Accident
Tanaka Midori
Aku sampai di bandara Seoul pukul sebelas malam. Sambil menarik koper menuju pintu keluar, aku berusaha menghubungi Hyesung. Sahabatku itu berjanji akan menjemput.
"Tanaka Midori!"
Aku tersenyum lebar ketika menemukan sosok yang kucari di antara kerumunan para penjemput. Senyumku mengembang menjadi sebuah tawa. Gadis blasteran Korea-Amerika itu sangat heboh. Ia membawa slogan berisi namaku dihiasi oleh rangkaian bunga di tepinya. Bahkan ada dua buah balon berwarna pink membumbung tinggi di udara.
"Lucu sekali," pujiku begitu selesai berpelukan dengan Hyesung. "Kau membuatnya sendiri?"
Hyesung mengangguk. "Kalau kau yang membuatnya, pasti akan lebih bagus."
Aku menggamit lengan Hyesung dan mengajaknya berjalan menjauh dari kerumunan yang sangat bising. "Terima kasih karena telah menjemputku. Kau tidak bekerja?"
"Aku ambil cuti dong," jawabnya bangga sambil membimbingku jalan menuju mobilnya yang terparkir. "Bahkan profesorku sangat bersyukur karena aku mengambil libur akhir tahun. Sejak cuti selama satu semester aku memang jarang sekali mengambil jatah libur. Beliau khawatir aku akan menyakiti diri sendiri karena terlalu gila kerja."
"Setuju!" sambarku cepat. "Hobimu adalah bekerja. Bahkan tidak cukup berperan sebagai dokter bedah, kau juga mengurus promosi para artis di agensi pamanmu."
"Hei, aku kan sudah libur, jadi jangan membahas masalah pekerjaan, okay?" tukas Hyesung sambil membuka pintu bagasi mobilnya.
Aku memasukkan koperku dan tas ransel. "Baiklah. Sekarang kita membahas hal-hal yang menyenangkan."
Hyesung menutup bagasi kembali dan berjalan menuju kursi pengemudi. Aku pun demikian, menuju kursi penumpang samping Hyesung.
"Soonyoung oppa tidak curiga denganmu?" tanya Hyesung. "Dia tidak tahu kan kalau kau kemari?"
Aku menggeleng. "Seharian ini belum ada kontak lagi antara kami. Akhir-akhir ini dia juga jarang menghubungiku, katanya banyak pekerjaan."
Hyesung diam sejenak. Ia tampak serius berpikir sambil menyetir.
"Kalau aku mampir ke dorm Seventeen, dia jarang ada disana sih. Jihoon oppa juga bilang kalau Soonyoung jarang pulang ke asrama," tutur Hyesung. "Ah, aku ingat. Kakaknya belum lama ini melahirkan anak ketiganya, mungkin saja dia jadi sering pulang untuk bertemu dengan keluarganya."
Aku mengangguk-angguk kecil. Hatiku sedikit mencelos. Sejujurnya aku baru tahu perihal bahwa kakak Soonyoung baru saja melahirkan dari Hyesung ini. Aku berusaha menepis pikiran negatifku. Mungkin saja Soonyoung lupa memberitahunya karena terlalu sibuk dan lelah. Aku tidak bisa menyalahkannya.
"Kau tidur saja dulu, pasti capek kan selama perjalanan?" suara Hyesung menarikku kembali ke alam nyata. "Kau harus menyiapkan diri untuk ikut pertunjukkan besok. Akan banyak fans dari grup lain. Tenang saja, aku sudah menyiapkan tiket dan segala macamnya. Kau tinggal fokus menyiapkan hadiah kejutan untuk Oppa-mu tercinta."
Aku tertawa mendengar penuturannya. "Terima kasih, Han Hyesung. Kau memang yang terbaik!"
---
"Heol! Daebak!" Hyesung memberiku tepuk tangan setelah aku keluar dari kamar dengan dandananku.
Aku makin besar kepala. Bagaikan seorang model, aku berjalan seperti di catwalk di hadapan Hyesung. Gadis itu tertawa.
Well, menurutku dandananku saat ini cukup menarik dan lebih feminim dari hari biasa. Aku memilih menggunakan kaus bahan katun turtle neck dan coat panjang berwarna putih gading. Aku memadupadankan celana denim 7/8 dan boots berwarna cokelat. Untuk riasan rambut, aku menata poniku yang sedikit mulai memanjang dengan jepit rambut. Kubiarkan sisanya menjuntai membingkai pipi bulatku.
"Jangan lupakan hadiah yang telah kau siapkan," ucap Hyesung mengingatkanku.
Aku menjentikkan jari. Buru-buru aku mengambil tas selempang yang sudah kusiapkan sebelumnya di dalam kamar. Aku sudah memasukkan oleh-oleh dariku maupun dari Masuo.
"Okay, sudah siap pergi?" tanya Hyesung.
"Sangat siap!" jawabku bersemangat. "Let's go!"
--
Kwon Soonyoung
Aku berjalan mondar-mandir di ruang istirahat Seventeen. Baru saja aku membuka pesan dari Somi yang menunjukkan foto tiket masuk venue acara saat ini. Mengetahui bahwa gadis itu datang untuk menyaksikan penampilanku, membuatku gugup setengah mati.
"Kau membuatku pusing," protes Jihoon.
Aku berhenti. "Aku sangat gugup, Jihoon-ah."
Jihoon memandangku dengan dahi berkerut. Sedetik kemudian matanya melebar. "Kenapa kau gugup? Apa kau tahu sesuatu?"
Aku tidak mungkin menjawab dengan jujur kan? Bisa mati digorok aku kalau Jihoon tahu bahwa aku gugup karena kehadiran Somi.
"Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja," jawabku pada akhirnya.
Jihoon menepuk bahuku pelan. "Lakukan saja sesuai dengan latihan yang kita jalani. Ada kejutan menarik untukmu jika kau berhasil tampil dengan memuaskan."
Sesungguhnya aku tidak mengerti dengan maksud kata-kata yang dikeluarkan Jihoon. Aku hanya mengangguk, enggan memperpanjang percakapan. Daripada Jihoon mencium hawa-hawa perselingkuhanku.
"Seventeen, ayo bersiap!"
"Baik!" jawab kami serempak pada panggilan direktor acara.
---
Tanaka Midori
Aku mengayunkan lightstick Seventeen dengan semangat sambil menyuarakan fanchant. Di sampingku Hyesung pun tak kalah hebohnya. Seperti para fangirl lain, kami benar-benar menggila malam ini. Sepertinya besok suaraku akan habis.
Kudengar dari Hyesung, nanti akan ada pertunjukan spesial dari Soonyoung dan member dari boygroup lain. Sejenis dance break, mungkin? Aku tidak tahu menahu mengenai hal itu. Tapi tetap saja aku menantikannya.
Penampilan group Seventeen telah berakhir. Aku mengambil momen ini untuk beristirahat sejenak. Dibandingkan menonton konser Seventeen, hadir di acara award seperti ini ternyata lebih melelahkan. Entah mengapa seperti ada keharusan untuk benar-benar berteriak all out. Ingin membanggakan sang idola di depan fandom lain.
"Lihat, lihat," seru Hyesung antusias sambil menunjuk ke arah panggung. "Soonyoung dan line dancer dari berbagai grup lainnya."
Aku memicingkan mata. Wah, benar. Mereka sedang menyusun diri di atas panggung. Aku tidak sabar untuk menyaksikan penampilan kolaborasi ini.
Jantungku berdegup kencang. Soonyoung yang tampil, kenapa jadi aku yang ikut-ikutan gugup?
Penampilan mereka akhirnya dimulai. Walaupun aku tidak tahu lagu apa yang mereka bawa, aku tetap berteriak memberi semangat. Padahal Soonyoung tidak tahu aku ada disini. Semoga saja dukunganku sampai padanya.
Aku cukup menikmati penampilan para dancer dari berbagai group itu. Dalam hati aku bangga dengan penampilan Soonyoung. Kalau sudah menyangkut tentang menari, dia tidak bisa diusik lagi. Menari adalah kehidupannya.
Bagian panggung yang dipijaki Soonyoung naik perlahan-lahan. Dia terlihat mencolok saat ini. Bagiku, pria itu mencuri semua spotlight. Hanya Soonyoung yang terlihat.
Pria itu menari dengan energik. Ia larut dalam tiap gerakan yang ia lakukan. Walaupun sering melihat video-video fancam khusus Hoshi dari para penggemar, aku tidak pernah melihatnya seintens ini.
"Akh!" Aku tercekat. Napasku berhenti. Dadaku sesak.
Suasana seisi stadium ini juga ikut kocar-kacir. Terdengar suara tarikan napas dan teriakan kaget dimana-mana.
Kulihat para staff berlarian naik ke atas panggung. Mereka panik dalam satu titik, berkerumun membuat lingkaran kecil. Beberapa orang staff lainnya datang tak lama kemudian membawa tandu lipat.
Pandangan mataku mengabur oleh air mata yang menumpuk di pelupuk mata. Isakan kecilku mulai pecah. Tak mampu aku menyaksikan tubuh Soonyoung yang tampak lemas dibawa di atas tandu.
Tuhan, tolong selamatkan Soonyoung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro