Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18

"Aku serius mau minta fanservice, boleh kan?" tanya Minghao menyusul Melodi. Ia kembali duduk di kursi seberang Melodi.

"Apaan sih," rungut Melodi dengan bahasa Indonesia. Ia enggan membalas tatapan Minghao. 

"Kau sedang mengejekku?" tanya Minghao.

Melodi menggeleng kuat. "Tidak kok." Melodi berusaha mati-matian menelan ludahnya karena terpesona melihat senyuman Minghao. "Fanservice?"

Minghao menunjukkan sederet gigi putihnya. Ia menyodorkan sebelah tangan, memberi kode pada Melodi agar menyambut uluran telapak tangannya. Dengan malu, Melodi menuruti. Ia jadi teringat dengan acara fansign pertama Seventeen yang ia hadiri. Fanservice dari Minghao.

Minghao mengelus pelan punggung tangan kanan Melodi yang berada dalam genggamannya. Sama seperti yang ia lakukan dua tahun lalu. Bedanya, kalau dulu mereka berdua mampu mengobrol bebas, kini keduanya hanya saling tatap tanpa ada kata yang terucap dari bibir mereka. Minghao menyelami mata Melodi dengan tatapan lembut yang belum pernah ia berikan pada siapapun. Melodi terdiam. Ia tidak bisa berkutik dengan semua perbuatan Minghao.

"Melodi, aku mau bertanya," Minghao memecah keheningan diantara keduanya.

"Eoh?" gadis itu tergeragap, sadar dari keterpanaannya. "Tanya saja."

"Kalau aku mengatakan bahwa aku menyukaimu, apa kau akan menjauh dariku?"

Deg! 

Jika sedari tadi semua perlakuan manis Minghao mampu membuat hati seorang gadis bernama Melodi berdegup tak karuan, sekarang dengan satu kalimat utuh itu Melodi merasa jantungnya sempat berhenti berdetak sepersekian detik. Minghao terlihat sangat serius dengan ucapannya barusan. Tidak seperti hobinya yang sering menjahili Melodi demi melihat pipi gadis itu merona menahan malu.

"Kau... serius?" tanya Melodi.

Pria itu membenahi duduknya. Ia tidak melepaskan genggaman tangan Melodi barang sedetik pun. Entah mengapa, Minghao terlihat lebih gugup daripada biasanya. Kegelisahan pria itu bahkan menular pada Melodi.

"Bagaimana kalau aku serius?" ucap Minghao lagi. Ia menunduk sejenak, sebelum akhirnya berdeham kecil dan memandang ke dalam mata Melodi. "Jujur saja, pada awalnya aku hanya tertarik padamu karena kau mengingatkanku pada seseorang. Selama ini kita berteman, aku merasa makin nyaman. Kini aku yakin pada perasaanku. Aku ingin hubungan kita lebih dari sekadar teman karena aku menyukaimu."

Melodi melepaskan tangan Minghao. "Mengingatkanmu pada seseorang?" Entah mengapa Melodi merasa kesal ketika pria di hadapannya berkata seperti itu dengan enteng. "Tapi aku tidak ingin menjadi substitusi dalam hidupmu."

Minghao mengerutkan dahinya. Seketika ia tersadar. Senyumannya kembali ketika menyadari bahwa gadis di hadapannya sedang menahan cemburu.

Melodi bangkit berdiri. Ia meraih tas tangannya dan tampak bersiap-siap pergi. "Kalau kau sudah selesai, kau bisa pergi. Bukankah kau harus kembali ke bandara? Kau harus persiapan untuk konser malam ini di Malaysia," ucap Melodi. Gadis itu enggan melihat ke arah Minghao.

"Haeun-ssi," punggung Melodi menegak. Ia mengernyitkan dahi. Darimana Minghao tahu nama Koreanya? Seingatnya, Melodi tidak pernah memberi tahu pria itu tentang namanya.

Melihat reaksi Melodi, Minghao memberanikan diri menghampiri Melodi. Ia memutar bahu gadis itu hingga menghadapnya. Minghao membungkuk, mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Melodi. Ia berusaha keras untuk menahan tawa ketika melihat ekspresi terkejut Melodi yang tidak bisa gadis itu sembunyikan.

"Kau cemburu pada orang itu? Melodi cemburu pada Haeun?" goda Minghao. Tangannya terulur mengusap sebelah pipi Melodi. "Kalian orang yang sama, kan?"

"Bagaimana... kau...,"

"Bagaimana aku bisa tahu?" lanjut Minghao menyuarakan isi pikiran Melodi. Gadis itu mengangguk.

"Insting," ucap Minghao asal sembari memberi kerlingan nakalnya. "Jadi apa benar kau cemburu? Kalau begitu, kau juga suka padaku kan?"

"Tidak," sahut Melodi cepat. Ia menoleh ke arah lain dengan cepat, membuat telapak tangan Minghao terhempas. Gadis itu kaget, begitu juga dengan Minghao. 

"Maaf, aku tidak bermaksud kasar padamu," ucap Melodi tergesa.

Minghao tersenyum sedih. Ia menepuk puncak kepala Melodi pelan. "Tidak apa," ucap pria itu. "Kuharap kau suka dengan hadiah boneka dariku. Sekali lagi selamat wisuda."

"Xu Minghao," panggil Melodi panik ketika pria itu berjalan ke arah pintu. "Kau mau kemana?"

"Seperti katamu, aku harus segera ke bandara dan kembali ke Malaysia. Seventeen menungguku," kata Minghao. Senyumnya hilang entah kemana. "Tidak perlu repot memikirkan ucapanku tadi. Menjadi teman dekatmu pun aku sudah senang. Selamat bersenang-senang."

"Minghao," panggil Melodi. Badannya kaku. Hati berkata ia harus mengejar pria itu sekarang juga jika tidak ingin kehilangan. Namun badannya berkata lain. 

"Minghao, Minghao," racau Melodi. Setetes air mata berhasil lolos dari matanya, mengundang barisan air mata lainnya. Gadis itu segera tersadar. Tak peduli dengan riasannya yang akan hancur, Melodi memacu langkah mengejar Minghao sebelum pria itu menghilang.

"Xu Minghao!" teriak Melodi keras ketika mendapati Minghao sudah berhasil tiba di depan lift. Melodi mempercepat langkahnya. Rasa sakit akibat berlarian dengan heels berhasil ia halau.

"Gajima!" seru Melodi. Gadis itu langsung menabrak tubuh kurus Minghao yang menangkapnya kebingungan. "Jangan pergi, bodoh!"

"Kau... menangis?" tanya Minghao ketika menyadari nada bicara Melodi yang bergetar. Ia bahkan tak tersinggung sedikitpun dikatai bodoh oleh Melodi. Minghao berusaha menjauhkan tubuhnya. Ia ingin melihat apakah gadis itu benar-benar menangis.

"Jangan lepaskan," ucap Melodi. Gadis itu mengetatkan pelukannya pada Minghao. "Wajahku pasti jelek karena menangis. Aku bisa dimarahi Ari karena merusak make up ini."

Minghao tersenyum. Ia balas melingkarkan kedua lengannya memeluk tubuh gadis mungil itu. Pria itu meletakkan dagunya pada puncak kepala Melodi.

"Jadi, aku tak boleh melihat wajah jelekmu?" goda Minghao.

"Tidak," jawab Melodi tegas. Gadis itu masih menyembunyikan wajahnya pada dada Minghao.

Minghao menghela napas lega. Ia melepaskan tawa kecilnya, tawa bahagia. Ia menghujani puncak kepala Melodi dengan ciuman-ciuman kecil saking gemasnya dengan tingkah gadis yang perilakunya tidak bisa ditebak ini.

"Ya! Apa yang kau lakukan?! Apa rambutku bau?" pekik Melodi kaget. 

Minghao menahan kepala Melodi agar tetap menunduk dan berada di dalam pelukannya. "Hush, diamlah sebentar. Aku terlalu senang karena kau menerima pernyataan cintaku."

"Aku tidak...," ucapan Melodi menggantung.

"Kau tidak apa?" tanya Minghao berusaha menahan tawanya. Gadis yang berada di dalam pelukannya ini sangat menggemaskan. Malu-malu kucing, malu tapi mau.

"Ah, molla," seru Melodi pada akhirnya. Ia kembali menyusupkan wajahnya semakin dalam pada dada Minghao.

"Hei, kau menggodaku ya? Kau sengaja menahanku agar tidak konser dan menemanimu disini?"

Mau tak mau, Melodi menguraikan pelukannya. Minghao buru-buru menahan kedua tangan Melodi yang sudah bergerak ke arah wajah dan hampir saja refleks mengucek kedua matanya. Seketika gadis itu sadar. Ia tak berani mengangkat wajahnya. Pasti sudah sangat berantakan. Melodi tidak mau menunjukkannya pada Minghao.

"Riasanmu tidak terlalu hancur, waterproof sepertinya," kata Minghao. Ia tersenyum jahil. Sontak, pria itu mengaduh karena terkena pukulan ringan dari Melodi. "Hei, hei, hei. Hentikan."

Melodi menurunkan tangannya. Ia memandang bayangan wajahnya pada pantulan pintu lift. Ya, tidak terlalu buruk. Ia harus berterima kasih pada Ari yang memberikan rekomendasi make up artist terbaik padanya.

Minghao menyorongkan empat lembar tiket konser ke arah Melodi, membuat gadis itu menoleh ke arahnya. "Besok hari terakhir konser kami di Malaysia. Kau bisa datang kan? Ajak juga Ari, Andre hyung, dan Iqbal kesana. Mereka sudah membantuku membuat acara kejutan ini."

Melodi menunjukkan wajah kesalnya. Ia enggan menerima pemberian Minghao. "Kau sudah akan pergi?"

Minghao menoleh ke arah lain. Ia berusaha mati-matian untuk tidak membawa gadis itu masuk ke dalam pelukannya. Melodi sangat imut ketika sedang merajuk!

"Besok kita akan bertemu lagi, kan?" ucap Minghao sembari menepuk puncak kepala Melodi. "Kau juga harus segera pergi ke acara wisudamu. Maafkan aku karena tidak bisa ikut kesana." 

Melihat Melodi yang masih saja bungkam, membuat Minghao menghela napas. Sungguh. Melodi adalah cewek ter-abstrak yang pernah dikenalnya. Selalu banyak kejutan emosi yang dapat ditunjukkan gadis itu.

"Cheer up!" ucap Minghao sembari mengepalkan kedua telapak tangannya di samping wajah. "Aku janji akan memberimu hadiah besok. Date pertama kita sebagai sepasang kekasih."

"Ya! Aku belum menerimamu!"

"Ya, ya, ya. Aku paham,"ucap Minghao mengalah. Melodi sungguh keras kepala. "Tapi tetap saja, kau itu milikku, chagiya."

Blush! Pipi Melodi memerah mendengar panggilan Minghao untuknya. Mau tak mau gadis itu tersenyum membalas tatapan Minghao. 

"Baiklah, kabari aku begitu kau sampai bandara dengan selamat," ucap Melodi setelah luluh. "Setelah sampai Malaysia. Setelah selesai konser. Sebelum tidur. Kabari aku."

"Kau ini...," Minghao menggemeretukkan gigi saking gemasnya. "Baiklah, kau juga. Hati-hati selama perjalanan nanti."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro