Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26

"Morning." Jeno menyapa dengan warna nada cerah pada gadis yang tidak sengaja bertemu pandang dengannya. Mari tekankan kata tidak sengaja bahkan saat mereka berada di kelas yang sama.

Gadis itu mengalihkan tatapan dari buku ke arah wajah tampan Jeno. "Morning kembali, Jeno," balasnya dengan senyum manis yang memuakkan; jika kau bertanya tentang itu pada Aera. 

Hell, ini pagi senin yang tidak terlalu baik untuk si kutub, setelah percakapan lelaki dewasa yang dilakukan Jeno dan Tuan Kim membuat Aera secara ajaib menempel terus pada lelaki berkulit pucat itu.

Tidak, ini jelas bukan sesuatu tentang perjodohan atau hal kuno lain yang serupa dengannya, ini adalah kebodohan menyangkut tingkah polah ibu dan ayah Aera terhadap keadaan sekitar.

Contoh kecilnya hari ini, Nyonya Kim bersikeras dengan semua tenaga ekstra menyuruh Aera untuk berangkat sekolah bersama Jeno, bahkan Tuan Kim dengan kurangnya pekerjaan yang harus dilakukan membuat lelaki itu menghubungi Tuan Jung, menyuruh si bungsu untuk menjemput si kutub. 

Demi Tuhan, Aera bukan seorang balita dengan lelehan eskrim di mulut, dia adalah gadis dewasa, dan dia tentu saja bisa melakukan semua itu sendiri.

Dalam hal ini, Tuan dan Nyonya Kim adalah seseorang yang kesibukannya mengalahkan pahlawan super dalam membasmi kejahatan, mereka tentu saja tidak punya banyak waktu untuk mengurus hal-hal kecil seperti itu, kecuali jika ada beberapa hal lain di balik semua yang terjadi, dan pantas untuk menaruh sedikit rasa curiga atas semuanya.

Satu hal lagi, melihat si chili tersenyum dengan sangat menggoda yang kentara seperti itu pada Jeno membuat mood Aera turun 50%, senyumannya seperti sebuah penyakit berbahaya tingkat akut bagi kesehatan Aera, dan dia tidak pernah suka pada semua yang terlihat di sana.

Sial!

Memilih acuh adalah tindakan sehat yang bisa dilakukan saat itu, Aera bergerak cepat pada meja yang menjadi miliknya dan mulai berpikir sesuatu seperti Jeno berteman dengan Naomi ketika masih JHS, itu terlihat normal ketika mereka bertegur sapa.

Mari berpikir hal-hal positif untuk kelangsungan hidup lebih baik. 

Aera mengernyit ketika tiba di tempatnya, dia tidak mengernyit pada tempatnya, tetapi lebih masuk akal jika sesuatu yang bodoh tergeletak di atas meja ketika dia tiba di sana.

"A big present for you, girl. Coming soon." Gadis itu bersuara pelan ketika membaca sederet huruf pada selembar kertas yang ia temukan di atas meja.

Dia menghela napas berat, dalam, dan lelah. "Lebih cerah jika hadiahnya satu unit lambo putih," komentarnya sebelum membanting tas ke atas meja dan mendaratkan pantat seksi di atas kursi.

Namun, jika dipikir lebih teliti, semua kejadian dan hal-hal aneh terjadi ketika dia terasa begitu dekat dengan Jeno, itu terlihat seperti beberapa penggemar gelap rahasia si tampan mencoba untuk membuat si kutub ketakukan dengan semuanya.

Terima kasih banyak, tetapi hidup Aera jauh lebih keras dari semua ancaman murahan itu. 

Baiklah, dia tak peduli atau bahkan tidak ketakutan dengan semuanya, tetapi sedikit menaruh rasa penasaran pada seseorang di balik kebodohan ini terasa seperti hal yang harus dilakukan, akan lebih menarik jika Aera tahu untuk kemudian membalas mereka dengan sesuatu yang lebih indah. Sekotak ulat sutra di bawah meja, mungkin?

Aera memajukan bibir dengan kening berkerut dalam, wajahnya menoleh pada seseorang yang terasa seperti menghabiskan waktu untuk menatapnya sejak beberapa menit terakhir, itu adalah jenis gerakan spontan, atau mungkin iblis bekerja sama dalam hal ini.

Naomi, gadis itu menyeringai suram ketika Aera menatapnya untuk pertama kali, kemudian tatapan si chili jatuh pada selembar kertas di tangan si kutub.

"Wanna play?" 

Bibir merah menyebalkannya menggumamkan kata yang ditangkap seperti ajakan untuk bermain, Aera tidak terlalu pintar dengan menerjemahkan gerakan tanpa suara, tetapi dia cukup yakin bahwa apa yang dikatakan Naomi bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

Kau benar-benar tidak bisa menilai manusia dari apa yang diperlihatkan sehari-hari, mereka adalah makhluk yang munafik dan egois, Naomi hanyalah contoh kecil untuk semuanya. Dia lugu, polos, dan murni, tetapi beberapa sudut tertentu, dia seperti seorang iblis.

Aera menjulurkan lidah dengan mata memutar arah, dia merasa benar-benar harus melakukan itu untuk membalas seringai Naomi, terasa lucu dan kekanakan memang, tetapi si kutub menikmati semua dengan senang hati.



🦋



"Itu apa?" Jeno bertanya dengan sebuah rasa penasaran yang berlebihan, bahkan terkesan alay, ketika melirik flashdisk di tangan kanan Lucas. 

Aera tidak tahu mantra apa yang Jeno ucapkan dan membuatnya berakhir di bawah pohon, tidak terlalu jauh dari toilet bekas yang terbengkalai, dan tentu saja beberapa makhluk berotak seperempat sendok nyam-nyam bersamanya saat ini. 

Lucas menelan pangsit rebus sebelum memindahkan mangkuk panas itu ke atas rumput, yang sebelumnya berada di pangkuan, entah untuk alasan apa sedikit mengerikan jika kuah itu tumpah di sana. "Hadiah dari Atuy Hyung.

"Jenis video balita yang baru," komentar Jisung. "Jika itu berasal dari Atuy Hyung."

Haechan tersedak dengan dramatis, seperti biasa, dan Jeno berhenti dari susu yang sedang ia minum untuk mengalihkan tatapan penuh pada Lucas. 

"Aku berdosa." Jeno mengakui dengan menyesal ketika hadiah itu dibawa olehnya.  

"Setidaknya mendapatkan pahala untuk mematuhi kakakmu."

Kening Jisung berkerut dalam, tidak ada hal mudah untuk dipahami dari rumus yang dikatakan oleh kakak kelas tingginya, sedikit rumit dan membingungkan, seperti pelajaran sejarah.

"Dosa dikurang pahala?" 

Chenle tertawa atas apa yang keluar dari mulut Renjun, dia hampir saja tersedak dengan susu anggur, tetapi terdengar bagus bahwa dia memiliki pengendalian diri yang cerdas. "Seperti rumus kimia," komentarnya, hampir terasa seperti tawa setan.

Ya Tuhan, apa percakapan di antara mereka selalu hal tak kasat mata dan tidak terlihat cerdas seperti ini? Waktu terasa sangat lambat jika bergabung dengan Jeno dan teman-temannya, tetapi ada beberapa hal yang bermanfaat juga, seperti menambah beban pikiran sebelum tidur tentang dosa dikurang pahala.

Tidak ada yang normal!

Baiklah, Aera tentu saja tidak peduli dengan semua kebodohan mereka. Untuk saat ini, makanan terasa lebih menarik daripada sesuatu yang terjadi di depan sana.

Memilih sibuk mengunyah terdengar bagus, karena demi apa pun bergabung dengan mereka cukup membuat kadar gula dan energi terkuras hebat.

Meresahkan!

"Kalian ingin bolos?" Gadis itu membuka suara setelah cukup lelah menyimak perdebatan dosa dan pahala yang tidak ada habisnya, seperti mendebatkan sebuah hutang negara yang sangat rahasia. "Ini sudah terlambat 20 menit dari bel masuk," katanya lagi, dengan tenang dan tegas. 

"Tadinya tidak berniat, tetapi sepertinya tidak buruk juga."

Aera ingin mengeluarkan sebuah umpatan keras ketika ajakan dosa itu keluar dari mulut mungil Jisung, dia mengatakannya dengan wajah murni dan netra berbinar yang berkedip-kedip.

Tidak, Aera tidak cukup hebat menghadapi sesuatu yang lembut, sebagai gantinya ia menatap Jeno dengan wajah seperti biasa, seolah meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah lelaki itu lakukan, sebuah dosa besar dan kejahatan yang cukup meresahkan.

"Hari ini saja, Aera," desah Jeno frustasi, ia tidak pernah sedikit pun berniat untuk bolos, tetapi perdebatan tadi terasa cukup seru untuk ditinggalkan begitu saja.

"Noona, sesekali boloslah untuk menikmati hidup," cicit Jisung, masih dengan wajah murninya.

Aera menutup kotak bekal di atas pangkuannya, menyimpan itu dalam sebuah tas kecil yang imut. "Bocah, kau tidak mengerti, aku sudah kelas tiga," katanya dengan sangat sabar dan menahan diri untuk tidak mengumpat.

"Bolos sehari tidak membuatmu gagal lulus, Noona."

"Kau!" Aera terpejam, menatap Jeno dengan tajam sebelum kembali mengalihkannya pada wajah si kecil. "Jangan terlalu sering bergabung dengan mereka, tidak baik untuk pembentukan mentalmu, Jisung. Mereka tidak terlihat seperti manusia normal."

"Noona," panggil Jisung, menatap Aera seperti anak kecil yang bertemu dengan pahlawan super favorit mereka. "Itu adalah kalimat terpanjang pertamamu." Dia tersenyum penuh bangga untuk mengakhiri itu semua.

"Aku tidak terkejut." Lucas berkomentar pada sebuah kalimat sarkas Aera terhadap mereka, terlepas dari itu adalah terpanjang pertama, tetapi tetap saja, kejam dan suram menjadi poin utama. 

Seperti biasa, Aera Kim dan kelihaiannya memainkan lidah.

"Untung sayang," desah Jeno dramatis, menambahkan kesan tersakiti sebanyak mungkin dalam ekspresi yang dikeluarkan.

"Jangan terlalu lama," kata Jaemin tiba-tiba, tepat di samping telinga lelaki pucat itu. "Nanti diambil orang."

Jeno tersenyum, mengacungkan jempol sebagai balasan dari sugesti temannya, itu terdengar tulus dan hampir terasa menyedihkan.

Jika dipikir-pikir, sejak pertama kali berada di sana, Jaemin hanya diam dan menyimak semua hal yang dihadirkan semesta untuknya, tangan merangkul lutut dan senyum simpul terus bertengger di wajah tampan lelaki itu, bahkan semua makanan tidak cukup untuk menarik perhatian.

Semoga yang patah cepat kembali sembuh.

Sorry for typos bby.
Gimana part ini?

Aku ingin membagi beberapa ke-gemoy-an

Cocok kan sama karakternya, hiks.
Aku lupa ini sumbernya darimana, tapi aku dapat di Instagram.



Ah ya, aku bawa temen lagi ini.
Mampir ya ke ceritanya, mereka juga makhluk berotak seimut biji semangka kok 👉🏻👈🏻

sunHT06 ini cerita tentang Haechan gitu, bagus si haechan ala ala badboy tsundere ㅠㅡㅠ

Alinna_bei ini tentang Lonjwin gitu, tapi dengan nama yang berbeda, ini juga banyak rahasia rahasianya deh ㅠㅡㅠ

Wan_Lia ini yang aku tag kemarin juga uda end ceritanya, silakan mampir untuk baca cerita barunya gais ㅠㅡㅠ

Mampir ya 🤗 mereka orang orang baik walaupun ... yeahh otaknya perlu dicarikan lagi 😭👍🏻

AH YA, YANG PALING PENTING TUH MAMPIR KE CERITA AKU YANG LAIN, UDA ADA DUA CERITA BARU BTW!

SEE U DI PART DEPAN!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro