Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 28

Pagi yang sedikit tidak cerah, sebuah keluarga terhormat menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang, jika dunia mencatat rekor keajaiban yang baru, maka momen langka ini masuk ke dalam sepuluh daftar besar, mengingat bahwa Tuan dan Nyonya Kim terlalu sibuk membangun kerajaan bisnis sehingga tidak punya banyak waktu untuk sekedar makan bersama. 

"Ini hari terakhir ujian 'kan, Aera?" Tuan Kim membuka percakapan, mengalihkan tatapan penuh pada gadis di depannya. 

Aera mengangguk. "Iya," katanya dengan sedikit tersenyum, dia berharap bahwa itu terlihat alami dan netral. 

Nyonya Kim balas tersenyum, dengan hati-hati tangannya mengelus rambut senada karamel seolah jika sedikit kasar maka benda itu akan hancur tak tersisa. "Semangat, sayang," katanya, terdengar lembut dan tulus.

Gadis itu semakin melebarkan mekar manisnya. "Tentu, terima kasih, Mom." Dia mengakhiri dengan bangkit dari sana setelah selesai dengan semua, dan akan beranjak jika saja sebuah amplop putih tidak mengalihkan perhatiannya. "Itu apa?" tanya Aera.

Tuan Kim mengapit benda itu di antara telunjuk dan jari tengah, menatap Aera dengan helaan napas berat. "Daddy mendaftarkanmu di Universitas," katanya, tenang dan damai, kemudian memberikan pada si kutub.

Beberapa hal pertama, Aera tidak terkejut dengan apa yang diterima, tetapi tetap saja! Sesuatu terasa sedikit tidak nyaman di dadanya diikuti oleh kabut gelap pada kedua manik indah gadis itu ketika dia selesai membaca sederet tinta rapi di atas kertas. 

Bolehkah sekali saja ia egois? Rasanya Aera sudah terlalu lama hidup dengan menjadi orang lain.

Sekali saja ia ingin menjadi dirinya sendiri, memilih apa pun yang ia sukai, melakukan apa pun yang gadis itu senangi.

Nyonya Kim memancarkan tatapan penuh kecewa pada sang suami ketika dia melihat sorot mata Aera yang tidak lebih dari sebuah cangkang tanpa kehidupan di dalamnya.

"Apa aku benar-benar darah dagingmu, Dad?"

Awan gelap berkabut pecah menjadi tetesan kristal bening yang mengalir di pipi gadis itu. "Tidak bisakah sekali saja?" Pertahanannya roboh, isak tangis menyakitkan terus keluar dari celah bibir merah muda. "Sekali saja menuruti keinginanku, apa semua yang terjadi belum cukup?" 

Mungkin bagi gadis dengan hidup normal dan penuh kasih sayang, semua yang terjadi saat ini bukanlah hal sulit, tetapi bagi Aera, pernyataan itu cukup untuk membuatnya merasa seperti robot yang dikendalikan.

Apa itu tadi? Jurusan bisnis? Di luar negeri?

Itu terasa seperti Aera benar-benar akan dibuang dan diasingkan dengan semua tumpukan buku untuk menjadi mesin pencetak uang, tidak ada dunia cerah serta taburan mawar merah yang mengisi harinya, menjengkelkan untuk banyak hal.

"Kau ha –"

"Aku tidak mau." Gadis itu menyela, menatap Tuan Kim dengan rahang mengeras dan manik yang basah.

Bahkan, ketika pancaran kehidupan hilang dari sorot matanya, tidakkah sedikit saja Tuan Kim tersentuh dengan itu? 

Berdamai dengan keadaan dan membiarkan gadisnya tumbuh menjadi seperti yang dia mau, itu terdengar lebih cerah dan bahagia untuk menjadi sebuah kehidupan.

"Aera ini semua de –"

"Demi kebaikanku? Apa yang Daddy tau tentangku?" Gadis itu meremat ujung meja dengan kuat, menggores sedikit tangan halusnya dan buku-buku jari ikut memutih.

Tatapan penuh benci dan kekecewaan yang Aera perlihatkan membuat Nyonya Kim tercekat, dia tahu bahwa Aera gadis yang tidak banyak bicara, tetapi dia tidak pernah tahu bahwa Aera menyimpan semua kesakitan di dalam sikap diamnya, dan menikmati semua itu seorang diri. 

"Aera," desah Nyonya Kim, mengangkat tangan untuk mengelus kembali rambut halus si kutub, tetapi dengan cepat Aera menangkap itu bahkan sebelum berhasil mencapai puncak mahkota karamelnya.

Nyonya Kim benar-benar menyadari satu hal sekarang, bahwa mereka telah membesarkan gadis itu dengan cara yang salah.

"Jangan bertingkah seolah Daddy sangat peduli padaku, itu membuatku muak, sungguh."

Tuan Kim mengepalkan tangan di atas meja, menatap gadis itu dengan kedua mata yang memerah. "Perhatikan sopan santunmu, Aera!"

"Daddy tidak pernah mengajariku, aku tumbuh dengan caraku, tidak ada yang mengatakan bahwa hal yang kulakukan itu salah atau benar." Aera mejeda ucapannya seraya tertawa hambar. "Bahkan kalian tidak punya waktu untuk sekedar menanyakan apakah aku baik-baik saja." Perkataan gadis itu mengecil di akhir dengan air mata yang meluncur semakin deras.

"Sebenarnya aku ini apa? Hanya benda hidup yang ingin dikendalikan?"

Kening Tuan Kim berlipat menahan amarah. "Aera!" bentaknya keras, bangkit dari duduk dengan rahang mengeras. Apa yang ia lihat seperti bukan gadisnya, tidak pada Aera dengan semua sikap patuh yang dia lakukan.

"Aku lelah! Aku ingin hidup dengan jalanku, dengan semua hal yang ingin kulakukan, apa sesulit itu?" Dia menunduk, napasnya tersendat dengan butir kristal yang jatuh menyentuh lantai. "Mom, I don't wanna do that." Gadis itu berbisik pelan, membagikan rasa sakit pada bahu sang ibu yang kini mendekapnya erat.

"You can do whatever you want." Nyonya Kim membalas bisikan menyakitkan itu, suaranya ikut bergetar dengan rasa sesak yang mengambil alih seluruh bagian dalam dirinya.

Mungkin, hanya jika mungkin, semua tidak akan sampai pada tahap ini jika manusia tidak sepenuhnya menjalani hidup dengan dikendalikan oleh ego dan ambisi.

Gadis itu menghela napas, terasa sangat berat dengan bahu naik turun, ia melepaskan pelukan hangat dari ibunya, kemudian berbalik untuk menatap penuh pada lelaki di sana. "Kali ini, aku tidak akan menurutinya, aku akan hidup menjadi gadis periang dan melakukan apa pun yang kuinginkan." Dia mengakhiri dengan sebuah senyum menyakitkan sebelum beranjak meninggalkan tempat itu dengan teriakan Tuan Kim menggantung di sana.

Untuk beberapa waktu, dia mencoba tidak peduli atas apa yang terjadi, meskipun melawan Tuan Kim terasa sangat menyakitkan, itu seperti dia telah melawan setengah dari jiwanya.

Namun, untuk beberapa hal lain, dia harus menyelamatkan diri dari kematian pertama.

Ada satu hal yang menjadi hukum alam, mereka mengatakan bahwa kau akan mengalami kematian pertama ketika tidak bisa menjadi seperti apa yang dirimu inginkan, terbelenggu dalam sebuah manipulasi kata keharusan.

Dengan sedikit berlari menuju halaman, Aera meremat kertas itu dan melempar brutal, dia menghapus kasar anak sungai yang masih mengalir di pipi dengan sebuah senyum lega mekar di bibir merah mudanya.

'Aku berjanji akan membuatmu bangga, dengan caraku sendiri, Daddy.'


🦋


Dia telah selesai dengan semua hal yang terlihat seperti sebuah perdebatan sakral antara dirinya dan Tuan Kim, kini tiba saat untuk menghabiskan waktu di tempat belajar dengan hidung sedikit memerah.

Dia akan libur sekolah jika saja ini bukan hari di mana ujian akhir terjadi, terima kasih banyak untuk semuanya, Aera seperti pemeran terbaik dalam sebuah drama.

Tampaknya seluruh semesta memang tidak memihak Aera saat ini, terhitung seminggu dari malam di mana Aera dan Jeno bertengkar, tetapi tidak ada tanda-tanda hubungan mereka akan membaik, apa lelaki itu tidak berniat mengajak Aera untuk berbaikan?

Bahkan di sekolah pun Jeno tidak lagi mengganggu Aera seperti biasa. Baiklah, si kutub tentu saja tidak merindukan semua itu, tetapi hey, bodoh! Mereka tidak perlu bertengkar jika permasalahannya hanya karena si gadis chili.

"Selamat menikmati libur panjang." Kelas hari ini berakhir dengan kalimat ajaib yang dikatakan Pak Kwon, cukup untuk membuat mereka heboh dengan berbagai teriakan. "Sebelum akhirnya menerima kenyataan hidup sebagai mahasiswa," lanjutnya, menyeringai kejam sebelum keluar dari sana.

Aera menghela napas, mari lupakan Jeno dan ucapan Pak Kwon barusan, dia harus terus bergerak maju dan melakukan apa pun yang berguna, dan sesuatu yang berguna terlihat seperti mengembalikan semua buku atau melunasi biaya administrasi perpustakaan.

Dia tidak akan buang-buang waktu, segera tiba di sana adalah pilihan yang tepat, dan jaraknya tidak sejauh itu untuk membuat Aera menghabiskan waktu berjam-jam dalam perjalanan.

"Simpan ini untuk masa depan." Staf perempuan di sana berujar pelan, melemparkan candaan yang justru membuat Aera sedikit bingung menerjemahkannya, dia mengambil selembar kertas yang berada di tangan wanita itu dengan tertulis sesuatu seperti bukti pembayaran, kemudian melesat pada rak buku untuk menyimpan semua sisa kehidupan di sana.

"Awkay, akhirnya lulus juga," desah Aera dramatis, menambah kesan menderita dipoligami bahagia sebanyak mungkin ke dalam ekspresi wajah, seperti pekerja romusha yang akhirnya bebas dari semua kontrak mereka. 

Yasudah, bahagia saja dulu, urusan lulus atau tidak kita pikirkan itu nanti.

Dia telah selesai dengan semua pekerjaan hari ini untuk kemudian berbalik dan meninggalkan perpustakaan, tetapi jantungnya terasa loncat ke luar ketika di depan sana berdiri seorang gadis dengan bibir tersenyum tidak simetris, terlihat kejam dengan seringai suram terpasang di wajahnya.

Gadis dengan senyum tidak simetris mengeluarkan tangan dari saku jaketnya, mengambil alih lolipop di mulut sebelum melambai ke arah Aera. "Hai." Ia menyapa dengan riang dan suram, tetapi tentu saja bukan seperti yang Aera harapkan.

Sial!

Rasanya Aera ingin kembali jadi sperma saja.

Pusing adek mikir konfliknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro