Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💣8. Good Game, Well Played💥

PULUHAN mata menatap. Tak lama kemudian, kamera diangkat dimana-mana. Bunyi jepretan foto terdengar bak bising dengung lebah yang mengerumun, sementara cahaya blitz menyilaukan nyaris memenuhi pandangan saking banyaknya.

Koridor menjadi sangat gerah dalam sekejap.

"Lihat, dia tidak bisa berkutik! Rasakan, terlalu munafik, sih."

"Kalau dipikir-pikir, masuk akal kata-kata Seokmin. Jangan-jangan gadis itu benar-benar mau menjual tubuhnya untuk Wonwoo, hanya pura-pura sok jual mahal saja di depan umum. Dasar, gadis tak tahu malu."

"Apa yang Seokmin sunbaenim lakukan padanya? Oh, astaga! Kalau ia benar-benar mencium Young So, aku bersumpah akan langsung membuat perhitungan pada gadis centil itu."

Young So tidak tuli—tidak, setidaknya ia belum mau tuli kendati harus mendengar cercaan tajam demikian—jadi tak heran gadis itu masih dapat merasa kesal juga malu luar biasa tatkala beberapa siswi membawa-bawa berbagai kalimat olokan demikian secara bebas seolah itu tidak menyakiti hati siapa-siapa. Ia sendiri tidak mau terlihat seperti perempuan penggoda yang menginginkan Seokmin untuk menatapnya dari jarak dekat begini, toh dari awal, senior sinting itu yang memulai. Namun ironisnya, tak seorang pun dari kerumunan gadis bermulut bisa itu yang mau menyalahkannya.

Well, pikiran para gadis memang cenderung memilih untuk menyalahkan gadis lain alih-alih lelaki yang dikagumi kendati sebenarnya tidak bersalah.

Young So tak menyerah begitu saja. Kendati beberapa sekon berlalu dan ia dapat merasa keringat membasahi tubuhnya dalam kalut dan takut, gadis itu tetap memicingkan mata menatap Seokmin tajam. Ia tidak boleh dianggap rendahan. Lagipun, kenyataannya tidak begitu, 'kan? "Kubilang pergi," desisnya penuh amarah. Namun dengan volume yang pelan begitu, Seokmin dapat menangkap sebersit keputusasaan terselip dalam kalimat lawan bicaranya, "kumohon, pergilah. Aku sudah menjadi bahan pembicaraan siswa dan aku yakin kau tidak mau terlibat di dalam gosip itu. Mereka bahkan merekam kita dan tak lama videonya akan beredar pada web dan sosial media siswa."

Seokmin tersenyum miring. "Lalu? Kau pikir aku peduli?" jawabnya ikut berbisik. Pemuda itu semakin mendekat, membuat Young So refleks memalingkan wajah. "Bukankah ini yang kauinginkan? Kepopuleran dan diperhatikan pria? Aku tidak masalah bila foto dan video kita tersebar, toh nantinya namaku tidak akan disangkut-pautkan pada olokan dan cercaan siswa."

Gadis itu mengepal tangan tanpa sadar. Ia menyesal telah memohon baik-baik namun sepertinya pria bermarga Lee ini memang tidak bisa diajak bicara halus. Rahangnya menguat seiring dengan kalimat yang diucap lantang, "Kubilang jaga mulutmu baik-baik, dasar Sampah!"

"Sampah?" Seokmin tertawa sinis. Menarik sekali bila gadis di hadapannya ini mulai melawan. "Biar kutunjukkan apa itu 'sampah' sebenarnya."

Dan selanjutnya dalam dua sekon yang terlampau cepat, Young So sendiri masih tidak yakin apa ia sedang berada pada ambang mimpi atau hal ini sungguhan terjadi sebab gadis itu benar-benar dibuat terkejut oleh sikap Seokmin yang tiba-tiba.

Tentu ia bukan satu-satunya gadis yang terkejut.

Sebab tatkala Seokmin menarik pinggang Young So ke dalam rengkuhannya erat, tatkala semua mulut tercengang namun pemuda itu tidak menunggu detik untuk berlabuh lebih lama lagi untuknya menenggelamkan kepala dalam pelukan itu sampai mendaratkan satu ciuman singkat pada pipi Young So dengan kelewat cepat.

Saat itulah, napas gadis-gadis tertahan, bunyinya bahkan terdengar nyaris seperti cekikan. Beberapa dibuat-buat dengan teriakan gusar, menjijikkan.

Young So membeku di tempat. Kotak makannya terjatuh di lantai dengan debuman pelan. Tubuhnya kaku tanpa dapat digerakkan

Sementara itu, Seokmin tersenyum penuh kemenangan.

Heboh, heboh sekali. Kalau tadi gerah memenuhi koridor, maka kini api sudah melayur di atas kepala setiap siswi. Memangnya siapa yang tak panas bila melihat idolanya mencium gadis lain?

Tetapi, tidak, jangan salah.

Seokmin bukannya mencium Young So betulan. Gadis itu sendiri tahu dan yakin seratus persen penuh, senior berengseknya ini hanya memanfaatkan situasiーmembuat tubuh mereka berdekatan dalam pelukan, kemudian menempelkan kepalanya pada kepala Young So yang sudah bersandar lekat pada jendela kaca di dinding belakang, sehingga nampak oleh mata siswi yang menatap dari belakang seolah Seokmin baru saja mencium Young So.

Ini jelas-jelas menyalahi aturan. Tidak adil. Dasar, keparat!

Young So mengerang, ia berusaha melawan namun tangan kekar Seokmin berhasil mengunci tubuh mungilnya pada posisi yang tepat. Kedua tangan terkatup tak berdaya di belakang punggung. Pundak dan pinggangnya pun kaku bukan main akibat satu rengkuhan erat, kakinya yang lemas tidak membantu apa-apa. Tenaganya sudah banyak dikuras habis sejak adu mulut tadi, kini tersisa beberapa persen untuk berusaha melepaskan diri. Sial, sial sekali sebab gadis itu tidak dapat bergerak sedikit saja dari posisinya sekarang.

"Dia tidak melawan. Astaga, ternyata ia menikmati semua perlakuan manis siswa. Aku tidak menyangka Young So sehina itu."

"Seokmin sunbaenim benar-benar menciumnya. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"

"Akan kupastikan videonya menyebar dan ia mendapat hujatan! Main-main dengan lelaki, sih!"

Lee Seokmin baru melepaskan rengkuhannya setelah beberapa sekon terlewat dalam kehebohan. Kebisingan tetap menjadi pendengung yang setia. Siswa yang menonton bahkan bertambah banyak dan bukan hanya sekadar gerombolan siswi centil yang hidupnya bergantung pada sosial media.

Tetapi juga para siswa. Dengan cengiran jahilnya.

"Lihat, siapa yang sebenarnya adalah sampah?"

Young So membeku. Tangannya yang gemetar mulai mengepal. "Berengsek!"

"Masih berani melawan?" Seokmin menantang dengan senyum terulas angkuh. Kini ia tidak lagi harus mengecilkan volume tatkala berkata, "Kau tahu, Wonwoo adalah pemuda paling mesum di sekolah. Dan kalau ia mengincar satu gadis maka itu berarti hanya ada satu jawabannya."

Bisikan siswa mendadak terhenti. Senyap melingkupi. Sebentar saja, untuk sebentar saja Young So menaikkan kedua bola matanya menatap Seokmin penuh keingin tahuan. Ia ingin tahu kelanjutan dari kalimat Seokmin barusan, tetapi buru-buru ia sadar bahwa apa pun kelanjutannya, itu jelas menyakitkan.

"Gadis itu dapat dibeli dengan tubuhnya yang manis. Cih, rendahan sekali."

PLAK

"Harus berapa kali kubilang untuk kau tutup mulut, hah?!"

Young So tak peduli kalau puluhan siswi akan mengeroyoknya habis karena berani menampar 'kakak kelas idola yang katanya tampan dan berprestasi itu'. Ia juga berusaha mengabaikan pelototan mata dari beberapa siswi akibat tindakannya barusan. Cih, memangnya apa yang pantas dibela dari seniornya yang bermulut keji itu? Young So merasa cukup dilecehkan oleh perkataan Seokmin barusan, ia cukup terluka hingga kedua bola matanya juga retak oleh air mata.

Tetapi, tidak. Ia tidak akan menangis sekarang.

"Kau berani menampar sepupuku?! Ada hak apa kau, dasar gadis bar-bar!" Tiba-tiba dari kerumunan paling ujung, Hye Sang datang bak pahlawan kesiangan dan langsung berlari kecil lalu meringkalkan lengan pada bahu Seokmin.

Young So melirik Hye Sang sinis. "Pantas saja kalian kompak sebagai saudara sepupu. Mulut dan otak kalian tidak jauh berbeda. Dangkal dan tidak pernah diasah. Kasihan sekali, sudah diberi otak bagus-bagus, tetapi tidak tahu cara menggunakannya."

"Apa kau bilang?!"

"Astaga, kau tuli juga ternyata? Tidak dengar apa yang barusan kubilang, huh?"

Hye Sang tidak dapat lagi membalas makian itu dan malah menggertakkan gigi sembari menatap Young So sengit. Di sampingnya Seokmin juga menatap Young so penuh kebencian, sementara sudut bibirnya yang memerah akibat tamparan barusan diabaikan seolah itu hanya luka kecil tak bermakna. Kendati demikian, itu cukup menjadi penghinaan terhadap dirinya di depan banyak siswa begini.
Tidak, tidak, ini bukan seperti skenario yang pernah ia rencanakan. Siapa sangka, makian serta 'bulian' kecil yang tadi ia lakukan mampu menyebabkan masalah yang lebih besar sebab gadis tidak tahu diri di hadapannya ini malah semakin sering melawan alih-alih menyerah dan ketakutan?

Hye Sang mulai angkat bicara, "Kau tidak pernahー"

"Apa?! Kau mau bilang aku tidak pernah mengaca? Kau mau bilang aku tidak tahu diri karena berani melawan seniornya sendiri? Iya, begitu?" tantang Young So tanpa gentar. Gadis itu mendecih, emosi jelas terpatri pada kedua irisnya yang kini berkilat. Ia mungkin bisa merasa ketakutan, ia mungkin pernah kalah dan dipermalukan oleh Seokmin dan Hye Sang. Tetapi untuk harga diri yang telah diinjak dan dianggap layaknya sampah, Young So berjanji ia tak akan diam saja.

Gadis itu mengatur napasnya yang terengah, kali ini berusaha tenang saat membalas dengan dingin namun suaranya tetap dapat didengar satu koridor penuh, "Dengar aku baik-baik, gadis manja. Satu-satunya hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya adalah membuat masalah dengan siswa lain di sekolah. Aku masih punya otak. Dan aku masih pahamーsangat paham malahーbagaimana cara memperlakukan orang lain dengan hormat tanpa harus melecehkan harga diri mereka."

Hye Sang dapat merasakan wajahnya merah padam. Keringat menetes di pelipis sebab rasa gerah mengepul bersamaan dengan rasa malu luar biasa. "Kau benar-benar!" Gadis itu maju mendekat pada Young So dengan entak langkah tergesa, mengangkat tangan kanannya untuk menampar pipi gadis itu dan ia sudah bersiap dengan tenaga penuh untuk meluncurkan telapak tangannya dengan penuh amarah.

Harusnya begitu, harusnya mengenai pipi Young So dengan keras seperti yang ia harapkan.

Tetapi, tidak.

Tidak ada bunyi 'plak' keras seperti yang tadi terdengar tatkala Young So menampar pipi sepupunya. Tidak ada teriakan atau sahutan girang siswa yang menyoraki kemenangannya. Semua hanya menjadi khayal, karena memang pada realita, tak ada tamparan sebagai balasan yang memuaskan.

Sebab saat ia masih dikuasai emosi dan pikirannya yang sempit itu hanya dipenuhi oleh keinginan untuk menjatuhkan Young So dan membuatnya bertekuk lutut, nyatanya Wonwoo sudah terlebih dulu datang entah dari mana dan tiba-tiba saja menahan pergelangan tangannya bahkan sebelum sempat mendarat pada pipi Young So.

Gadis itu tercengang, menatap Wonwoo sembari mengerjap linglung. "Wonwoo-ya ...."

Wonwoo menatap Hye Sang tajam, melepas cengkramannya pada pergelangan tangan gadis itu sembari membuangnya kasar. "Kau mencari masalah dengan orang yang salah. Tidak ingat ancamanku, ya?"

"Hei, kalau berani jangan dengan perempuan, dong! Banci sekali, sih." Kini Seokmin yang maju untuk membela. Pemuda itu menarik lengan Hye Sang untuk mundur sementara ia semakin maju agar bisa berhadapan dengan Wonwoo.

Wonwoo tertawa sinis. "Banci kau bilang? Lalu yang tadi itu apa? Bagaimana kau merengkuh gadisku dan menghinanya di depan umum, kau pikir aku tidak lihat?" Ditariknya kerah baju Seokmin, sontak membuat semua yang melihat menahan napas tanpa sadar. Termasuk Young So yang hanya dapat terpaku di tempat. "Harus berapa kali kuingatkan, jangan pernah sekalipun dekat dengan gadisku. Tetapi sepertinya kau tidak paham juga, ya."

Seokmin mendecih sembari melepaskan diri dari cengkraman tangan Wonwoo yangーuntungnyaーtidak erat.

"Sekarang kau tahu, 'kan, gadisku bukan gadis murahan yang gampang dipermainkan pria," sambung Wonwoo santai sembari memasukkan kedua telapak tangannya dalam saku celana. Pemuda itu kemudian menoleh pada Young So yang juga balas menatapnya. Gadis itu sendiri tidak menyangka Wonwoo akan datang bak pahlawan kesiangan yang membela dirinya dengan berani tanpa takut sedikitpun.

Jeon Wonwoo itu mengejutkan. Tindakannya, pikirannya, semuanya.

Bahkan pesonanya.

Young So terpana pada tatapan teduh itu. Sihir dari kedua iris coklat wiski yang tajam namun diam-diam menyimpan kelembutan itu kini mampu mengunci tatapannya dalam beberapa detik mendatang. Senyum Wonwoo diulas, gadis itu terkesima. Bahkan pada aroma parfum sekalipunーaroma mint samar yang bercampur dengan woody dan floral kini juga menjadi favoritnya dalam sekejap sebab mampu menghadirkan ketenangan dalam batinnya yang rapuh.

Semua orang terpaku. Detik berlabuh dalam sunyi.

Tatkala itu, suara Wonwoo kemudian menjadi pemecah hening, "Min Young So bukan gadis sembarangan." Ia memutar tubuh kembali menatap Seokmin, Hyesang, juga kerumunan siswa di belakang. Ia tak takut, gayanya bahkan nampak kalem dan nada bicaranya yang tenang seolah mengungkap bahwa Wonwoo benar-benar tidak peduli kalau harus dibenci hanya karena membela gadisnya ini. "Hati-hati kalau bermain-main padanya. Kau memberinya permainan, ia yang akan keluar sebagai pemenang. Meski harus sendirian. Gadisku itu memang hebat, kau tahu?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro