BAB 14
#591 in Romance
Thanks! 💕🎉
Jumat. Hari yang ditunggu semua orang, Rachael yakin itu! 100%. Rachael meregangkan kedua tangannya sambil bersandar pada badan sofa di belakangnya. Sekarang baru pukul tujuh lewat lima belas menit. Ia sudah selesai mengajari Kevin dan Marvel, yang tersisa hanyalah Alexander.
Rachael sudah lelah mendengarkan keluhan Alexander dalam waktu tiga puluh menit. Cape, lelah, ngantuk dan sejenisnya. Meskipun hanya Alexander yang mengeluh, tetapi terdengar seperti tiga orang yang sedang mengeluh. Rasanya Rachael juga ingin ikut mengeluh, siapa yang tidak mau cepat-cepat selesai?
"Mami... Kan hari ini hari Jumat, Alex juga nggak ada PR. Nggak usah les aja ya!" bujuk Alexander sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.
Rachael menggelengkan kepalanya, menunjukkan penolakannya. Sebenarnya ia bingung, wajar saja jika hanya Marvel yang memanggilnya 'mami', tapi kenapa Alexander juga ikut-ikutan memanggilnya 'mami'? Haaah~
"Alex, ayo les yang benar! Jangan main-main begitu!"
Terdengar suara teguran di belakang Rachael. Rachael membalikkan badannya dan mendapati Jonathan sudah berdiri dibelakangnya. Pakaiannya masih rapi, namun dasinya sudah terlihat longgar meskipun masih tergantung di lehernya.
"Yaaahh,papa. Kan besok sabtu, Alex juga nggak ada PR. Ini aja mami udah paksa Alex baca dua halaman ips!"
Alexander berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju Jonathan sambil menarik-narik ujung jas pria itu. "Tidak. Alex boleh selesai setelah sepuluh menit lagi, tapi harus belajar dengan benar dulu."
"Iya, janji ya! Mami dengarkan, sepuluh menit lagi! Jadi mami jangan tambah-tambah ya!" Alexander mengalihkan pandangannya pada jam dinding, "Jam 7.40 ya mami!"
"Iya-iya. Sini ditanya dulu."
Rachael menanyakan beberapa pertanyaan kepada Alexander sesuai dengan materi yang Alexander baca. Alexander dapat menjawab dengan benar, padahal yang dari tadi Rachael lihat Alexander hanya mengipas-ngipaskan kertas itu tanpa membacanya dan mulutnya selalu mengajukan protes. Tidak ada saat di mana Rachael mendapati Alexander membaca. Mungkin memang pada dasarnya Alexander sudah pintar.
----
"Bisa tolong aku untuk menjaga Kevin, Alex dan Marvel besok?"
Kalimat itu membuat Rachael mengeratkan pegangannya pada tali handbagnya. Bukannya keberatan, tapi hanya terkejut. Rachael memutar otaknya, mencoba untuk mengingat-ingat kembali apakah besok ia memiliki janji atau tidak.
Pesta ulang tahun Celine. Untung Rachael mengingat pesta ulang tahun Celine satu detik sebelum ia menganggukkan kepalanya kepada Jonathan. Ia bisa dikuliti hidup-hidup oleh Celine, jika ia sampai lupa. Ya, jika ia lupa.
"Maaf, Jonathan. Saya tidak bisa, Celine mengundang saya untuk menghadiri pesta ulang tahunnya besok. Dan saya sudah berjanji untuk hadir. Jika saya boleh tahu, mengapa?" Rachael duduk di atas sofa sambil menarik-narik turun rok hitamnya.
"Sebentar saja? Hanya sampai pukul dua siang" Alexander berdiri dari meja kerjanya, lalu duduk di sebrang sofa yang sedang diduduki oleh Rachael. "Mbok Inem dan Pak Budi harus pulang. Mendadak. Putri mereka terjatuh dan dilarikan ke rumah bersalin. Melahirkan lebih cepat."
Melihat tidak ada tanggapan berarti dari Rachael, hanya pandangan yang sedikit mendung. Alexander melanjutkan, "Aku sudah mencari pengganti, tapi untuk bulan depan. Jadi aku membutuhkan waktu untuk mencari pengganti mbok Inem. Karena selama ini anak-anak berada di rumah bersama dengan mbok Inem."
"Kakek dan Neneknya mungkin?" Sebelumnya Rachael ingin bertanya tentang mantan istri Jonathan, tapi ia takut menyinggung ego pria itu. "Bukannya saya menolak, tapi saya tidak sempat."
"Kakek dan Nenek mereka sudah meninggal."
"Maaf... aku turut berduka. Em... Mama Alexander?" Akhirnya pertanyaan ini terucap dari bibir Rachael.
"Tidak bisa. Saat ini dia sedang bulan madu."
Jawaban Jonathan mengejutkan Rachael, bagaimana bisa orang yag baru bercerai tiga bulan sudah bisa bulan madu? Seram.
"Kalau begitu, saya coba tanyakan waktunya kepada Celine dulu." Ia dan Celine memang tidak pernah memiliki waktu yang pasti untuk bertemu. Janji pagi, bisa keluar sore. Kalau sudah akrab memang begitu,kan?
----
Rachael memarkirkan mobilnya di depan pagar utama rumah Jonathan. Ya... Ia berakhir di sini. Pukul tujuh pagi di hari sabtu. Bersyukurlah hari ini bukan hari minggu.
Semua ini terjadi karena Celine dengan cepat mengiyakan untuk memundurkan waktu temu mereka dengan senang hati saat ia mendengar bahwa Rachael diminta untuk menjaga ketiga putra Jonathan. Bahkan ia meminta Rachael untuk mengajak Jonathan dan ketiga putranya. Hah!
Rachael mengetuk pintu, sambil menunggu pintu terbuka. Jonathan muncul dibalik pintu, dengan rambut yang tampak seperti baru saja bangun tidur. Dengan kaus putih dan celana panjang abu-abu yang berantakan.
"Pagi, Rachael. Silahkan masuk. Bisa bantu buatkan kami sarapan terlebih dahulu?" Jonathan tersenyum tipis sambil mengusap rambutnya.
"Ya. Saya akan memasak." Rachael berjalan masuk, lalu menaruh handbagnya di atas meja dapur. Rachael membuka pintu lemari es, lalu mengambil bawang bombai dan beberapa butir telur. Lalu mencuci beras dan memasaknya.
Rachael mengambil celemek setelah beberapa kali mencarinya di dalam laci. Rachael memasak telur dadar bawang bombai dengan cepat, lalu melanjutkan memasak sup jagung.
"Ayo turun anak-anak." teriak Jonathan yang sedang berjalan menuruni tangga. "Makanan sudah siap."
Marvel keluar dari kamarnya yang berada di lantai bawah sambil mengucek matanya, ia masih memakai piama lengan panjang bergambar cars.
"Mami!" teriaknya setelah ia menyadari keberadaan Rachael. Marvel berlari menuju Rachael yang sedang menyendoki nasi ke dalam mangkuk besar, lalu mengopernya kepada Jonathan yang sedang mengulurkan tangannya.
"Duduk di kursimu, Marvel. Kita akan makan."
Rachael berjalan menuju meja makan sambil menggandeng tangan Marvel. Kedua bola matanya mendapati Kevin dan Alexander yang sudah duduk.
"Marvel! Makan sendiri,ya!" Jonathan mengingatkan Marvel sebelum mereka mulai untuk makan. Kegiatan makan berjalan dengan cepat, mereka semua makan dengan diam. Rachael bersyukur bahwa masakannya tidak mendapat protes apapun, meskipun ia sadar bahwa telur dadarnya yang harusnya manis malah terasa asin.
----
Rachael melirik jam tangannya, pukul 14.45. Jonathan sudah terlambat empat puluh lima menit, sedangkan Celine sudah menunggu di mall selama tiga puluh menit.
Rachael memutuskan untuk menelepon Celine, mengatakan bahwa ia akan terlambat lebih lama dan menanyakan apakah lebih baik janji mereka dibatalkan atau tidak.
"Bawa saja anak-anak kemari. Tidak apa-apa kok." jawab Celine.
"Baiklah, aku bawa mereka. Aku kabarin papa Alex dulu. Bye!"
Sambungan telepon dimatikan, lalu Rachael menelepon Jonathan meminta izinnya untuk membawa ketiga putranya ke mall.
"Ah!" terdengar hembusan nafas lega dari Jonathan. "Aku hampir meneleponmu, aku tidak bisa pulang sekarang. Tiba-tiba ada investor penting yang datang dari jauh. Aku tidak bisa begitu saja menolak mereka. Tolong sampaikan terima kasihku pada Celine!"
------
Traktiran ulang tahun Celine berakhir di restoran fastfood, anak-anak hanya dapat makan ayam goreng dan kentang goreng, bukannya sushi dan sashimi.
Namun, Rachael tidak melihat raut cemberut dari Celine seperti biasanya. Celine malah terlihat sesekali mencubiti pipi Marvel dan menggoda Alexander. Sampai saat ini hanya Kevin yang paling sulit tersentuh.
Pukul lima sore, Jonathan sampai di tempat mereka. Berbincang-bincang sebentar dengan Celine sebelum Celine memilih untuk pulang. Ia memiliki acara lain, Celine memang memiliki banyak teman. Berbeda dengan Rachael yang tidak dapat berbaur dengan teman-teman Celine yang lain.
"Saya juga pulang duluan, Jonathan. Saya rasa saya sudah bisa pulang." Rachael bangkit dari duduknya, lalu merapikan pakaiannya.
"Tunggu sebentar, bagaimana sebagai tanda terima kasihnya. Kita nonton? Bersama anak-anak tentunya. Despicable me? Tidak apa-apakan?"
"Ya." Rachael mengangguk dengan antusias. Ia memang sudah satu minggu memilih waktu untuk menonton seri ketiga kartun ini.
"Ayo, anak-anak. Kita nonton Gru!" Jonathan menggendong Marvel, dan mereka berjalan menuju bioskop untuk membeli tiket dan cemilan.
----
Kevin, Alexander,Marvel, Rachael, Jonathan - posisi duduk mereka di bioskop. Kevin yang memaksa untuk duduk di posisi paling tepi. Alexander yang ingin duduk di antara Kevin dan Marvel. Dan Marvel yang tidak mau duduk jauh dari Rachael.
Rachael tidak bisa menonton film dengan tenang. Beberapa kali hiasan minion pada tutup botol Marvel terjatuh, mengharuskan Rachael untuk mencarinya di bawah kursi.
Sama seperti saat ini, Rachael tengah menunduk untuk mencari minion yang lagi-lagi terjatuh karena lepas dari tutup botol. Mata Rachael menangkap keberadaan pil kuning itu yang berada tepat di samping telapak kaki Jonathan.
Rachael mengambilnya bertepatan dengan Jonathan yang juga mulai menunduk untuk mengambilnya. Jonathan mengarahkan wajahnya menuju wajah Rachael, menyentuhkan bibir mereka sekilas.
Jonathan melepaskan sentuhan bibir mereka, sebelum menekan bibir Rachael dengan bibirnya lebih kuat, sekali lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro