Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌄5. Boys Will Forever Protect🏙️

SEMUA tidak akan berjalan seperti apa yang sekarang terjadi kalau saja ketenangannya saat itu tidak direbut paksa oleh seorang siswi berkacamata dari kelas sebelah, tiba-tiba datang ke kelasnya dengan napas terengah dan mata datar menatap nyalang pada Young So disertai percik marah terpancar. Tangannya saja dikepal kuat saat ia berkata, "Young So-ya, kenapa munafik sekali, sih? Diam di kelas dan berpura-pura tidak ada hal genting terjadi, padahal sekarang satu sekolah sedang ribut oleh pertengkaran Wonwoo dan Seokmin Sunbaenim di koridor."

Young So masih ingat betul rasa panas yang lantas menjalari kepala saat mendengar ucapan siswi berambut lurus sebahu dengan wajah bulat nan pipi gempal yang seringkali dijuluki 'imut-tapi-terlalu-berisi' itu. Ia baru ingin membalas dengan sentakan saat siswi itu menudingnya sembari berucap, "Apa kau tidak tahu bahwa pertengkaran itu disebabkan olehmu?"

Apa?

Saat itu Young So yakin siswi di hadapannya ini pasti memberikan informasi yang salah. Atau minimal, ia hanya satu dari pembuli iseng yang hanya ingin menyangkutkan namanya dalam pertengkaran Wonwoo dan seniornya itu. Tidak mungkin terjadi, sebab Young So sendiri buta informasi akan senior yang katanya tampan dan menjabat sebagai kapten basket tahun lalu. Kalau tidak salah, ia juga sepupu kandung Hye Sang, 'kan? Siapa namanya? Sukmin?

"Kau ini bicara apa, sih? Aku tidak tahu-menahu soal pertengkaran mereka! Jangan asal menuduh dan menyebar hoax sembarangan. Apa mau kulaporkan perihal ini ke Nyonya Ahn?"

Siswi itu menautkan kedua alisnya kesal. Wajahnya bertambah merah, tangannya yang terkepal sekarang ikut meremas ujung roknya kuat. Young So baru tahu siswi berwajah imut sepertinya bisa menjadi beribu kali menyeramkan saat marah. Ia sendiri sempat mengira siswi itu akan datang ke bangkunya dan mencekik lehernya sebab sudah terlampau kesal, namun semua pikiran negatif yang sempat berseliweran dalam benaknya salah total.

Sebab alih-alih membesar-besarkan amarahnya sendiri, gadis itu justru mengembuskan napas perlahan sebelum menyahut dengan nada dingin yang begitu lirih, "Cepat turun ke lapangan outdoor sekarang. Kalau kau tak percaya dengan kata-kataku, maka buktikan fakta itu dengan telingamu sendiri."

Young So tercengang. Ini bukan jebakan, 'kan?

Apa namanya benar-benar menjadi penyebab pertengkaran Wonwoo dan seniornya itu?

***

Min Young So tidak pernah merasa setegang ini sebelumnya saat harus berdiri di depan pintu ruang BK, hanya dapat menatap hampa pada pintu putih pucat bak orang dungu yang menunggu sesuatu tak tentu. Tangannya terlipat di depan dada, bibirnya digigit pelan dan gadis itu dapat merasa desir dalam hatinya bertambah cepat seiring berjalannya detik, detak nadinya yang berpacu terus bertambah kencang seiring dengan pergerakan siswa yang berjalan melewatinya sembari melempar tatapan janggal.

Lihat, sekarang ia benar-benar menjadi salah satu siswi terkenal dengan popularitas selangit di sekolah, andai kata terkenal yang digunakan mengarah pada hal positif. Sebab alih-alih demikian, namanya kini sering dipakai orang dalam rentetan gosip, dikenal sebagai 'gadis yang dengan mudahnya dapat dicium Wonwoo' atau parahnya julukan itu berubah menjadi, 'gadis tak tahu malu yang menjadi penyebab pergelutan antara Wonwoo dan Seokmin hingga membuat Hye Sang tersudutkan.'

Baiklah, terlalu panjang.

Namun yang jelas, Young So benar-benar dibuat gundah sekarang. Bukan soal gosip, bukan pula tatapan sinis siswa atau ancaman bahwa ia akan diseret-seret dalam masalah Wonwoo dan Seokmin lebih dalamーwell, sebenarnya ini juga menjadi salah satu faktor pendukung walau hanya beberapa persen kecil saja—tetapi satu yang mendominasi semua kegelisahan dalam hati; sebuah fakta akan pembelaan Wonwoo di lapangan.

Young So tidak buta, telinganya juga masih berfungsi dengan baik dan dalam memori utuh yang masih dapat ia gali, gadis itu dapat memutar bayangan kejadian beberapa menit lalu saat Seokmin Sunbaenimーsetidaknya begitu cara mereka menyebut namanya; salah satu senior tampan yang katanya terkenal, tapi Young So saja masih merasa samar saat mendengar namanya—itu melecehkan harga dirinya dengan teriakan keras di hadapan seluruh siswa. Namun tak berhenti di sana, sebab selanjutnya raut wajah Wonwoo langsung berubah tak terima dan lantas menghantam perut juga pipi lawannya dengan keras. Berbagai umpatan diluncurkan, namun satu yang Young So ingat;

Wonwoo langsung meluncurkan pembelaan dengan menyebut namanya secara langsung di depan ratusan siswa, mengangkat harga dirinya di hadapan ratusan pasang mata dan telinga, tak peduli walau itu berdampak pada dirinya sendiri dengan mendatangkan luka dan darah yang kian mengalir deras.

Seokmin bukannya lawan yang mudah, Wonwoo juga bukan pemuda yang gampang menyerah.

Astaga, apa yang ia pikirkan?

Young So lantas menggeleng pelan untuk mengusir pikirannya barusan. Kembali ia memfokuskan diri menatap kenop pintu ruang BK yang tak kunjung dibuka. Diam-diam gadis itu berharap dalam hati agar Nyonya Ahn tidak memberi ceramah panjang untuk malam ini sehingga pintu bisa lebih cepat dibuka dan ia tahu kelanjutan dari masalah mereka; apa ia terbukti terlibat atau tidak. Gadis itu menggoyang-goyangkan kaki resah, dadanya bergemuruh tak karuan dan decakannya mengudara pelan.

Lama sekali, sih.

Tatkala Young So melirik jam yang menggantung pada dinding koridor tengah bagian atasーsebab ruang BK letaknya di belokan pertama setelah koridor bagian tengah ditempatkan, tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar, gadis itu langsung menolehkan kepala dan berdiri dengan cepat, sedikit terkesiap.

Akhirnya selesai juga.

Namun pemandangan yang tersaji tidak sesuai ekspetasi. Lee Seokmin dengan seragamnya yang masih berantakan dan kotor oleh debu tanah menatapnya tajam tanpa ekspresi. Pemuda itu bahkan meniti penampilan Young So dari ujung rambut sampai kakiーentah apa yang dipikirkannya namun Young So yakin bukan sesuatu yang baik sebab setelahnya pemuda itu langsung memutar bola mata sembari mendengkus setengah mengejek.

Young So ingin sekali melawan, tetapi melihat seberapa runyam suasana sekarang rasanya bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Jadi gadis itu hanya bisa mengernyit pelan, nampak tak nyaman sebelum kemudian mengalihkan pandang pada Wonwoo. Pemuda itu masih sama kacaunya dengan yang terakhir kali ia lihat di lapangan; rambut lurusnya yang biasa tertata rapi dengan poni dimiringkan ke samping kini awut-awutan hingga beberapa helai menempel di kening karena keringat. Wajah tampanーsetidaknya begitu kata merekaーyang biasa menyunggingkan senyum menggoda itu sekarang penuh beret luka dan beberapa lebam biru di sudut tertentu.

Wonwoo tidak banyak berkata saat matanya bertemu dengan mata Young So saat itu. Mereka memang sempat beradu tatap sebentar, mungkin hanya dalam hitungan detik yang kelewat singkat sebelum Wonwoo memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dengan seulas senyum tipis.

Young So benar-benar dibuat bingung sekarang.

Tak ada kalimat menggoda yang biasanya terlontar?

Ah, salah. Astaga apa yang ia pikirkan?!

Tak ada informasi lebih jauh mengenai masalah ini?

Mengapa keduanya hanya keluar dengan wajah yang suram yang menakutkan, persis seperti macan mengamuk yang bila disentuh sedikit saja akan langsung menerkam?

Dan kegelisahan Young So tak kunjung terjawab, bahkan saat kedua pemuda di hadapannya memilih pergi ke dua arah berlawanan dengan mulut terkatup rapat.

***

Young So pasti sudah gila.

Tidak, tidak gila juga. Gadis itu tak mau dikatai gila karena memang faktanya ia belum gila. Otaknya masih seratus persen waras, kendali jiwanya juga masih sangat baik dan mungkin alasan yang membuatnya tergerak untuk mengikuti langkah Wonwoo sampai ke kantin bukanlah disebabkan karena ia kehilangan akal sehat dan mau mengikuti pria.

Ewh, tidak berguna. Buang-buang waktu saja.

Namun Young So sendiri tak dapat tenang kalau harus kembali ke kelas dengan gunjingan dari seluruh siswa lengkap disertai pertanyaan menyudutkan seperti, "bagaimana kelanjutkan masalah tadi? Hukuman apa yang Nyonya Ahn berikan padamu?"

Meski sebenarnya Young So sendiri tak yakin ia pantas menerima hukuman sebab dari awal gadis itu tak tahu-menahu soal pertikaian ini.

Sejauh yang Young So amati selama lima belas menit penuh, Wonwoo langsung membeli sekaleng soda dingin, mencari tempat duduk yang nyaman di pojok kantin sebelum kemudian duduk dengan kaki terangkat pada kursi. Anehnya, setelah lima belas menit lebih mengekor pada Wonwoo, kehadiran Young So diacuhkan layaknya angin yang menerpa. Seolah-olah ia tidak ada di sana, seolah-olah kehadirannya hanyalah bayang.

Baiklah, Young So habis kesabaran. Kalau bukan demi rasa bersalahnya sekarang, ia sendiri malas untuk memaksa pantatnya duduk di hadapan Wonwoo dan membuka pembicaraan dengan nada ketus, "Kau ini kenapa, sih?"

Pemuda itu tersedak sodanya yang baru diteguk sekali. "Astaga, kau mengejutkanku," katanya sembari terbatuk-batuk pelan. "Hei, Manis, sedang apa kau di sini? Apa kau mengikutiku dari tadi?" Wonwoo mengulas senyum, dan entah apa yang salah dalam diri Young So hingga gadis itu dapat merasakan sedikitーingat, hanya sedikit; sangat amat sedikitーkelegaan merembes melalui celah hatinya yang dalam.

Sebab Young So sendiri tidak suka saat-saat dimana Wonwoo begitu emosi sampai diam dan mengacuhkannya seperti tadi.

Jangan berpikir macam-macam. Rasa tidak suka Young So terhadap sikap Wonwoo tadi didasari alasan yang jelas; kalau pemuda itu marah terhadap Seokmin dan Hye Sang sebab ingin membela Young So, maka jangan membawa namanya untuk diseret ke permasalahan mereka.

Young So tidak minta untuk dibela. Baik dengan Wonwoo atau siapapun.

Gadis itu mendengkus kasar. "Bagaimana kelanjutan masalahmu dengan senior itu?"

Wonwoo mengernyit bingung. "Tunggu, aku tidak salah dengar 'kan? Kau menanyakan soal masalahku dengan cecunguk sialan itu?" tanyanya dengan nada tak percaya yang dibuat-buat, membuat Young So memutar bola mata.

"Hei, masalah ini tidak besar, kok. Hanya pertengkaran biasa antara dua lelaki jantan," jawabnya sembari terkekeh pelan, "jadi tidak usah terlalu dipikirkan. Si sialan itu memang harus mendapat ganjaran untuk mulutnya yang busuk."

Young So berdecak. "Bukan itu maksudku, Wonwoo," katanya tak sabar, namun Wonwoo malah menyingkirkan kaleng soda ke tepi meja agar ia bisa menumpukan kedua tangannya di atas dagu dan menunggu Young So untuk menjelaskan kembali sembari memberinya tatapan sabar dan teduh, "Aku dengar pertengkaran kalian disebabkan olehku. Dan itu terbukti dengan teriakanmu dan juga Seokmin Sunbaenim yang menyebut-nyebut namaku di lapangan tadi. Aku menyaksikan semua dengan mata kepalaku sendiri, jadi jangan mencoba menghindar dan cepat ceritakan semua akar masalah yang membawa-bawa namaku tersangkut ke dalam."

Wonwoo menunggu beberapa detik sampai Young So tak lagi berbicara. Kemudian pemuda itu melebarkan kedua sudut bibirnya tinggi, di saat bersamaan mengangkat kedua alis hingga menyebabkan kerut samar pada kening. "Sudah selesai?" tanyanya manis, yang dijawab anggukan cepat oleh Young So.

Pemuda itu menghela napas, terlihat sangat tenang saat menjawab, "Sebenarnya ini masalah pria, aku juga tidak berniat untuk membawa-bawa namamu di depan seluruh siswa tapi apalah daya, semua sudah terjadi." Ia mengendikkan bahu sebentar sebelum melanjutkan, "Tidak ada masalah besar sebenarnya. Tadi siang aku hanya pergi menemui Hye Sang dan membentaknya karena sudah mempermalukan gadisku di muka umum kemarin. Kemudian setelah jam makan malam, barulah sepupunya yang berengsek itu mendatangiku sembari marah-marah. Lalu, kita bertengkar. Tamat. Masih ada yang kau ingin ketahui lagi, Sweetie?"

Young So tercengang. Wonwoo membentak Hye Sang karena masalah kemarin?

Tapi kenapa?

"Kenapa kau membentak Hye Sang?" tanyanya datar.

"Karena ia mempermalukanmu di depan seluruh siswa. Tidak ingat?"

"Tentu saja ingat!" jawabnya dengan wajah memerah. "Maksudku, kau juga ikut tertawa saat insiden itu terjadi. Lalu sekarang, kau mencoba bertingkah heroik dengan melabrak anak orang sampai menangis begitu? Sama sekali tidak mengesankan, kau tahu?"

Wonwoo mengerutkan kening samar. "Jangan salah paham dulu, Manis. Biar kujelaskan; aku tidak ikut tertawa saat insiden itu terjadi. Aku saja baru datang ke kantin saat tiba-tiba kau menangis. Barulah malamnya aku mengorek informasi tentang apa yang telah terjadi dan membuatmu begitu emosi hingga menamparku secara tiba-tiba bahkan sebelum aku melakukan sesuatu."

Young So termangu. Jadi selama ini ia yang salah pikir? Gadis itu yakin wajahnya sudah memerah sekarangーcampuran antara malu dan rasa bersalah sebab sudah salah menduga. Detik berlabuh dalam hening, Wonwoo meneguk cairannya kembali sampai suara serak Young So mengudara kembali, "Kau tak seharusnya ikut campur sampai membela namaku di depan satu sekolah," ucapnya lirih. "Sekarang lihat lukamu itu; dampak dari sikap ikut campurmu pada urusan orang, padahal aku sendiri tidak minta dibela."

"Dengar ya, Manis," Wonwoo mencondongkan tubuhnya beberapa senti lebih dekat, senyumnya diulas penuh tatkala ia melanjutkan, "Sudah menjadi tugas pria untuk melindungi gadisnya, terlepas dari permintaan sang gadis atau tidak. Sekarang katakan padaku, bagaimana aku bisa duduk diam dengan tenang sementara di luar gadisku dijelek-jelekkan orang?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro