Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 23

Btw gais aku lagi suka banget sama emot buah pantat 😭👍🏻
Ini emotnya
"🍑🍑"

EMOTNYA GEMOY BANGET HIKD
Awkay cukup, Vote dulu!

Bentar ya, sebelum baca tarik nafas dulu 😌👌🏻
Ini si Jeno cialan banget bikin migrain mendadak ya ampun kalian yang kuat ya menghadapi ketampanan ini 😭👍🏻



🦋

Jeno berjalan dengan langkah kecil mengikuti jejak Aera, gadis itu mogok bicara padanya sejak insiden kuah panas terjadi, bahkan dia tidak ingin repot-repot pulang bersama Jeno. Daripada harus berinteraksi dengan lelaki itu, Aera lebih betah menunggu jemputan ditemani Jisung dan Haechan yang entah sejak kapan terlihat sangat peduli. Yah, walaupun mereka tidak banyak terlibat percakapan.

Pagi tadi, si kutub kembali berulah, dia menolak keras niat baik Tuan Muda Jung untuk menghemat bahan bakar, Aera tidak ingin berangkat bersama! Baiklah, mungkin Jeno bisa sedikit bertoleransi dengan itu, tetapi sesuatu yang terjadi setelahnya benar-benar membuat si Jung terserang migrain mendadak, gadis itu bersikap acuh tak acuh dan terlihat sangat ogah-ogahan dalam menyahuti percakapan.

Wajah Jeno bertekuk seperti usus dua belas jari, dia berjalan dengan tatapan mengarah pada sepatu juga tangan menggenggam tali ranselnya. Tepat ketika Aera menghentikan langkah di depan vending mechine, lelaki itu hampir membuat mereka terjungkal jika saja rem di kaki tidak bekerja cepat.

Jeno dan dunia halusinasinya.

"Belikan satu, aku tidak membawa uang," pinta Jeno, mengangkat wajah untuk mengawasi Aera yang sibuk memilih minuman.

Gadis itu menyeringai, menatap Jeno melalui celah bahu tanpa berniat untuk membuka suara. Dia suka pada ekspresi wajah lelaki itu, terlihat sangat menghibur dengan bibir bawah yang sedikit maju, juga suara rengekan.

Masih dengan wajah acuhnya, Aera kembali membawa kaki menuju ujung lorong tempat di mana lokernya berada, dan meninggalkan Jeno yang kini berdumel tanpa suara.

Bibir Aera berkedut menahan tawa ketika pandangannya menangkap Jeno yang sedang mencari koin di dalam tas, juga di bawah mesin minuman.

Dia tidak marah pada Jeno, tentu saja! Dia hanya sedikit kesal. 

Mungkin tepatnya sebuah perasaan aneh yang tidak menyenangkan, Aera tidak tahu apa itu, tetapi dia benar-benar tidak suka.

Mengabaikan Jeno dan usahanya mengeluarkan minuman, Aera segera membuka loker untuk mengambil beberapa novel yang dia simpan di sana, gadis itu butuh sesuatu untuk menemaninya melewati pelajaran fisika.

Kening Aera berkerut ketika melihat sebuah kotak merah muda dengan balutan pita kuning berada di atas buku yang ia susun rapi, terlihat seperti perpaduan warna yang buruk.

Dia membuka kotak itu dengan perlahan, jaga-jaga jika ternyata isinya adalah sebuah telur ayam. "Yaaa!" Aera berteriak keras ketika hadiah yang diterima ternyata seekor ular boomslang dengan mulut dilakban. Si kutub baru saja merasa bahwa jantungnya berpindah tempat ke lambung; melakukan tour keliling tubuh.

Mendengar sebuah jeritan amat feminim membuat Jeno langsung berjalan –tepatnya sedikit berlari– pada Aera dan menarik mundur tubuh gadis itu dari jangkauan ular, kemudian berteriak memanggil petugas yang ada di sana untuk memuseumkan makhluk antik itu.

Dalam hal ini, Aera bukanlah seorang penakut, ia bahkan tidak menangis ketika melihat burung gagak dengan kepala terpisah di balkon kamar, tetapi situasi sekarang berbeda, Aera dibuat terkejut karena kejadian tak terduga dan ular itu berada dalam jarak dekat dengannya.

Tubuh Aera gemetar dengan keringat dingin keluar dari pelipisnya, dia merasakan sesuatu berputar tidak nyaman di dalam perut dan hampir muntah.

"Are you awkay?" Jeno bertanya khawatir ketika gadis itu berdiri kaku di tempatnya, seperti sebuah cangkang tanpa isi.

Aera berkedip, tenggorokan terasa sedikit tercekat, dia menelan ludah dan membasahi bibir dengan air liurnya. "Kupikir aku akan mati."

Bibir Jeno berkedut menahan tawa, wajah panik Aera terlihat cocok untuk penglihatan dengan bibir sedikit terbuka. "Tetapi kau masih bernapas," kata Jeno, mencoba agar ekspresinya terlihat serius.

Berdecak kesal, gadis itu segera beranjak menuju kelas setelah menjawab beberapa pertanyaan dari pihak keamanan sekolah, dan kembali mengabaikan Jeno yang terus-terusan mengajaknya berbicara.

Dalam ocehan tiada henti, Jeno mulai memikirkan sesuatu yang menyangkut dengan kotak itu, sedikit janggal jika menyebut ini dengan sebuah kebetulan, tetapi mustahil jika Aera punya musuh di sekolah, si kutub bahkan terlihat seperti Pluto. 

-

Tepat di depan pintu yang terhubung langsung dengan lorong loker, seorang gadis mengunci tatapan ke arah Aera seraya bersandar pada kosen, seolah menikmati sebuah pertunjukan menyenangkan di depan sana.

Dia menyeringai, terlihat kejam dan gelap. "Mission complete," bisiknya sebelum berbalik dan meninggalkan semua kekacauan.


🦋


Aera kembali menempati kelas setelah selesai dengan semua kejadian idiot tadi, dia melangkah lelah ke arah bangku, sedikit tidak sabar untuk merebahkan kepala di atas tumpuan tangan. 

Gadis itu tiba di depan meja, keningnya berkerut dalam saat menemukan sesuatu tergeletak di atas sana. "Kertas ini lagi," gumam Aera ketika pandangannya menangkap sebuah stickynotes berada pada tempat yang sama juga berisi kalimat seperti terakhir kali. 

"Ada apa?" Jeno bertanya tiba-tiba, tepat ketika tubuhnya berada pada jarak dua meter di belakang Aera.

Si kutub meremat ganas kertas itu sebelum memasukkan ke dalam tas dengan tergesa dan brutal. "Nothing." Ia menjawab setenang air di dasar laut, atau mungkin berusaha keras untuk melakukannya.

Jeno memicing, mengarahkan tatapan penuh curiga atas apa yang dia lihat, itu terasa seperti sesuatu telah terjadi sebelum dia tiba di kelas. "Serius, Aera. Ada apa?"

"Kubilang bukan apa-apa!" Kali ini nada yang Aera gunakan terlampau tinggi, terdengar sedikit panik entah untuk alasan apa, dan tentu saja membuat Jeno tersentak hingga mundur beberapa langkah.

"Aera, rasanya jantungku pindah tempat ke paru-paru." Haechan berujar tidak santai, dia terkesiap dengan keras dan sangat dramatis, tangannya meremat dada kiri dengan banyak kadar horor pada tatapan lelaki itu, seperti baru saja melewati arus redline di dunia baru. 

Hal yang sama dilakukan oleh teman sekelas, tetapi dalam versi lebih normal tentunya. Mereka terperanjat dan mengarahkan tatapan pada Aera dengan sebuah rasa ingin tahu yang tinggi.

"Memangnya bisa seperti itu?" tanya Lucas pada teman kecilnya, sangat polos dan terlalu serius, juga terlihat begitu menyebalkan seperti biasa.

"Itu bermakna seperti terkejut dengan sangat keras." Haechan menjelaskan, menatap temannya dengan sebuah tatapan jengkel.

"Hiperbola," cibir Lucas sebelum membawa tatapan pada drama yang sedang berlangsung dengan hangat. 

Sial! Itu bukan sebuah drama, tetapi apa yang terjadi benar-benar terasa mencekam.

"Maaf." Jeno bersuara setelah keheningan membentang, dia tahu bahwa Aera memang bermulut pedas, tetapi tidak pada gadis yang kasar, ini bukan jenis 'kasar' dengan semua kalimat kotor. Aera baru saja membentaknya dan itu terasa sedikit menyakitkan, entah untuk alasan apa.

Gadis itu mangadah, terpejam lelah dengan helaan napas berat, dia tidak memiliki keinginan untuk jadi main vocal, tetapi itu terjadi ketika emosi tidak dapat dikendalikan. "Aku tidak be-"

"Ya, tidak apa," sela Jeno, bibirnya melengkung indah dengan mata yang tenggelam, tetapi terasa begitu dingin hingga sedikit menakutkan. "Semangat belajar," lanjutnya sebelum melangkah ke meja belakang.

Aera menelan ludah, sesuatu kembali berputar di perutnya ketika rasa bersalah menyerang, mungkin sedikit tidak nyaman karena telah meninggikan tangga nada bahkan saat lelaki itu datang dengan sebuah kepedulian. 

Rasanya sedikit berat atas apa yang dia lalui akhir-akhir ini, seperti menaiki roller coaster dengan tujuan akhir ambang kematian.

Gadis itu berbalik, membawa tatapan ke meja di dekat pintu, merasa seperti seseorang memperhatikannya secara lekat. Aera mengangkat sebelah alis pada ekspresi Naomi yang sedikit kejam dengan sebuah seringai terpasang ketika mereka bersitatap untuk pertama kali, kemudian berubah menjadi netral saat senyuman merekah di bibir si chili. 

Aera merasa bahwa dia tidak semurni yang terlihat, gadis berambut merah itu mungkin sedikit cacat mental, atau memiliki hobi pada sebuah pertikaian, jika dilihat dari caranya membuat ekspresi. 




Ini ular Bomslang nya kaka..

Boomslang atau bernama latin Dispholidus typus adalah spesies ular pohon kolubrid yang tersebar luas di Benua Afrika.

Koreksi jika salah!

Sorry for typos bby, See u next time!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro