Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9

Clarissa Melodi. Itu jelas nama orang yang terdengar baru di telinga bagi Minghao. Namun entah mengapa ia merasa pernah bertemu dengan Melodi sebelumnya. Perasaan familiar yang bahkan tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Seperti bertemu dengan seorang teman baik yang sudah lama tidak bersua.

Saat menabrak seorang wanita di ruang make up Seventeen kala itu, Minghao tidak pernah menyangka bahwa pikirannya akan selalu terbayang pada wajah manis milik Melodi. Pengalaman pertama yang mampu membuatnya takjub adalah begitu mengetahui Melodi walaupun bukan seorang fans Seventeen dan ketika dapat bertatap muka dengan para idol secara langsung gadis itu terlihat sangat biasa. Tidak terkejut sama sekali. Bahkan ketika Minghao secara terang-terangan berusaha mendekatinya, gadis itu malah memasang wajah seperti ingin mengambil langkah seribu.

Melihat hal tersebut, bukannya membuat pria kelahiran akhir tahun 1997 itu menyerah. Minghao malah dengan beraninya memberikan tiket festival musik pada Melodi walaupun gadis itu menolak. Satu hal yang dapat Minghao tahu meskipun baru bertemu beberapa kali adalah gadis itu tidak bisa berkata tidak. Dari luarnya saja yang terlihat cuek dan pendiam, tapi sebenarnya Melodi memiliki perasaan halus. Ia tidak dapat menolak karena terlalu takut menyakiti perasaan orang lain.

Minghao tersenyum ketika ingatan tentang wajah tercengang gadis itu melintas di kepalanya. Jujur saja, pada awalnya Minghao tidak berniat mengerjai Melodi. Namun melihat bagaimana gadis itu tampak tidak nyaman berada di area konser, membuat Minghao ingin memberikan kesan lain pada gadis asal Indonesia itu. Takut bahwa fans lain akan mengamuk, Minghao hanya bisa mengerling nakal ke arah Melodi. Alhasil gadis itu terpana menunjukkan wajah bodohnya. Wajah yang tidak akan bisa dilupakan Minghao.

Mengingat tentang Melodi membuat Minghao ingin melihat keadaan gadis itu lagi. Melihat diam-diam tentunya. Minghao bangkit dari kursi dan berlalu keluar dari ruang istirahat Seventeen.

"Hyung, mau kemana?" tanya Chan yang menyadari pergerakan Minghao.

"Mau melihat Carat sebentar," jawab Minghao berbohong.

"Jangan terlalu lama hyung, kita masih harus membawakan satu lagu sebagai penutupan acara ini," ucap Chan mengingatkan.

Minghao mengangguk dan mengibaskan tangannya. Ia tampak tidak peduli. Masih ada waktu tiga puluh menit untuk pertunjukan Seventeen berikutnya. Minghao masih punya waktu bebas selama lima belas menit sebelum persiapan ganti pakaian.

Pria itu melangkah dengan mantap ke arah venue. Semakin mendekati panggung, semakin terdengar gemuruh suara para penonton yang ikut menyanyikan lagu yang sedang dibawakan. Dari nadanya, Minghao menebak yang saat ini sedang tampil adalah Sam Kim.

Minghao mengintip dari balik tirai. Ia mengedarkan pandangannya ke arah penonton. Pria itu tersenyum. Banyak Carat yang ikut mendukung pertunjukan artis lain dengan cara bernyanyi bersama. Yah, Carat memang membanggakan.

"Xu Minghao!" pekikan tertahan seorang fans terdengar dari sebelah kiri Minghao.

Minghao menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh agar diam. Bisa gawat jika makin banyak orang yang menyadari kehadiran Minghao disana. Gadis itu mengangguk seperti mengerti dengan kondisi Minghao. Sebagai hadiah, Minghao memberikan senyuman dan acungan kedua jempol tangannya. Perlu diingat, selain sopan pada artis lain, Carat juga penurut dengan Seventeen.

Minghao melanjutkan aktivitasnya. Matanya bergerak kesana-kemari mencari keberadaan Melodi. Tak butuh waktu lama, ia dapat menemukan sosok Melodi. Gadis itu masih berada di tempat yang sama.

Minghao terhenyak. Berbeda dengan ketika menyaksikan penampilan Seventeen, ekspresi wajah Melodi terlihat sangat menikmati stage kali ini. Bahkan gadis itu mengayunkan Carat bong di tangannya dengan sangat semangat sembari ikut menyanyi. 

Dengan dahi berkerut, Minghao memalingkan wajahnya. Ia berjalan kembali ke ruang istirahat Seventeen dengan benak penuh tanda tanya. Pria itu menjentikkan jarinya. Mungkin saja Melodi hanya menyukai beberapa pemusik berbahasa Korea.

"Minghao-ya, segera ganti pakaianmu!" seru Soonyoung yang bertemu dengan Minghao di depan pintu. 

"Baik, hyung!" pria itu menepuk pundak Soonyoung sedikit keras. Ia tampak bersemangat.

"Ya! Sakit," keluh Soonyoung. "Kau terlihat sangat senang karena sebentar lagi pekerjaan kita akan segera selesai, ya?"

Minghao meringis lucu. "Tentu saja. Setelah acara ini selesai mari kita bersenang-senang!"

---

"Melodi-ssi, tunggulah sebentar lagi," pinta Minji menghentikan langkah Melodi yang sudah akan berlalu menuju halte bus.

"Hari sudah malam, Kwak Minji," ucap Melodi terdengar kesal. "Aku harus segera pulang."

"Karena sudah malam, menginaplah di rumahku," bujuk Minji. Sesungguhnya gadis itu sudah mulai kehabisan cara bagaimana menahan Melodi agar tidak segera pulang. Yah, pasti sudah tahu itu permintaan siapa.

"Masih ada bus," kilah Melodi. Ia tidak mau temannya itu tahu bahwa di Hongdae ini ia tinggal bersama dengan Nenek-nya.

"Kalau begitu, kita jalan bersama ke halte," putus Minji. "Tapi temani aku ke toilet dulu ya?"

Melodi menghela napas panjang. Ia mengangguk kecil. Lengan kanannya sudah diseret Minji menuju arah toilet. 

Ketika sampai gadis itu terbelalak. Bahkan antrian toilet sudah seperti antrian jatah makan para napi. Mengular dan rusuh.

"Panjang banget, kau pasti akan buang air duluan sebelum mendapat giliran masuk ke toilet," ucap Melodi menyuarakan keterkejutannya.

Seketika ide brilian hinggap di otak Minji. Gadis itu kemudian menarik lengan Melodi menuju arah yang berbeda.

"Aku ingat ada toilet lain yang bisa kugunakan," ucap Minji. "Ikut saja," lanjutnya lagi sambil mengerling jenaka.

---

"Hmm, aku tahu ini pasti ulahmu," gerutu Melodi sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Minghao meringis. Ia menaikkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya bersamaan, membentuk huruf V.

Tak jauh dari sana, Minji dan Hansol mengamati interaksi dua orang itu tanpa bicara. Melihat bagaimana hyung-nya bersikap, Hansol mau tak mau hanya dapat menahan tawanya hingga menjadi sebuah cengiran. Minji menyikut lengan Hansol, mengingatkannya agar tenang.

"Kau menikmati konsernya?" Tanya Minghao mengalihkan topik. Pria itu mengikuti langkah lebar Melodi yang sudah akan berlalu keluar dari koridor dimana ruang istirahat para artis berjejer berderet disisinya.

Melodi berhenti sejenak. Ia dengan berani memandang ke dalam manik mata Minghao. Hal yang jarang ia lakukan pada seorang pria. Apalagi pada seseorang yang belum ia kenal betul.

"Sebenarnya apa maumu, Xu Minghao?" tanya Melodi menggunakan penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.

Minghao terdiam. Ia menyadari bahwa urat sabar gadis di hadapannya sudah hampir putus. Minghao menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku punya kejutan untukmu. Kuharap kau tidak marah."

Melodi memejamkan kedua matanya, ia terlihat berusaha keras mengatur emosinya agar tidak meledak. Gadis itu menghela napas panjang. Ia kemudian kembali menatap manik mata Minghao dengan mantap.

"Baiklah, kuharap kau tidak mengecewakanku," ucap Melodi pada akhirnya.

Senyum Minghao kembali mengembang. Pria itu berjalan mendahului Melodi dan menunjukkan arah agar Melodi mengikuti. Gadis itu menurut. Dengan langkah berat Melodi mengekori langkah Minghao yang menuntunnya menuju pintu bertuliskan "Break Room: Sam Kim".

Melodi melotot. Ia panik. Sebelum tangan Minghao bisa terulur untuk mengetuk pintu, gadis itu menahannya dengan cepat. Minghao melayangkan tatapan bertanya. Melodi menggeleng keras.

"Aku tidak siap jika harus bertemu dengan dia," bisik Melodi takut.

Minghao mengangkat kedua alisnya. Ia kemudian terkekeh geli. "Tenang saja. Ada aku, Melodi-ssi. Lagipula aku kenal dekat dengannya. Kami bertemu beberapa kali di acara musik."

"Tidak, tidak," tolak Melodi. "Aku bisa mati kaku di hadapannya."

Minghao mengerling nakal. Tanpa bisa dicegah, pria itu sudah mengetuk daun pintu di hadapannya. Melodi menatap horror ke arah Minghao yang terlihat santai. Yang ditatap berusaha tidak peduli.

"Siapa?" suara semanis madu terdengar dari dalam. Hanya dengan mendengarnya saja, jantung Melodi mampu berdetak lebih cepat.

"The8 Seventeen," balas Minghao.

Tak lama kemudian, pintu mengayun terbuka. Tanpa diduga, langsung sang artis lah yang membukakan pintu bagi mereka.

"Myungho hyung," sapa pria bernama asli Kim Gunji itu dengan ramah. Tatapannya langsung tertuju pada seorang gadis yang berdiri diam di sisi Minghao. "Kau pasti temannya itu, kan?Ayo!" Sam Kim menggeser tubuhnya agar Minghao dan Melodi dapat masuk ke ruangannya.

Minghao menunjukkan senyuman manis, berusaha agar gadis di sebelahnya tidak terlalu gugup. Tidak melihat tanda-tanda gadis itu akan masuk, Minghao dengan lembut menarik lengan Melodi yang menggantung bebas. Melodi masih belum sadar dari keterpanaannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro