukan cinta terhadap lawan jenis. Kevin tahu kan, cinta antara pria dan wanita? Papa dan mama harus mencari cinta sejati kami, supaya nanti cinta sejati papa dan mama tidak kesepian sampai tua. Karena kami memilih pasangan yang salah."

Kevin menganggukkan kepalanya sebagai respon.

"Kevin lihat sendirikan kemarin, betapa papa bahagia bersama bu Rachael? Betapa mama dan paman Robert bahagia?"

Kevin kembali mengganggukkan kepalanya sambil menangis. "Iya."

"Itulah alasan kenapa papa dan mama tidak bisa bersama. Papa harap Kevin bisa mengerti, dan tetap menjadi Kevin papa yang baik."

Kevin kembali menganggukkan kepalanya. Jonathan memeluk anaknya dengan erat.

"Kevin janji ya sama papa, kalau ada masalah Kevin harus bercerita dan bertanya pada papa.. jangan menyimpan semuanya sendiri. Kevin masih kecil."

Jonathan melepaskan pelukannya, lalu mengulurkan jari kelingkingnya pada Kevin, "janji?"

"Janji." balas Kevin, lalu mengaitkan jari kelingkingnya pada Jonathan.

"Jadi, sekarang anak papa sudah mau pulang?"

Kevin menggelengkan kepalanya,"Tidak mau."

Jonathan meremas rambutnya frustasi, "Kenapa? Kenapa Kevin belum mau pulang?"

"Kevin masih mau sama mami." jawab Kevin malu-malu sambil menundukkan kepalanya.

Jonathan menatap Rachael bingung. Rachael yang juga tidak tahu apa-apa, akhirnya bertanya, "Kenapa?"

"Mami gak mau terima Kevin lagi?"

Pertanyaan Kevin membuat Rachael dan Jonathan terkejut. "Tidak... Bukan begitu. Tapi mami hanya ingin tahu alasannya."

"Kevin mau tidur sama mami. Mau dipeluk saat tidur."

Jawaban polos dari Kevin membuat hati Rachael menghangat. Ia langsung mengganggukkan kepalanya. "Iya, nanti tidur sama mami lagi. Jo, Kevin nginap sama aku ya malam ini."

Jonathan mengganggukan kepalanya pasrah, "Tapi, besok Kevin sudah harus pulang ya setelah sekolah. Besok papa jemput pagi-pagi, papa bawain seragam dan buku-buku Kevin."

"Kevin sudah bawa semuanya."

Jawaban Kevin kembali mengejutkan Jonathan. Ia baru tahu, anaknya sudah bersenjata lengkap sebelum kabur.

----

Rachael menepuk punggung Kevin, membantu Kevin untuk tidur. Kevin menempel padanya seharian penuh. Ia baru tahu bahwa Kevin sangat manja.

"Mami..." tepukan pada punggung Kevin terhenti, saat ia mendengar panggilan Kevin.

"Ya?"

"Mami sayang sama papa?"

"Ya, mami sayang sama papa." sahut Rachael sambil menepuk punggung Kevin kembali.

"Apa nanti jika papa dan mami tidak saling menyanyangi lagi, papa dan mami akan berpisah?"

Rachael mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan Kevin, ia terdiam cukup lama. "Jika papa dan mami sudah memutuskan untuk bersama, lalu akhirnya kami menikah. Mami tidak akan pergi meninggalkan papa."

"Mami... Kevin berjanji, jika Kevin sudah besar nanti lalu menikah. Kevin tidak akan berpisah dengan istri Kevin meskipun kami menikah karena dijodohkan. Kevin tidak ingin jika anak-anak Kevin kelak, akan merasakan apa yang Kevin rasakan. Kevin akan berkorban." Kevin mengatakannya sambil menangis, ia memeluk Rachael dengan erat.

Anak sekecil Kevin sudah harus menanggung beban yang besar, bahkan sudah menyusun masa depannya sendiri supaya tidak ada lagi kejadian yang sama. Rachael ikut menangis, merasakan sakit hati Kevin.

"Ya. Lakukan yang terbaik. Mami tahu, Kevin pasti bisa melakukan hal yang paling baik."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro