Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10

Jeno membawa tubuh kurus Aera dalam gendongannya begitu mereka tiba di kediaman si gadis.

Selama di perjalanan, hanya isakan pelan yang menggantung di antara mereka sebelum gadis itu menyusul ke alam mimpi.

"Ya Tuhan, apa dia pingsan?"

Nyonya Kim yang sedari tadi duduk gelisah di ruang utama bangkit tergesa menuju pintu begitu melihat anaknya tidak sadarkan diri. Terdengar berlebihan; sedikit.

Untuk detik pertama, jantung Jeno serasa berhenti memompa, netranya menatap lekat wanita yang menjadi ibu dari gadis dalam gendongan, kemudian kembali berdetak dengan tempo seperti kuda pacuan. 

"B-bibi," gumam Jeno dengan patah-patah.

Tangan Nyonya Kim terangkat dan menarik lengan baju Jeno, menuntun lelaki itu untuk naik ke lantai atas, menuju kamar Aera.

"Apa kau menemukannya dalam keadaan tidak sadar?" tanya wanita itu, matanya sedikit menyorot tajam ke arah lelaki yang berjalan di belakang.

"Apa? Tidak, dia tertidur setelah lelah menangis." Jeno menemukan suaranya setelah beberapa detik berlalu, meski sedikit tersedak untuk pertama kali.

Nyonya Kim menghela napas, kemudian tangannya memutar knop pintu untuk bisa membaringkan gadis itu di atas ranjang. "Terdengar tidak mengkhawatirkan," komentar Yoona dengan sedikit tersenyum. 

Wajah teduh dengan bibir merah lembut terlihat lebih santai, ekspresi yang sedari tadi mengerut kini terganti menjadi netral.

"Kemari," titahnya dengan tangan menepuk ranjang.

Jeno membaringkan gadis itu di sana, dengan hati-hati dan lembut agar tidur Aera tidak terganggu. "Aera?" Nada yang dikeluarkan terdengar seperti pertanyaan, ia menatap Nyonya Kim dengan pandangan yang sangat penasaran, bahkan wajahnya lebih kusut dari pada kertas yang baru saja diremas.

Wanita itu tersenyum, kemudian berjalan ke sisi ranjang untuk membawa selimut pada tubuh putrinya. "Kau pasti bertanya kenapa Aera tidak mengenalmu."

"Tentu saja! Jeno bahkan tidak tahu jika Bibi yang tinggal di sini," katanya menggebu-gebu, sangat tidak sabaran untuk memproses informasi satu-persatu.

"Ya Tuhan." Nyonya Kim tertawa pelan, kemudian duduk di sisian ranjang dengan pandangan menuju ke arah Jeno. "Ibumu tidak bilang rupanya."

"Sepertinya, Jeno bahkan tidak tahu jika itu adalah Aera yang sama, dia ... banyak berubah."

"Semakin cantik?" Nyonya Kim mengakui itu.

"Y-ya ... tetapi sikapnya juga."

Helaan napas berat keluar dari bibir merah wanita itu. "Dia bahkan tidak mengingatku ketika pertama kali bangun dari koma."

"Koma?" Jeno mengoreksi dengan kaku.

"Kecelakaan, jatuh dari lantai dua terdengar sangat keren untuk bocah seukurannya," balas Nyonya Kim. "Dan kemudian bangun dengan ingatan yang kosong, bagus sekali." Nada suaranya terdengar sedih, meskipun terdapat banyak lelucon di dalam kata yang dikeluarkan.

Suara terkesiap Jeno benar-benar dibutuhkan saat itu, setidaknya bagi Jeno sendiri. "Dia akan melupakanku? Begitu?"

"Kupikir dia memang sudah melupakanmu, bukan akan melupakanmu." Nyonya menjelaskan, melirik Jeno dengan tatapan yang membuat lelaki itu merasa baru saja memecahkan salah satu vas favorite ibunya saat berlarian mengelilingi rumah.

"B-bibi, maksudnya apa tidak ada kesempatan?" tawar Jeno, berharap sesuatu yang terdengar bagus menghampirinya, dia tentu saja tidak ingin melepaskan gadis itu semudah yang terjadi.

"Tergantung ji-"

Rengekan pelan yang keluar dari bibir merah muda Aera membuat keduanya kaku untuk seperkian detik, kemudian tangan Nyonya Kim mengelus puncak kepala gadis itu, sangat lembut, menenangkannya dengan beberapa kalimat.

"Mari berusaha sedikit lebih keras, Jeno," kata Nyonya Kim dan menyeringai berbahaya.

Mulut Jeno terbuka, hendak melayangkan komentar yang akan terdengar seperti sebuah protes, sebelum tangan Nyonya Kim terangkat dengan gestur kata 'cukup'

"Jadi, bagaimana putriku bisa lepas sendirian?"

Itu terdengar seperti sebuah tuduhan, setidaknya jika diproses oleh otak Jeno. "Dia bertemu dengan seseorang, kemudian mulai bergetar ketakukan."

"Seorang gadis dengan wajah penuh?" selidik Nyonya Kim, alisnya berkerut seperti kulit buah durian.

"Bagaimana Bibi tahu?" Jeno menambahkan banyak drama ke dalam nada yang lelaki itu keluarkan, seperti baru saja melihat sesuatu dari alam immortal; jenis vampir dan temannya.

"Apa maksudmu dengan bagaimana Bibi tahu?" katanya dengan sopan dan tersenyum penuh. "Dia putriku, tentu saja."

"Benar juga." Jeno manggut-manggut mengerti, matanya menghadap ke depan ketika mereka berbicara.

"Kau harus pulang." Wanita dengan wajah ayu bangkit dari duduknya, kemudian mulai melangkah untuk kembali membuka pintu.

"Bibi mengusirku?"

Nyonya Kim tidak terkejut dengan ledakan dramatis putra temannya jika dilihat dari bagaimana wanita itu tersenyum. "Tentu, mungkin saja kau lupa jika besok harus sekolah, dan ini sudah jam satu pagi, mari tidak membuat ibumu khawatir."

Lelaki itu mengangkat kedua alis, dengan mulut membulat penuh, seperti manusia kecil yang mengetahui hal baru. "Benar," komentarnya. "Aku akan kembali lagi, Bibi. Jika boleh."

"Dengan senang hati, sayang." 

Jeno benar-benar menghilang setelah membubuhkan ciuman sopan pada punggung tangan teman ibunya, dia akan mendaratkan di pipi juga jika saja tidak ingat bahwa kini umurnya hampir dua puluh tahun.

Terdengar sedikit canggung jika dilakukan, dan Jeno tidak ingin was-was dengan sesuatu yang sudah berlalu dalam kehidupan.

Mungkin kapan-kapan, di bibir putri dari wanita di depannya.

Sial, Jeno dan kenormalan yang bersarang dalam tubuhnya.

Namun, tetap saja! Jeno merasakan ledakan-ledakan menyenangkan memenuhi rongga dada, ketika fakta yang terungkap membuat musim semi datang lebih awal dan singgah di hatinya.


🦋


"Apa seorang wanita baru saja datang dengan bayimu dalam gendongannya?" Renjun bertanya dengan sangat serius dan sopan, mengabaikan fakta bahwa kalimat yang keluar sedikit kurang ajar untuk dilayangkan.

"Kita bisa menyuntik mati, tenang saja," komentar Chenle ke dalam gelas lemontea-nya, dan terdengar sedikit bergema.

Mereka sedang melakukan rutinitas ketika jam istirahat, berada di kantin dengan meja penuh makanan, terdengar seperti anak yang baik budi karena tidak keluyuran, dan mereka juga bukan tipikal lelaki yang akan mengejar gadis di saat senggang, seperti sesuatu yang disebut fuckboy.

Lebih masuk akal jika gadis itulah yang mengejarnya.

Tentu saja, dan terima kasih banyak karena telah mengakui.

"Maksudmu menyuntik Jeno, 'kan?" koreksi Haechan, sedikit melotot terkejut dengan usulan manusia di depannya, terdengar seperti sesuatu yang berdosa untuk dilakukan.

Chenle tertawa. "Ya, apa kau baru saja berpikir bahwa kita akan menyuntik bayi itu?" Dan dia tidak akan berpikir bahwa sesuatu yang sedang dibahas adalah kenyataan.

"Jeno benar-benar punya bayi?" Jisung bertanya dengan suara sedikit tersendat, atau lebih tepatnya terlihat sangat kaku.

Tersenyum penuh, Jeno menempatkan tangannya pada bahu kokoh Lucas. "Apa wajahku sebrengsek itu?" 

Lelaki yang disentuh tersedak keras, dan dramatis. Ia menatap teman di sampingnya dengan kedua mata terbuka penuh. "Apa kau baru saja mengakui?"

Sial, sejak awal harusnya Jeno tahu jika mereka tidak waras.

Semalam ibunya mengatakan bahwa Jeno baru saja menjual Aera, dan siang ini mereka juga melakukan hal yang sama, tetapi dalam konteks sedikit berbeda.

Terima kasih banyak! Jeno akan menjadi badbitch dalam versi lelaki kapan-kapan, dengan senang hati!

Lelaki itu menghela napas, menambahkan kesan teraniaya sebanyak mungkin ke dalamnya. "Aku baru saja ditendang dari grup link bokep."

Yang berada di lingkungannya tiba-tiba hening, menatap wajah baik Jeno dengan pandangan yang berbeda.

Jisung adalah yang pertama kali bereaksi, ia menggerakkan tangannya dengan tidak lentur, seperti pengidap stroke. "Mari tetap merahasiakan ini." 

Yang sebenarnya terjadi sehingga semangat minggat dari jiwa Jeno adalah mengetahui fakta bahwa gadis yang meledakkan bunga merah muda di dadanya tidak ikut hadir untuk mengikuti kelas, dia baru saja akan menempel pada Aera. Namun, gagal! Karena gadis itu tidak menampakkan diri. Jangan lupa bernapas untuk yang satu ini.

Jeno benar-benar frustasi untuk poin terakhir.

Aku ingin menanyakan sesuatu, apa kamu paham dengan kode nuklir?

Terima kasih banyak!

Dan ...

Sampai jumpa!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro