Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 30

Aera ingat jika dia tidak punya riwayat anemia atau penyakit semacam itu, tetapi kenapa rasa pusing yang sedari tadi belum juga hilang dan malah terasa semakin parah.

Setelah mengganti baju seragam dengan setelan santai, Aera merebahkan diri di atas kasur seraya memejamkan mata, hari ini benar-benar hari yang panjang dan melelahkan. Namun, seberat apapun hidup yang ia jalani, tidak pernah terbesit sedikit saja keinginan untuk bunuh diri.

Memang siapa Aera yang seenaknya mencabut nyawa sendiri? Apa yang sudah gadis itu lakukan hingga berani melawan takdir dan ketentuan Sang Pencipta?

Jika merasa lelah, istirahatlah.

Jika merasa sakit, menangislah pada Tuhan, dia mendengarkanmu, dia memberikan jalan untuk semua rasa sakit dan permasalahanmu, karena Tuhan tidak pernah tidur.

Isi penuh semangatmu dengan hal yang kau sukai, kemudian, bangkit dan kembali berjalan, tidak perlu berlari, hanya cukup berjalan maju dan tidak pernah mundur.

Well, setidaknya itulah yang Aera tanamkan dalam dirinya sendiri, kalimat sederhana, tetapi menghasilkan banyak energi positif.

"Aelaaa, jangan main lumpul lagi, ya ya ya?"

Tubuh Aera tersentak saat potongan ingatan itu berputar di kepala. "A –apa itu tadi?" Ia berbisik pelan, napasnya terasa menggebu dengan mata nyaris meloncat ke luar.

"Aelaaaaaaaa, jangan ambil punyaku."

"Katanya ini untuk Aela."

Akkh!

Aera meringis saat sekelibat memori itu menghantam kepalanya, rasa pusing yang dialami semakin menjadi dan terasa jauh lebih menyakitkan.

"Mommy!" Gadis itu berteriak, yang lebih terdengar seperti suara parau dan lemah.

Dia berjalan hati-hati ke luar dengan tangan meraba dinding dan terpejam erat, rasanya kepala Aera akan pecah jika dipaksa untuk berpikir atau bahkan melihat.

"Mom!" Ia kembali berteriak, tetapi hanya keheningan yang menyahuti dan menggantung di udara.

Apa mereka kembali melanjutkan perjalanan bisnis dan meninggalkan gadis itu sendirian? Jika iya, maka Aera benar-benar akan mati hari ini.

Dia berusaha keras untuk menuruni satu-persatu anak tangga dengan tangan memegang teralis besi. "Mommy." Suaranya jatuh pada sebuah rengekan lemah yang terdengar sangat putus asa dan sedikit goyah.

Gadis itu semakin terkejut saat merasakan cairan kental keluar dari hidungnya, dengan pandangan yang semakin buram, ia menyentuh dan melihat cairan merah pekat mengalir dari sana.

"Tolong," gumamnya, hampir tidak mengeluarkan suara.

Tidak butuh waktu lama untuk tubuh kurus itu roboh dan menghantam dinginnya lantai.

Dia telah kalah melawan semua hal yang terjadi, apa ini waktu yang tepat untuk beristirahat dengan tenang dan melepaskan seluruh rasa sakit?

Gelap menyelimuti, rasa pusing yang menyerang perlahan mulai hilang dan menyisakan ruang hampa, dia tersenyum dengan tenang, sebelum akhirnya menutup mata. 



🦋



"Wali dari Kim Aera?" Sebuah suara memecahkan keheningan yang menggantung di ruang putih dengan bau khas obat-obatan.

"Ya, saya ibunya."

Keberuntungan sedikit memiliki mood baik untuk Aera, tidak lama setelah kesadarannya direnggut paksa, Nyonya Kim datang dengan nampan berisi makan siang di tangan.

Ia tau jika dalam mode marah, Aera tidak akan bergabung untuk menikmati makan siang bersama, bahkan gadis itu kerap kali melewatkan jam makannya.

Itulah mengapa Nyonya Kim membawa makanan untuk si kutub, tetapi apa yang dia temukan benar-benar di luar dugaan, gadisnya tergeletak mengenaskan di atas lantai dengan darah segar mengalir dari hidung.

Kau pikir apa yang ibu itu lakukan? Tentu saja membawa Aera ke rumah sakit.

"Tidak ada masalah serius, pasien hanya kelelahan saja." Pria paruh baya dengan setelan jas putih memperbaiki letak kaca mata yang bertengger di hidungnya. "Tetapi jika bisa, jangan membuatnya terlalu banyak berpikir, Aera mengalami depresi ringan."

Untuk beberapa saat, netra gelap Tuan Kim bergetar dan tampak goyah, sebelum akhirnya berubah menjadi sedikit lebih tenang, atau dia berusaha keras untuk terlihat demikian. "A –apa itu berbahaya?"

"Tidak juga, hanya perlu banyak istirahat dan melakukan hal-hal yang membuat emosinya menjadi stabil, naik komedi putar, maybe?" Dokter itu tertawa pelan guna mencairkan ketegangan yang terjadi di antara mereka. "Baiklah, saya permisi," ucapnya setelah selesai dengan semua tugas, dan mulai melangkah dari sana.

"Terima kasih banyak."

Keheningan menggantung di antara Tuan dan Nyonya Kim setelah kepergian pria paruh baya itu, mereka seakan larut dalam beberapa pemikiran rumit yang menimbulkan rasa sesal.

Untuk pertama kalinya, Aera terlihat sangat tidak berdaya, dan itu membuat mereka jatuh dalam emosi yang menyakitkan.

"Ini salahku." Tuan Kim bergumam pelan setelah sekian lama diam menatap pintu tempat gadisnya terbaring lemah.

Yoona tidak menjawab, ia memilih bungkam dengan rasa nyeri kian merambati dadanya, ibu satu anak itu menundukkan wajah dengan air mata yang menetes tanpa henti, rasanya semua tidak berarti jika tanpa Aera.

-

"Hey, Nak. Tidak berniat untuk bangun atau bagaimana?"

Sembilan jam berlalu, tetapi gadis itu masih enggan untuk membuka mata, apa mungkin alam bawah sadar lebih menyenangkan daripada realita?

"Daddy membawa kabar baik untukmu, apa kau tidak penasaran?"

Tuan Kim adalah orang yang paling merasa bersalah atas semua hal. Sedari tadi, ia terus mengajak Aera berbicara meski hanya dibalas dengan deru napas damai dari gadisnya.

Melihat pemandangan itu membuat iris gelap Nyonya Kim kembali berkaca-kaca, andai mereka berkumpul ketika Aera masih dalam keadaan cerah dan ceria, bukan suram dengan banyak hal menyesakkan seperti ini.

Sedikit meluangkan waktu untuk sekedar bertanya 'apa semua baik-baik saja?'

Memang benar, pada dasarnya penyesalan selalu datang terlambat. Banyak waktu yang mereka lewatkan dengan saling mengacuhkan.

Ini tidak sepenuhnya salah Tuan dan Nyonya Kim, hanya saja keadaan terkadang memaksa seseorang melakukan hal yang tidak mereka inginkan, tetapi tetap saja! Aera adalah yang paling banyak membawa kesakitan.

Nyonya Kim bangkit dari duduknya, berjalan pelan mendekati sang suami yang masih setia menggenggam tangan mungil Aera, dan tatapan mengarah pada wajah damai putri kecil mereka yang masih terpejam.

Wanita cantik itu menyandarkan kepala di atas bahu kokoh sang suami yang banyak memikul beban. "Putri kita sangat cantik," bisiknya terdengar menyakitkan. "Dia tidur seperti malaikat."

"Dia memang malaikat, hatinya murni tanpa dendam," balas Tuan Kim, netranya terlihat redup dengan kilatan kaca yang bisa pecah kapan saja. "Aera bahkan tidak membenciku hingga saat ini." Pertahanannya hancur dengan air mata jatuh mengenai tangan mungil dalam genggaman.

"Dia marah, tentu saja! Namun, Aera memilih untuk memaafkanmu." Yoona membelai surai lembut anaknya dengan hati-hati. "Gadis kecil ini sangat menyayangimu, kau tau itu 'kan?"

"Ya, aku juga menyayanginya dengan sangat."

Bukan hiperbola atau karangan semata, tetapi semua orang tua ikut merasakan sakit yang dialami oleh darah daging mereka, meski berpura-pura acuh dan terlihat tidak peduli.

Bukan tanpa alasan mereka melakukan semua itu.

Kau cukup percaya dan yakin bahwa mereka mencintaimu dengan caranya sendiri.

Tugasmu hanya berbakti dan membalas semua kebaikan mereka, tidak perlu menghakimi atau mengatakan omong kosong yang akan kau sesali akhirnya.



👉🏻👈🏻


Spesial chapter keluarga, kaloga aku gatau kekmana buat keluarga itu nyatu HA HA HA

Pusing banget mikir ide ini ㅠㅡㅠ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro