Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

You Drove Me Crazy

Kwon Soonyoung

Sudah hampir dua bulan aku dan Midori menjalin hubungan tanpa status ini. Tidak ada yang berbeda jauh sih. Karena kesibukan masing-masing, jadwal komunikasi kami masih sama seperti dulu. Lebih intens di malam hari.

Aku bahkan tidak merasa seperti ada yang berbeda.

Yah, bagaimana pun juga aku harus menghormati keputusan Midori. Lambat laun gadis itu mulai menerimaku, aku sadar itu. Setelah mendapat beberapa nasihat dari para member, aku kini tahu bahwa untuk menghadapi gadis tipe Midori, aku tidak boleh terlalu agresif. Bisa-bisa dia justru kabur.

Kebanyakan fans mungkin tahunya aku adalah orang yang berisik dan hiperaktif ketika berada di atas panggung. Namun, dibalik itu semua, aku cukup bisa mengendalikan diri kok. Aku tidak seberisik itu. Jadi, semoga saja sisi lain diriku yang itu bisa mengimbangi sikap tenang dan penuh perhitungan dari Midori.

Kalau bicara tentang Midori, aku tentu tidak bisa melupakan sosok Hyesung, sahabat karibnya. Sepertinya yang sudah bisa kalian tebak, tak lama aku dan Midori memutuskan untuk 'saling mengenal lebih jauh', Hyesung langsung mengadakan wawancara khusus denganku.

Wah, aku bahkan tidak tahu kalau Hyesung sangat protektif dengan Midori. Bahkan setahuku dulu dia tidak begitu dengan Jihoon. Ops.

Yah, intinya, sih bukan itu. Hyesung hanya memintaku untuk benar-benar bersabar dalam menghadapi Midori. Pasalnya sahabatnya itu ternyata selalu merasa dirinya menanggung tanggung jawab besar dalam menghidupi keluarganya. Hyesung bilang, jika aku benar-benar menyayangi Midori, aku harus mau dijadikan prioritas kedua setelah adik-adiknya. Aku percaya sih. Setelah menghabiskan hampir lima hari tinggal bersama di rumahnya, aku dapat melihat bagaimana dirinya bersikap terhadap ketiga adik laki-lakinya.

Aku jadi kagum, sekaligus iri. Namun, diatas itu semua, aku jadi merasa tidak berguna karena kehadiranku di kehidupannya tidak cukup untuk meringankan bebannya.

Aku terkesiap kaget ketika mendengar ponselku berbunyi. Nama Midori terpampang sebagai caller id di layar. Aku mengerutkan kening. Tumben sekali gadis itu meneleponku di siang bolong seperti ini.

"Halo, Midori," sapaku riang mengangkat telepon.

"Halo," balasnya dari seberang sana. Dari nada bicaranya aku dapat menangkap bahwa dia sedang sangat senang. "Tebak aku akan memberimu kabar apa."

Aku mengulum senyum. Satu hal yang aku ketahui. Kalau Midori sedang larut dalam hal-hal menyenangkan yang ia sukai, secara tidak sadar dia akan menjadi jauhhhh lebih imut dari biasanya. Kalau dia ada di hadapanku saat ini, entah bagaimana aku bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Mencubit pipi gadis itu maksudnya.

"Kau... memenangkan undian?"

"Aku tidak bermain dengan probabilitas seperti itu, Kwon Soonyoung," keluhnya.

Ya. Midori akan memanggil nama lengkapku kalau dia sudah lelah dengan candaan garing yang aku keluarkan. Haha. Manisnyaaa.

"Kalau begitu beritahu aku," ucapku sambil terkekeh. "Kau terlihat sangat menggemaskan karena super excited seperti sekarang."

Hening. Aku bisa membayangkan kedua pipi tembem Midori memerah disana. Aku berusaha keras untuk menahan tawa agar gadis itu tidak memutuskan sambungan telepon.

Midori berdeham kecil. "Kau menang. Sampai saat ini aku bahkan belum terbiasa dengan tembakan langsungmu dalam menggodaku," katanya malu-malu.

See? Kali ini aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku tertawa tanpa suara sambil menendang-nendangkan kaki ke udara. Hansol yang sedang sibuk dengan ponselnya di kasur sebelah hanya dapat memandangiku dengan wajah herannya.

Aku mengeja kata maaf tanpa suara pada dongsaeng-ku itu. Ia mengangguk. Hansol sudah paham dan terbiasa dengan tingkahku ketika sedang menelepon Midori. Tanpa merasa terganggu, Hansol kembali melanjutkan aktivitasnya. Kali ini dengan headphone terpasang di kepala.

"Jadi, kau ingin bicara apa?" tanyaku mengembalikan topik awal.

"Ah, ya aku sampai lupa," katanya. "Kau masih ingat dengan keinginanku untuk membuka workshop?"

"Tentu saja aku ingat," jawabku cepat. "Aku bahkan sudah siap berinvestasi pada bisnismu ini."

"Hei, tidak secepat itu," sanggahnya. Aku terkekeh. "Aku akhirnya memberanikan diri untuk mengucapkan keinginanku itu pada ibu dan ayah. Tanpa kuduga, mereka ternyata mendukungku! Kini aku sedang berada di Tokyo dan bertemu dengan temanku yang bergelut di bidang sama."

"Kau mendiskusikan hal ini dengannya?" tanyaku memastikan.

"Betul sekali. Sebelum membuka workshop sendiri, aku ingin belajar banyak hal darinya. Sepertinya aku akan tinggal cukup lama di Tokyo."

Aku bangun dari posisi tiduran. "Sampai kapan? Apa akhir bulan ini kau masih ada disana?"

"Hmm, sepertinya begitu. Aku mau membuat rancangan untuk bisnisku ini. Membuat proposal dan berbagai macam hal lainnya dengan bantuan temanku ini."

"Akhir bulan ini Seventeen akan ke Jepang untuk syuting acara variety show. Semoga kita bisa bertemu ya!" seruku semangat.

Hening. Aku menjauhkan telepon dan melihat layar ponselku. Masih terhubung kok.

"Midori?" panggilku memastikan.

"Ya. Maaf aku tidak konsentrasi," ucapnya.

Bohong. Aku menangkap nada gugup dari suaranya yang bergetar. Apa Midori jangan-jangan tidak mau bertemu denganku? Kalau dipikir-pikir, selama dua bulan ini kita memang tidak saling bertatap muka, lewat video-call sekali pun. Bisa dibilang andaikan akhir bulan besok aku dan Midori bisa bertemu, itu merupakan pertemuan pertama kita setelah resmi dalam menjalin "hubungan tanpa status" ini.

"Kalau kau merasa tidak siap untuk bertemu denganku, aku bisa menunggu," ucapku pada akhirnya. Walaupun aku berusaha bersikap dewasa, tetap saja aku tidak dapat menutupi fakta bahwa aku akan sangat sedih jika tidak bisa bertemu dengannya.

"Bukan begitu, Soonyoung," Midori menyanggah dengan cepat. "Untuk hal itu... aku akan mengusahakannya. Kau tahu, aku sangat kikuk dalam hal ini. Aku bisa membayangkan akan kembali kaku jika bertemu denganmu lagi setelah sekian lama."

What? Aku tidak salah dengar kan? Midori ternyata nervous karena akan bertemu lagi denganku! Sungguh menggemaskan!

Aku mengusap wajah dengan sebelah telapak tangan. Senyumku mengembang lebar. Hanya dengan mendengarnya bicara terbuka seperti itu, sudah mampu membuatku begitu bahagia. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Boleh aku jujur padamu?"

"Ya?" jawab Midori diseberang sana.

"Aku sangat ingin memeluk saat ini juga."

Hening. Bisa kudengar suara napas terkesiap Midori. Aku sendiri menikmati bagaimana saat ini jantungku berdebar dengan sangat keras. Sungguh, aku benar-benar sangat transparan dalam menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya pada gadis itu. Semoga Midori tidak kabur dariku setelah ini.

"Haha, yah, that's so you," balas Midori dari seberang sana. Ia terdengar sangat jelas menyembunyikan kegugupannya dengan tawa sumbang yang ia keluarkan. "I need to calm myself."

"Maafkan aku." Ugh, aku sungguh malu saat ini.

"Mengenai tawaranmu tadi, setelah kupikir-pikir, sepertinya kita bisa bertemu," ucapan Midori kembali menarik konsentrasiku pada gadis itu.

"Dulu kau bilang mau membantuku dalam membangun bisnis ini. Kita akan membicarakan masalah pekerjaan, Kwon Soonyoung."

Kena deh. Midori tidak segan-segan menghempaskan angan-anganku untuk bertemu lagi dengannya, dalam maksud kencan, bukan bekerja. Tapi, yah, hanya dengan melihatnya saja sepertinya aku akan cukup puas setelah dua bulan tidak bertemu.

"Okay, siap ibu bos!"

Midori tertawa renyah di seberang sana. Terdengar lebih rileks kali ini.

"Baiklah kalau begitu. Aku harus kembali bekerja. Sampai bertemu nanti!"

"Sampai bertemu nanti!" Ucapku membalas salam perpisahannya.

Aku melempar ponsel ke samping dan memandangi langit-langit kamar dengan pandangan berbinar. Hanya dengan memikirkan bahwa akhir bulan ini aku akan bertemu lagi dengan Midori, mampu membuatku begitu bahagia.

Hm, bagaimana ya aku menjelaskannya? Dalam hubungan ini aku terkesan seperti pedal gas dan Midori yang bertugas sebagai rem. Dilihat dari responnya sejauh ini, aku bisa memprediksi ke arah mana hubungan ini akan berlabuh. Slow but sure, kita jalan bersama-sama. Aku cukup menikmatinya. Terutama dengan perasaan hangat di dada tiap kali mendengar kabar darinya.

Gosh, i think i am really falling so deep in love with Midori!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro