Iruma Jyuto; Lemon Tea
"(Name)...."
"Tinggalkan aku sendiri, Jyuto."
Laki-laki berkacamata itu menghela napas panjang lalu berdiri dari kasur, menatap kekasihnya yang masih meringkuk di dalam selimut di atas kasurnya.
"Aku ada di dapur kalau kau ingin mencariku."
(Name) tidak merespons, membuat Jyuto kembali menghela napas lalu keluar kamar (Name), menuju dapur. Begitu sampai di dapur, Jyuto langsung membuka kulkas, mencari bahan yang dia perlukan.
Setelah mendapatkan apa yang dia perlukan, Jyuto menutup pintu kulkas.
"Apa yang kau lakukan?"
Suara serak nan feminim itu berhasil menarik perhatian Jyuto, menoleh ke belakangnya dan mendapati (Name) sedang berdiri dengan selimut menyelimuti seluruh bagian tubuhnya kecuali wajahnya. Mata sembab dan merah (Name) menatap Jyuto dengan datar, dan bibirnya yang kering kembali terbuka.
"Jyuto?"
"Oh, aku hanya ingin membuatkanmu minuman—sepertinya dugaanku benar, suaramu serak karena menangis. Duduklah dulu."
(Name) hanya mengangguk singkat, duduk di kursi makan, menatap Jyuto yang dengan ahli menyipkan minuman di dapurnya.
'Jyuto sering menginap disini, jadi aku tidak akan heran kenapa dia bisa hapal isi apartemenku,' pikir (Name).
Lalu perhatian (Name) teralihkan oleh segelas lemon tea yang diletakkan di depannya.
"(Name), kau sudah tiga hari menangis dan mengurung diri seperti ini," ucap Jyuto, "jangan membuatku khawatir."
Pandangan (Name) meredup, "Jyuto, kau tidak mengerti...."
Jyuto menatap lama (Name) sebelum akhirnya menghela napas.
"Tentu saja aku tidak mengerti kenapa kau menangis seperti ini hanya karena salah satu heroine di novel kesukaanmu mati."
Ya, seorang wanita dewasa, (Name) (Surname), menangis dan mengurung diri selama tiga hari dua malam karena kematian karakter yang tidak nyata di novelnya.
"INI BUKAN HANYA, JYUTO!"
(Name) langsung batuk-batuk setelah berteriak seperti itu. Tentu saja tenggorokannya jadi sakit setelah tiga hari berturut-turut menangis dan meraung tidak jelas, dan suaranya habis bersamaan dengan datangnya Jyuto ke apartemennya karena (Name) hilang kabar selama tiga hari.
Memang (Name) sangat mendalami sesuatu yang dia baca, tapi Jyuto tidak menduga akan sampai di level (Name) akan membunuh dirinya perlahan.
"Minum dulu, setidaknya tenggorokanmu tidak akan sesakit sekarang."
(Name) menggeleng, "aku suka teh, tapi tidak dengan lemon."
"Hm, aku baru tahu kau tidak suka lemon," komentar Jyuto mengangkat sebelah alisnya.
"Lemon itu masam," ucap (Name), "ugh, memikirkannya saja sudah membuatku merasakan rasa masamnya di lidahku."
"Kalau tidak dicoba, kau tidak akan tahu (Name)," sahut Jyuto mengambil gelas yang ada di depan (Name) kemudian meminumnya.
"Sudah kubilang aku tidak suka—"
Jyuto memegang dagu (Name), membuka paksa mulut (Name) lalu menciumnya. Iris (Name) melebar saat lidahnya merasakan minuman dingin dan manis masuk ke dalam mulutnya dan melewati tenggorokannya.
Sementara Jyuto sendiri memperhatikan wajah (Name) yang perlahan memerah dalam diam. Setelah minuman yang ada di mulut Jyuto berpindah ke mulut (Name), laki-laki itu melepaskan ciuman mereka.
"Bodoh," komentar (Name) langsung membuang pandangannya, "bilang saja kau modus ingin menciumku."
Jyuto hanya tersenyum melihat wajah merah (Name).
"Tapi," bisik (Name), "lemon tea-nya tidak semasam dugaanku."
Senyum Jyuto kini berubah menjadi seringai nakal, dengan tangannya kembali memegang dagu (Name).
"Jadi, ingin meminumnya langsung atau perlu bantuan dariku? Pilihan ada di tanganmu, sayang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro