8
Suasana Hongdae shopping street memang tidak pernah sepi. Bahkan dibawah teriknya matahari, banyak sekali orang yang memenuhi beberapa toko pakaian. Melodi memegangi tas tangannya dengan erat. Di tempat seramai ini bukan tidak mungkin akan banyak tindak kejahatan, pencopetan misalnya.
"Nek, jangan jauh-jauh," seru Melodi meninggikan volume suaranya.
Gadis itu beberapa kali mengucapkan permintaan maaf karena harus menerobos kerumunan anak muda yang sedang menyaksikan pertunjukan dance oleh sekelompok orang. Pemandangan pertunjukan jalanan seperti itu memang bukan hal aneh lagi disana. Terlebih Hongdae memang merupakan 'pusat anak muda' di Seoul.
Melodi akhirnya berhasil bebas dari para wanita yang sibuk mengambil gambar pertunjukan itu. Gadis itu melayangkan pandangannya ke penjuru arah. Ia mengelap peluh yang membasahi dahinya. Tenaga Melodi bahkan sudah hampir habis, namun Neneknya masih semangat menyambangi berbagai toko.
"Haeun!"
Melodi menoleh. Ia menemukan sang nenek sedang melambaikan tangannya. Gadis itu buru-buru menghampiri.
"Bagaimana? Bagus tidak?" tanya Nenek.
Melodi mengangguk pasrah. Ketika sang nenek sudah berbalik badan sibuk melihat-lihat, Melodi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko. Gerai baju itu menjual banyak pakaian khas anak muda. Bahkan yang berkunjung kesana rata-rata adalah anak kuliahan atau bahkan anak sekolah. Kehadiran Nenek merupakan anomali.
"Kau coba pakai ini, sepertinya terlihat nyaman," ucapan Nenek menarik perhatian Melodi.
Gadis itu seketika menggeleng keras. Ia kaget ketika sang nenek menyodorinya crop tee berlengan panjang dan sebuah ripped jeans. Darimana Neneknya tahu gaya anak muda? Bisa-bisa Melodi disate oleh sang Papa jika ketahuan memakai pakaian yang memperlihatkan pusarnya.
"Sekarang sedang trend lho," ucap Nenek.
Melodi mengangkat wajahnya. Ia memandang ke dalam manik mata sang Nenek. Benar-benar Nenek gaul!
"Aku bisa dimarahi Appa jika memakai ini," kilah Melodi beralasan.
Nenek menggeleng. Ia kekeuh menyodorkan dua potong baju di tangannya ke arah Melodi. "Kau bisa memakainya selama disini," Nenek menggoyang-goyangkan baju pilihannya ketika tak ada tanda-tanda sang cucu akan menyambut. "Ayo coba pakai. Pasti terlihat bagus untukmu."
Melodi menghela napas panjang. Ia menerima pemberian sang nenek. Yah, nanti Melodi bisa memakai kaos terusan saat memakainya.
"Kalau begitu, aku coba dulu. Nenek jangan pergi kemana-mana tanpa memberitahuku," ucap Melodi dengan tegas. Bisa repot jika neneknya kembali berkelana tanpa sepengetahuannya.
---
Melodi mengelap sudut-sudut bibirnya. Gadis itu menenggak minuman berkarbonasi untuk melegakan kerongkongan.
"Aigoo, sebaiknya kau lebih banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat," keluh sang Nenek.
Melodi meringis. "Nenek kan tahu sendiri lidahku tidak begitu cocok dengan masakan Korea."
"Padahal masakan Appa-mu sangat enak. Sayang sekali," ucap Nenek. Walaupun mengomel begitu, Nenek tetap saja menaruh satu potong chicken galbi ke atas nasi Melodi. "Makanlah yang banyak. Nanti malam Nenek akan membuatkan menu makan malam gugi, kesukaanmu."
"Benarkah?" mata Melodi berbinar-binar senang. "Kalau begitu aku akan pulang tepat waktu."
"Tidak perlu terburu-buru. Nenek tahu anak muda suka main sampai malam," ucap Nenek. "Asalkan kau bisa menjaga diri, Nenek bisa tenang."
"Aku sudah besar, Nek," Melodi mengusap tangan sang Nenek dengan sabar. "Ayo kita makan lagi. Sehabis ini aku antar Nenek mencari taksi."
---
Setengah berlari, Melodi berlalu menuju toko musik tempat janji bertemunya dengan Minji. Gadis itu membaca nama toko untuk kedua kali dan mencocokkannya dengan apa yang tertera pada layar ponselnya. Melodi mengangguk yakin. Gadis itu membuka pintu kaca dan melangkahkan kakinya membelah deretan rak kaset.
"Kwak Minji," sapa Melodi setengah berbisik sembari mencolek bahu gadis yang tujuh tahun lebih muda darinya itu.
"Ah, Melodi-ssi," sapa Minji. Gadis itu tersenyum menyapa kehadiran Melodi.
"Kita langsung kesana atau bagaimana?" tanya Melodi.
Minji mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. "Masih ada waktu untuk bersantai. Kau mau melihat-lihat dulu?"
Melodi mengedarkan pandangannya. "Ah, kalau begitu bisa tunggu sebentar? Mumpung disini, ada hal yang ingin aku cari."
Kemarin malam, Minji menghubungi Melodi dan mengatakan bahwa Minghao menitipkan tiket menonton acara festival musik milik Melodi padanya. Selama tiga puluh menit gadis itu menggoda Melodi. Minghao yang Minji kenal adalah tipe orang yang pemalu untuk dekat dengan seorang wanita, namun baru beberapa kali bertemu Melodi sudah mampu menarik perhatiannya. Bahkan sampai memberikan tiket walaupun Melodi sudah secara terang-terangan mengatakan bahwa dirinya bukanlah fans Seventeen.
Mendengar kabar bahwa Minghao benar-benar menepati ucapannya untuk menitipkan tiket, membuat Melodi jengah. Ia sempat berharap agar pria itu lupa dan tidak perlu mengundangnya. Melodi hanya ingin bersantai di rumah. Sudah cukup ia merasakan betapa sesaknya acara fansign kemarin. Bagaimana dengan ini? Bahkan tidak hanya Seventeen yang akan tampil disana. Banyak artis lain yang itu berarti banyak fandom lain yang datang juga.
Mau menolak, tapi Melodi terlalu segan untuk bilang tidak. Apalagi Minji tampak bersemangat untuk menonton bersamanya. Bahkan gadis itu sudah bilang akan meminjamkan salah satu carat-bong miliknya. Benar-benar merepotkan!
"Kau suka Sam Kim?" Minji melongokkan kepalanya dari atas bahu Melodi.
Melodi menoleh. Ia melepaskan headphone yang tadi ia gunakan untuk mendengar musik dan mengangguk menjawab pertanyaan gadis itu.
"Dibanding mendengar lagu boygroup, aku lebih senang mendengar karya para soloist. Hanya berbeda preferensi," Melodi menarik satu album dari rak. Ia melambaikannya pada Minji dengan pandangan berbinar. "Menurutku penyanyi ini memiliki suara yang enak didengar. Aku juga suka dengan aransemennya."
Minji terdiam. Ia kemudian tampak teringat sesuatu. "Ah, aku ingat sekarang. Kau kan juga penyanyi!"
"Sstt," Melodi menempelkan jari telunjuknya di depan bibir agar Minji mengecilkan suaranya. "Itu dulu. Sekarang aku sudah jarang menyanyi dan membuat lagu."
"Kudengar kau dulunya artis youtube?" tanya Minji setengah berbisik sembari mengekori Melodi menuju meja kasir. "Kenapa kau berhenti?"
Melodi berhenti. Ia terdiam selama beberapa saat. Gadis itu mengangat kedua bahunya. "Geunyang." Melodi menepuk kedua pundak Minji yang terlihat menggemaskan dan memutar tubuh gadis itu hingga menghadap pintu keluar. "Kau tunggu saja diluar. Aku tidak akan lama."
---
Melodi berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Dorongan dari berbagai arah membuatnya tidak bisa menikmati penampilan group yang saat ini sedang berada di atas stage. Gadis itu menggerutu dalam hati. Ini lah yang tidak ia sukai dari menonton konser dan mendapat tempat festival, yang notabene membuatnya harus berdiri. Walaupun dekat dengan panggung dan mendapat banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan idol, adegan adu jotos bisa saja tak terhindarkan.
Kali ini giliran Seventeen yang tampil. Para fans terlihat sangat antusias. Bahkan meskipun lampu stage belum dinyalakan dan para member masih memposisikan diri di atas panggung, teriakan Carats sudah membahana. Melodi makin terdesak ke depan. Di sampingnya, Minji tampak menikmati penampilan. Gadis itu bahkan ikut berteriak seru.
Satu lagu selesai. Melodi mengakui julukan king of synchronization yang disandang oleh boygroup itu. Dance mereka enak dipandang mata. Bagi Melodi yang bahkan tidak bisa menari sama sekali, ia mengakui bahwa tiap detail gerakan dibawakan dengan rasa yang berbeda dari tiap anggota. Namun itu tidak membuat aneh. Perpaduan semuanya terasa sempurna.
Seventeen mulai membawakan lagu keduanya. Di bagian bridge, ketiga belas pria itu menuju tempat masing-masing di sisi panggung yang berbentuk segiempat tepat di tengah massa. Melodi menutup kedua telinganya ketika para fans begitu antusias melihat Minghao berjalan mendekat ke arah sisi panggungnya.
Pria yang telah membuat hari Melodi terasa melelahkan, tersenyum manis ke arahnya. Minghao berjongkok tepat di depan Melodi. Gadis itu terperangah. Dirinya bisa mati di-bully jika para fans tahu dirinya mengenal pria berkewarganegaraan China itu.
Melodi menahan napas, takut jika Minghao akan berbuat suatu hal yang tak terduga olehnya. Ia hanya mengerjap-erjapkan kedua matanya tanpa ekspresi. Freeze.
Ternyata Minghao tidak melakukan apapun. Pria itu hanya berjongkok tepat di depan dirinya yang melongo seperti orang bego selama satu menit. Selama itu juga Minghao tetap menunjukkan senyum manisnya sembari menyapa beberapa fans lain. Setelah itu, dia bangkit berdiri. Sebelum kembali pergi ke tengah panggung, Minghao mengedipkan sebelah matanya pada Melodi. Para fans berteriak riuh. Minghao terlihat menggemaskan.
Namun tidak bagi Melodi. Sudah jelas pria itu sedang menggodanya! Melodi memegangi kedua pipinya yang memanas. Ia baru menyadari bahwa sedari tadi dirinya pasti menunjukkan ekspresi bodoh di depan Minghao.
Minji menyikut lengan Melodi, membawa pikiran gadis itu kembali ke alam nyata. Minji hanya mengerling nakal.
"Kurasa kau benar-benar menarik perhatiannya," bisik Minji agak keras tepat di telinga Melodi.
Melodi mengerutkan kening. Ia menggelengkan kepala. Gadis itu kembali menoleh ke depan. Ia berusaha tidak menghiraukan ucapan Minji dan memfokuskan diri dengan Seventeen yang kini sedang melakukan salam perpisahan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro