Finished
"Apa kau menyesal? Atau kau bahagia sekarang?"
"Mungkin, bahagia lebih mendominasi." Terselip nada candaan dalam kalimat itu, guna menghilangkan suasana yang mendadak canggung dan menjadi sangat kaku. "Tetapi aku benar-benar bahagia saat mengetahui kau bisa memilih sesuatu yang menyenangkan, seperti sekarang. Terlepas dari menjadi akrab dengan si cupang merah."
Gadis itu tertawa, sesuatu berputar di perutnya, terasa sedikit hangat dan menyenangkan, dia bersumpah akan menikahi Jeno jika lelaki ini terus melakukan hal-hal gila. "Ya, kupikir Daddy benar-benar tulus saat memberikannya padaku." Aera berkata pelan, kemudian menoleh ke arah Jeno, menyelami netra gelap milik si senyum teduh. "Tetapi apa kau bahagia dengan itu? Apa kau tidak punya keinginan untuk dirimu sendiri? Kenapa melakukan sejauh ini? Jeno, apa kau pikir aku bahagia saat mengetahui kau mengorbankan semua untuk ini?"
Jeno tidak akan terkejut dengan ledakan dramatis dari si kutub, dia berpikir bahwa itu memang harus terjadi. Lagi pula, manusia mana yang bahagia jika tahu seseorang tenggelam untuk membuatnya tetap hidup, wajar jika gadis ini marah. "Aku punya, Aku akan segera mewujudkannya." Jeno menjawab dengan panik, berusaha menyelesaikan kalimat sebelum jiwa Antartika Aera keluar, dan untuk yang satu itu benar-benar terasa merepotkan.
Si cantik berusaha mengendalikan diri, karena demi apa pun Jeno benar-benar membuatnya merasa bersalah, dia tidak suka dengan perasaan aneh yang menekan bagian dada itu, emosi hanya membuat semua menjadi lebih kacau. "Katakan, Apa yang bisa kulakukan? Akan kuberikan yang terbaik." Kecuali keinginan menghabiskan malam panas yang menyenangkan, dan Aera akan membunuh Jeno untuk itu.
Terima kasih banyak dengan pemikiran primitif ini!
"Kupikir hanya kau yang bisa."
Gadis itu mengerutkan kening, Pembahasan ini terdengar sedikit rumit. "Ya?" jawabnya, sangat hati-hati.
Jeno kembali menghela napas diiringi kening berkerut dalam, seperti memikirkan sesuatu yang berat dan sangat berbakat membuat kepala terserang migrain, dengan perlahan tatapannya berubah menjadi tajam. "Kau masih ingat wishlist kita dulu?" Dia bertanya sedalam palung, hanya butuh hitungan detik untuk merubah suasana menjadi gelap dan serius.
Apa-apaan itu?! Seolah Aera adalah tersangka sebuah kejahatan besar di sini.
"Uhm ya, kupikir kita baru saja menyelesaikan milikku, meski hampir enam tahun berlalu," jawab Aera dengan nada sinis di akhir, menutupi kenyataan bahwa suaranya sedikit sulit untuk keluar, dia benar-benar berbakat dengan yang satu ini.
Jeno tertawa pelan, tetapi cukup untuk membuat Aera kembali santai. "Benar juga, semua keinginanmu sudah kita lakukan." Dia menatap lurus ke depan, seperti menerawang dengan pikiran yang mengelilingi tata surya. "Jadi, apa kau bisa membuat harapanku menjadi nyata?" tanyanya diiringi bibir melengkung indah. "Ini bukan pertanyaan, ini perintah."
"Jeno," bisik Aera pelan, dia tidak bodoh untuk mengartikan itu, apa Jeno baru saja menyuruhnya untuk membayar semua hal yang lelaki itu lakukan? Omong kosong, Aera akan melakukannya dengan senang hati!
"Harapanku hanya satu, Aera. Menua denganku. Jadilah milikku, hanya milikku."
Netra gelap Aera perlahan membuat embun berupa kilatan kaca yang sewaktu-waktu bisa pecah kapan saja, meski tidak banyak perubahan dalam ekspresi gadis itu. Dia menatap netra gelap lelaki di depannya, mencoba mencari kesungguhan di sana, dan dia menemukan pada detik pertama, Jeno tidak sedang bercanda rupanya.
Persetan dengan emosi atau apa pun, Aera akan mewujudkan semua hal yang Jeno inginkan.
Lelaki itu berdiri di depan Aera, tangannya saling menggenggam dengan tangan kanan berada di bagian dalam. Perlahan genggaman itu terbuka dan mengacungkan jari tengah ke arah Aera, sebuah cincin dengan ukiran indah terpasang di sana. Sialan, apa-apaan ini!?
"Be my wife."
Dia meminta tanpa keraguan, meskipun terasa sedikit tidak santai memang. Lagi pula siapa yang akan melamar dengan cara seperti ini? Sangat tidak romantis, tetapi sialnya membuat suasana terlihat tidak jauh beda dari eskrim di siang hari.
"The hell. Apa meletakkan cincin di jari tengah adalah trend baru untuk melamar?" Aera menatap tak percaya, dihadiahi senyum kian lebar dari objek makian. "But seriously, Jung Jeno? Aku bersungguh-sungguh, kau lebih manis dari eksrim karamel ini, dan itu sama sekali tidak memuakkan." Dia berkata jujur, sangat jujur atas apa yang selama ini dipendam.
Baiklah, di atas fuckboy masih ada Jeno!
Lelaki itu melepaskan tawa, sangat keras hingga membuat Aera menyumpalnya dengan cup eskrim. Secara perlahan membawa cincin yang berada di jari tengahnya pada jari manis Aera, memasang benda itu dengan hati-hati, bak diberi efek slowmotion, tiba-tiba suasana terasa seperti dihujani kelopak bunga mawar merah. Ya Tuhan, hubungan mereka benar-benar beraura pink manis.
"Baiklah. Aku tidak peduli dengan jawabanmu, Aera Kim. Biar kukatakan sekali lagi, itu bukan pertanyaan atau permintaan, itu perintah. Kau hanya terlahir untukku, dari dulu, sekarang, dan kehidupan selanjutnya."
Aera menatap cincin di jari manis dengan hangat, sesuatu bermekaran dan meledak di dadanya, terasa sesak yang menyenangkan. "Apa aku baru saja di klaim milik seseorang?"
Lelaki itu kembali tersenyum dan mengusap pipi pucat gadisnya yang merah padam, apa itu terasa panas? Ya, hanya Jeno yang boleh membuatnya memerah.
"You're mine." Dia berbisik rendah di depan wajah Aera, membuat si cantik meremang dengan sesuatu yang bergerak ringan di atas bibirnya.
Gadis itu memejamkan mata, larut dan menyatu dengan suasana. Perutnya berputar, sesuatu terasa menggelitik di sana. "I'm yours." Aera balas berbisik, membuat Jeno menggeram karena bibirnya ikut bergetar dan bergerak di sana.
Mereka menikmati itu, kegiatan yang menghantarkan jutaan volt listrik dalam aliran darah, panas dan menggairahkan.
Mungkin iblis bekerjasama dalam hal ini, membuat semua menjadi begitu kotor, tetapi juga sakral di saat bersamaan.
"Apa kau akan menikahiku setelah ini?" Aera adalah yang pertama kali memutuskan penyatuan bibir mereka setelah Jeno bergerak sedikit buas, Tuan Muda benar-benar tidak tahu tempat rupanya.
Baiklah, mungkin Aera tidak ingin menghadiahi ayahnya cucu sebelum menikah, dan mengalihkan perhatian adalah cara paling cerdas untuk menghindari itu. Karena pada dasarnya, Tuan Kim orang tua yang tradisional untuk beberapa hal. Terima kasih banyak!
Jeno terpejam dengan sedikit rasa pusing menyerang tatkala sesuatu tidak berhasil bebas darinya. "Ya, tentu saja," jawab lelaki itu, berusaha untuk mengendalikan diri atas semua yang berputar di kepala.
Dia tahu bahwa Aera akan sangat manis, dia hanya tidak tahu bahwa rasanya jauh lebih memabukkan. Sial!
Gadis itu tersenyum. "Kau tau? Bocah kecil sok dewasa baru saja menepati janji yang dia buat ketika kami berpisah dulu," katanya, masih mempertahankan lengkungan indah di sela napas yang memburu.
Perlahan pupil Jeno melebar seiring dengan semua informasi yang dicerna. "Aera?" Dia berkata dengan tangga nada tinggi, kebahagiaan terpancar dari ekspresi wajah yang sangat kentara. Apa Aera baru saja mengatakan bahwa gadis itu mendapatkan kembali ingatannya? Demi Tuhan, ini adalah malam terbaik bagi Jeno.
Si cantik tersenyum lebar. "Iya," sahutnya ketika membawa tubuh kurus untuk berlari kecil menjauhi Jeno. Dadanya terasa benar-benar penuh saat ini, jika menetap sebentar lagi mungkin Aera akan mimisan, ya Tuhan.
"Aera?!" Lelaki itu kembali berteriak, seolah tidak percaya dengan semua yang terjadi. Mungkin jika ada kontes lelaki paling bahagia, Jeno memenangkan peringkat pertama untuk malam ini. Dengan senyum cerah mengalahkan sinar mentari pagi, lelaki itu ikut berlari kecil mengejar gadisnya. Ketika berhasil menyamai langkah, tangannya dengan sengaja menggelitik si cantik hingga membuat mereka tertawa lepas, kemudian kembali melambatkan langkah guna membuat Aera tetap berada di depan.
Jeno adalah lelaki termanis di galaksi ini! Itu pernyataan, bukan pertanyaan.
Mungkin benar, setiap orang memiliki kecepatannya sendiri, semua orang punya waktu untuk bahagia, dengan porsi yang berbeda.
Setelah melewati banyak hal, sesuatu yang menyenangkan menghampiri mereka. Sesuatu yang membuatnya ingin hidup 1000 tahun lebih lama. Hanya perlu sedikit bersabar untuk mencapai puncak menyenangkan itu.
Setelah ini, semoga mereka selalu bahagia, sekarang dan di kehidupan selanjutnya.
Ngomong-ngomong, aku menyadari satu hal malam ini. Membuat seseorang merasa dicintai olehmu tidak melulu tentang mengatakan 'aku mencintaimu'. Kupikir Jeno dan Aera lebih beraura merah muda dari sekedar kalimat itu.
Selamat tinggal, akhir manis dari kisah yang rumit.
🦋
•
Selesai
•
🦋
Terimakasih sudah menemaniku sejauh ini, agak berlebihan memang, tapi aku benar-benar senang karena kalian membaca ini hingga selesai.
Aku harap akhir dari kisah mereka membuatmu puas. Ini versi terbaikku.
Aku juga berharap semoga kalian bisa lebih bahagia. Aku mendoakan itu.
Ingin part bonusnya? Hwhw. Tetap save cerita ini di pustaka, notifikasinya akan menyusul.
Mari sedikit berandai-andai, jika Aera-Jeno berada di toko buku, apa kamu ingin mengadopsi mereka?
Jangan terlalu dipikirkan, itu hanya secercah harapanku, hwhw.
Aku bahagia dan sedih untuk beberapa alasan, pai pai Aela Jeno ㅠㅡㅠ
See yaa, di cerita yang lain.
Raihan Az.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro