Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 40

"Morning." Aera menuruni tangga dengan sedikit berlari, sapaan riang diiringi senyum lebar merekah di atas bibir berpoles lipstik tipis merah muda, benar-benar lebar hingga terlihat sedikit menakutkan.

"Gaji tambahan?" tanya Tuan Kim, berusaha tidak berpikir bahwa Aera baru saja dirasuki setan yang tersesat di rumah mereka.

Gadis itu mendaratkan bokong begitu tiba di meja makan. "Lebih dari itu." Dia berkata dengan senyum misterius, kemudian mengambil sepotong roti dan susu yang telah disiapkan oleh Nyonya Kim.

"Dia bertemu Jeno semalam," jelas Nyonya Kim, menumpu dagu di atas kedua tangannya yang berada di meja, membawa tatapan pada wajah Aera dengan ekspresi sedikit menggoda.

"Mungkin." Gadis itu mengendikkan bahu acuh, tetapi gagal untuk menyembunyikan sebuah senyum malu-malu di wajahnya.

Tuan Kim tertawa, kabar baiknya Aera adalah Aera, bukan setan yang tersesat. "Jadi, kami benar-benar akan memiliki cucu sebentar lagi?"

"Dad?" Gadis itu hampir tersedak dengan susu yang diminum, Aera berpikir bahwa dia masih terlalu bayi untuk memiliki seorang bayi.

"Hey, setidaknya beri kami lemon."

Aera tertawa mendengar ucapan sang Ibu, apa itu ungkapan seperti 'hidup memberimu banyak lemon?'

Dia sedikit takut jika ibunya tidak paham dengan makna dari kalimat itu. Oh, apakah Nyonya Kim melihat sesuatu seperti lemon terposting di facebook?

"Jangan bilang jika kalian lupa?" Mendadak segitiga imajiner muncul di sudut kepala Aera, harusnya mereka tidak heran jika dia sangat bahagia hari ini, tetapi apa yang baru saja terjadi membuat gadis itu sedikit curiga.

"Tidak, mana mungkin?" balas Tuan Kim panik.

Ekspresi Aera berubah menjadi lebih santai. "Jangan telat, awkay? Aku ingin memotong pita dengan kalian." Gadis itu tersenyum lembut dengan mulut yang kembali mengunyah.

Ia mengambil sepotong roti sebelum berangkat ke tempat tujuan setelah mendengar jawaban 'ya' dari orang tuanya.

Gadis itu mengemudi dengan hati-hati, tangan kanan bergerak memasukkan roti ke dalam mulut dengan bibir yang tidak hentinya merekahkan senyum.

Tiba-tiba ingatan membawanya kembali pada memori semalam, di mana Jeno mengibarkan bendera perdamaian di antara mereka, meski beberapa fakta yang lelaki itu katakan sedikit membuat Aera terkena serangan jantung. Sangat berlebihan memang.

Ewh, pipi Aera kembali memerah dengan nakal hanya karena mengingat beberapa kalimat manis yang Jeno layangkan semalam, cialan!

Dia merasa sesuatu di dadanya mekar dengan sangat gila, menggelitik hingga nyaris merenggut kewarasan tatkala sekelibat memori itu terulang.

Aera menelan ludah, apa ini sebabnya Renjun selalu datang di saat ia sedang berurusan dengan semua kegilaan Naomi? Sedikit masuk akal memang.

Astaga, bahkan Aera sempat berpikir bahwa Renjun menaruh hati padanya karena semua hal itu. Baiklah, tingkat kepercayaan diri yang tidak bisa dikendalikan, atau mungkin memang benar? Siapa tahu?

"Itu sudah tidak penting sekarang, maaf karena membuatmu menangis." Ada jeda yang lama ketika dia kembali pada hari di mana Aera menangis untuknya, rasa kesal meluap begitu saja tatkala otak mulai membuka semua kejadian itu. "Aku benar-benar minta maaf. kupikir kau akan sedikit ringan jika aku pergi dengan hubungan kita yang sedang tidak baik-baik saja, bukankah kau kesal padaku? Aku membacanya di buku jika seseorang membuatmu marah maka kau akan kesal ketika mengingatnya, bukan bersedih. Aera, aku tidak ingin kau sedih."

Untuk beberapa alasan, Aera ingin menendang lelaki itu ke luar pagar hingga menembus galaksi, apa-apaan dengan pengakuan mengikuti petunjuk buku.

Apa lelaki ini tidak tahu jika Aera mati-matian menahan sesak ketika ingatan masa lalu menghantam kepalanya? Juga boneka beruang sialan yang selalu membawa kenangan pada Jeno, atau ketika Aera menangis tersedu-sedu tatkala rasa rindu menghampiri dan memporak porandakan kewarasan? Dan yang bisa dia lakukan hanya memeluk boneka dengan pipi sembab di atas ranjang.

Aera benar-benar tidak berdaya dengan semua hal kala itu, dan kini Jeno datang dengan mudah mengatakan bahwa dia mengikuti petunjuk buku?

Bagus, itu adalah sebuah lelucon terbesar di alam semesta!

"Jeno, Kau brengsek yang tampan." Aera berkata dengan tenang, menahan keinginan kuat untuk menendang lelaki itu karena alasan yang baru saja diucap, 'tidak ingin membuat Aera sedih'. Terdengar manis memang, meskipun tetap saja menjengkelkan.

Sialan sekali, jantung Aera benar-benar seperti jelly dengan topping coklat lumer di atasnya.

Jeno tertawa, dia jelas tidak suka pada gadis yang kasar, tetapi Aera adalah pengecualian dari setiap hal yang tidak dia sukai.

Mari mempersingkat, Jeno menyukai semua hal yang ada pada si kutub, bahkan jika itu hanya sebutir debu yang menempel di kakinya.

"Apakah itu berhasil?"

"Jeno, kau serius?"

"Aku tidak berpengalaman, aku hany –" Ucapan Jeno terhenti, dia berpikir bahwa Aera tidak perlu tahu jika alasannya tidak pernah berkencan karena janji manis mereka dulu.

Benar, Aera bahkan tidak ingat dengan semua hal tentang mereka, terlebih jika itu hanya sebuah janji tempo dulu. Jeno berdecih dan menertawakan dirinya ketika dia masih menyimpan rapi memori tentang hari itu.

Pada dasarnya, dia memang akan menyimpan rapi semua hal yang membuatnya bahagia, dan Aera termasuk dalam kategori itu.

"Kau hany?"

"Lupakan, aku ingin mengatakan sesuatu."

Aera berkedip. "Yaa?" jawabnya dengan sedikit gugup, yang entah untuk alasan apa perasaan itu membelenggu.

"Aku punya beberapa penyesalan di masa lalu, di antaranya membuatmu benci, sedih, atau mungkin sedikit kesal." Lelaki itu menyesap cairan yang berada di gelasnya dalam tenang dan santai, membuat Aera kesal karena menggantungkan kalimat yang membuat jantung serasa jauh dari kondisi sehat.

Gadis itu berdecak, menatap Jeno dengan kening berkerut dalam. "Ya?" katanya, terdengar sangat tidak sabaran.

Sebuah tawa kembali mengalun, kemudian netranya beradu dengan milik Aera yang gelap, berusaha menyelam dan memastikan bahwa ini pilihan tepat.

Dia tersenyum lembut, sangat teduh untuk semua hal, kemudian mengatakan sesuatu yang membuat bunga sejuta warna mekar di hati Aera.

"Jadi, biarkan aku mendekatimu, lagi, sebagai lelaki dewasa."

Tiiit.

Aera tersadar ketika sebuah suara nyaring berasal dari belakang mobilnya. Ya Tuhan, dia baru saja melupakan sesuatu, bahwa dia sedang berhenti di lampu merah.

Gadis itu menghela napas, berusaha santai dan tenang sebelum menekan pedal gas untuk kembali melajukan mobil dengan aman.

"Selamat pagi, Ibu Bos."

Aera tertawa ketika mendengar sapaan dari asistennya begitu tiba di tempat tujuan.

"Pagi, apa semua sudah beres?" tanya gadis itu, memarkirkan mobil sebelum turun dan membawa langkah ke sebuah bangunan di sana.

"Ya, semua aman ... Bu Bos, apa kau demam?"

Aera mengernyit bingung. "Tidak." Dia jelas merasa dalam keadaan tubuh yang sehat, kecuali jika berbicara dengan kewarasan, mungkin Jeno sedikit mengacaukan itu.

"Kenapa pipimu merah?"

Aera tersedak dengan ludahnya. "Aku alergi dingin," jawab gadis itu dengan kedua tangan menangkup pipi yang memerah tanpa menghentikan langkah.

Jeno sialan! Selalu saja berhasil membuatnya tersipu.

Asisten itu mengerutkan kening, kemudian menatap matahari yang cukup kuat menyebarkan kehangatan. "Dingin?" gumamnya, dia baru saja berpikir bahwa Ibu Bos punya semacam penyakit yang tidak bisa menyerap energi panas dengan baik. Sangat langka, tetapi tidak buruk.

🦋

Satu

Dua

Tiga

Krek

Suara tepuk tangan terdengar riuh ketika pita yang terpasang di depan gedung terputus. Aera baru saja meresmikan klinik yang dia bangun dengan tabungannya selama bekerja di rumah sakit.

"Kau tau? Kami bangga padamu." Tuan Kim berbisik yang diangguki sang istri dengan mata berkaca-kaca, tangannya ia bawa untuk mengusap pucuk kepala Aera.

Gadis itu balas menatap dengan air bening mengenang di pelupuk mata. "Aku bahagia jika kalian bahagia."

Ucapannya benar-benar membuat Tuan dan Nyonya Kim banjir air mata. Gadis ini! Sangat gemar menanam bawang.

Untuk beberapa alasan, Aera bisa mati dengan tenang sekarang. Dia merasa telah menepati janji dengan diri sendiri dan membuat Tuan Kim mengakui garis hidupnya.

Ini semua jelas tidak mudah, banyak hal yang Aera korbankan untuk sampai pada titik yang ia pijak sekarang, tetapi itu setimpal, dia merasa begitu bahagia.

"Selamat, Ibu Bos." Jeno datang membelah lautan manusia dengan membawa seikat bunga yang telah dirangkai sedemikian rupa, membuat mereka mengalihkan tatapan penuh minat pada lelaki dalam balutan jas putih.

Mendadak suasana terlihat seperti diberi efek slowmotion, dari yang awalnya dramatis berubah menjadi sedikit alay. Dengan sebuah senyum yang tenggelam, dia menyerahkan bunga itu pada gadis pemilik hatinya.

Melihat siapa yang datang membuat Tuan dan Nyonya Kim melangkah mundur secara perlahan, mereka beralasan ingin mengisi perut untuk pengganjal rasa lapar, tetapi tentu saja hal lain ikut jadi penunjang.

"Terima kasih." Aera kembali tersipu malu, dia menempatkan bunga di depan indra penciuman dan berpura-pura menikmati aroma yang keluar dari si kuntum cantik, menutupi pipinya yang tidak kalah mekar dengan sangat merah.

"Oh, apa kau terserang alergi dingin lagi?" Chan tiba-tiba berdiri di depan mereka, yang entah secara ajaib berasal dari sudut bagian mana, dan melayangkan sebuah kalimat cukup idiot hingga membuat Aera ingin mengirimnya kembali menjadi zigot.

Gila saja pertanyaannya, apa dia tidak
melihat matahari bersinar sangat panas?

"Ya," jawab Aera, malas membuat keributan sebenarnya. Tangan lentik milik gadis itu terangkat untuk menerima sebuah pelukan hangat dari Chan.

"Selamat, Ibu Bos."

Jeno mendelik, apa-apaan kalimat menggelikan itu, kenapa si ikan cupang terlihat seperti meniru kalimat yang dia layangkan.

"Oh, hey. Kekasihmu menatap tidak santai." Chan melepaskan pelukan, tertawa pelan sebelum menyerahkan bunga yang jauh lebih besar daripada milik Jeno.

Dan kembali membuat Jeno ingin melayangkan tinju ke arahnya. Sial, dia ingin menenggelamkan si cupang merah ke palung Mariana melalui celah Atlantik.

"Dia bukan kekasihku."

Oke, ini lebih dari cukup. Memang benar mereka belum berkencan, tetapi haruskah Aera mengelaknya seperti itu? Terasa seperti dia benar-benar menjaga hati Chan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Lagi pula, Jeno sudah mengatakan bahwa mereka akan kembali melakukan pendekatan setelah ini. Apa Jeno terlihat seperti lelucon terbesar di alam semesta?

"Tapi aku sedikit menyukainya." Si kutub melanjutkan ucapan, menatap Jeno melalui sudut penglihatan dan menemukan mekar merah muda di pipi lelaki itu, sesuatu terasa begitu hangat ketika mereka saling menatap untuk seperkian detik.

Benar-benar lumer dan manis. 

Chan kembali tertawa, tangannya terangkat untuk mengacak surai lembut senada karamel milik Aera, dan kembali mengeluarkan asap dari otak Jeno. "Baiklah, aku tidak ingin mengganggu waktu kalian," katanya sebelum mulai beranjak, menahan tawa ketika melihat wajah kusut si pemilik senyum teduh.

Gadis itu mengangguk, menghadiahkan sebuah senyum terbaik kepada teman kuliahnya, kemudian kembali menatap Jeno dengan bibir yang berkedut. "Wajahnya jangan sangar begitu." Aera berkata dengan nada sedikit menjengkelkan, dia terlihat begitu menikmati saat-saat di mana Jeno cemburu seperti itu.

Jeno bisa menjadi lelaki yang sangat merah muda untuk beberapa hal.

"Dia suka padamu."

"Aku tidak suka padanya."

"Tetapi dia tertarik padamu."

"Seperti Naomi tertarik padamu?" Aera menaikkan sebelah alis, membuat Jeno kehilangan kata-kata untuk diucapkan. "Aku percaya padamu, apa kau tidak percaya padaku?"

"Aku cemburu."

Aera tersenyum, yang lebih terlihat seperti mengejek ketika tangga nada Jeno jatuh pada sebuah rengekan. "Aku hanya melihatmu," katanya dengan sebuah senyum nakal.

Jeno berpikir bahwa dia adalah seorang pemain handal, tetapi rupanya kalah ketika berhadapan dengan Aera, pipi yang sedari tadi sudah memerah kini menjalar hingga telinga.

Ah baiklah, Aera mulai sedikit nakal rupanya.

"Eyyo wassap, Men!" Lucas berseru riang begitu Aera terdeteksi di indra penglihatannya, dia berjalan bak model di teras depan dengan begitu percaya diri, menebarkan senyum serta ketampanan menembus cakrawala.

Aera mengalihkan perhatian dari wajah merah Jeno ke arah lelaki bongsor di tengah keramaian. "Yang lain kemana?" Dia bertanya ketika hanya menangkap sosok Lucas saja di sana.

Setelah melewati masa-masa sedikit rumit, Aera memutuskan untuk berdamai dan mulai berteman dengan semua antek-antek Jeno yang berkapasitas otak nol persen.

Mereka menjadi lebih akrab setelah lulus sekolah, dan berlanjut hingga hari ini.

Lelaki tinggi itu memutar tubuh ke belakang, berusaha mencari jejak teman-temannya yang mempunyai angka di bawah rata-rata. Jangan sampai Renjun hilang di kerumunan pokoknya, mengingat bahwa dia adalah yang paling minimalis. "Itu mereka," katanya ketika berhasil menemukan sekelompok manusia dengan membawa bunga ukuran cukup besar.

"Ya Tuhan." Aera tersenyum, tetapi terlihat sedikit panik ketika menerima bunga dari temannya, membuat keseimbangan hilang dan hampir terjungkal.

"Itu dari kami semua, patungan." Jisung berkata riang, tanpa ditanya pun sudah mengatakan dengan jujur, patungan!

Gadis itu manggut-manggut mengerti, sedikit tertawa ketika melihat Chenle melotot ke arah Jisung. "Terima kasih banyak," katanya, terdengar begitu tulus dan lembut.

Mereka berbincang ringan, sekedar bertukar kabar atau bahkan saling melempar ejekan, terasa begitu menenangkan, seakan kembali diseret ke masa lalu.

Double up, ciee...

Mari melihat jenis pembalut tubuh yang mereka kenakan, dengan slang disebut 'outfit' atau 'ootd'? Lol

Jeno dan rambut seksinya, dia sangat tampan. Jeno, nikahi yang sedang membaca kalimat ini!


Gadis manis dengan tatapan mata yang seksi. Aera, ayo marahi mereka yang ingin dinikahi Jeno.


Tuan Kim yang ketampanan paripurna tydack luput dimakan usia.


Nyonya Kim yang elegan dan berkelas, awet muda seperti vampir di negeri immortal.


Lelaki tampan dengan gaya rambut khas ikan cupang yang selalu berhasil membuat Jeno terkena darah tinggi.


Lucas dengan segala kerandoman hidup namun berusaha terlihat normal, ah sepertinya Tuan Kai ikut menjadi tamu undangan, lol.


Tuan Muda Chenle dengan segala keimutan yang tak hilang meski umur hampir kepala tiga. Ya Tuhan.


Jisung bayi dengan rahang yang tegas dan merangkap sebagai model majalah, ya ampun itu cocok dengan segala hal yang ia miliki.


Jaemin terlihat seperti gula yang diberi nyawa, lelaki ini sangat manis. Aku tidak bisa mengatasi ini, help.


Kendalikan dirimu dengan senyum ini, jangan oleng.


Renjun yang berusaha tidak hilang diantara kerumunan manusia, ya ampun dia adalah makhluk langka. Sangat cool dan savage.


Lelaki yang hangat dan bersinar seperti matahari pagi, ya ampun dia moodmaker.


Ah sebentar, ini sedikit gila.
Haechan, you're so fucking sexy. I can't handle it. 😭



Sudah dulu, saya ingin bernapas T.T
See you.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro