Part 8, Vic
Hari yang cerah di Los Angeles. Victoria mengisi waktu liburnya dengan jalan-jalan santai seorang diri di tengah kota. Ia ingat betul kapan terakhir kali menginjakkan kakinya disana, satu tahun yang lalu. Victoria kembali berkunjung ke tanah kelahirannya tersebut untuk memenuhi undangan baby shower dari sahabat karibnya.
Andaikan ia tidak dipaksa, sepertinya Victoria pun malas untuk pulang ke Los Angeles. Ia pasti lebih memilih mengurung diri di ruang kerjanya dengan menggambar berbagai desain barang untuk peluncuran koleksi musim dingin Coach. Yah, anggap saja Victoria berlibur sebentar sekaligus mengambil jatah liburnya sebelum kadaluarsa.
Pesawatnya tiba pukul sepuluh pagi. Victoria sengaja menitipkan kopernya di loker penyimpanan hotel, walaupun jam check in belum tiba. Meskipun ada rumah di LA, Victoria enggan untuk kembali kesana. Terlebih lagi ia menyembunyikan kedatangannya dari kedua orangtuanya. Kalau pulang ke rumah, Victoria jadi tidak bisa bebas.
Langkah gadis itu terhenti ketika tiba di depan gedung Capital Record. Ia melihat ada ramai-ramai serombongan gadis berkumpul di satu titik. Penasaran, Victoria jalan mendekat.
"Ah, pop up store," gumam Victoria pada diri sendiri. Ia memicingkan matanya, mencari tau lebih lanjut dengan membaca banner yang terpasang disana. "SM Entertainment?"
Wanita itu menyingkir ke pinggir ketika melihat dua orang gadis ribut berbicara tanpa mempedulikan Victoria yang mereka tabrak. Victoria membenahi kemeja off shoulder-nya yang sedikit kusut. Ia memilih mencari tempat aman dan duduk di sebuah bangku tak jauh dari sana.
Baru kali ini Victoria sengaja berhenti di tengah kerumunan untuk mengamati kegiatan para fangirl. Sejujurnya, wanita itu pun menikmati suasana ricuh yang sudah jarang ia rasakan. Kepalanya mengangguk-angguk ketika sebuah lagu dengan beat kuat terdengar, menandakan bahwa pop-up store tersebut telah resmi dibuka. Para pengunjung, yang kebanyakan cewek, menyambutnya dengan bersorak riang.
Lagu yang saat ini sedang ia dengarkan kebanyakan dibawakan dalam lirik bahasa Inggris walaupun ia dapat mendengar beberapa bagian berupa bahasa Korea. Victoria mengakui bahwa budaya KPop sudah sangat menjamur di Amerika, tak terkecuali LA. SM Entertainment adalah salah satu label musik Korea Selatan yang berhasil membawa banyak artisnya kesana.
Victoria menatap foto-foto artis yang dicetak besar di banner. Mereka semua tampan. Standar menjadi idol memang beda. Senyum sedih Victoria tercetak di wajahnya ketika melihat deretan artis tersebut. Ia tidak menyangka dulu dirinya bisa dekat deengan dunia industri musik Korea Selatan.
--
Aku memandangi Joshua dari tempat dudukku dengan pandangan memuja. Ia bersama dengan dua belas pria lainnya kini sedang memonitor hasil potongan rekaman untuk MV lagu baru mereka. Walaupun sudah lebih dari sepuluh tahun debut sebagai idol, seluruh member Seventeen tidak pernah lupa untuk memastikan bahwa mereka telah memberikan penampilan terbaik mereka.
Joshua terlihat mengelap peluh di dahinya dengan telapak tangan. Seorang stylist dengan sigap bergerak mendekat dan membersihkan keringatnya sekaligus membenahi make up. Joshua diam, membuat pekerjaan mendadani dirinya berakhir dengan cepat.
Aku tersenyum ketika melihat Joshua berjalan mendekat ke arahku. Ia ikut tersenyum, bahkan melambaikan kedua tangannya lucu.
"Minum dulu," ucapku sambil menyodorkan sebotol air mineral padanya.
"Terima kasih, sayang." Joshua langsung meneguk cepat air minumnya. Ia meletakkan botol yang isinya tinggal setengah ke meja disampingnya. "Maaf ya. Kau pasti bosan hanya dengan menonton kami saja. Syuting pun masih lama berlanjut."
"Aku senang kok. Jarang-jarang aku melihat wajah seriusmu saat bekerja," ucapku menenangkannya.
Joshua tersipu malu. Ia mengusap ujung hidungnya sembari memalingkan wajah ke arah ain. Tawaku pecah melihatnya yang masih saja bertingkah seperti remaja puber tiap kugoda.
Pria itu kemudian menundukkan badannya dan berbisik di telingaku. "Kau hanya boleh melihatku saja, okay? Jangan melihat pada yang lain."
Aku mengangkat kedua alis sambil tersenyum miring. Andaikan Joshua tidak memakai make up, sudah kucubit hidungnya hingga ia berteriak kesakitan. Dasar pria yang penuh rasa percaya diri!
Joshua meringis melihat reaksi yang kuberikan padanya. Ia kembali menegakkan punggung. "Kau tidak kesepian, kan? Minho hyung mungkin akan terlihat lebih diam karena ia lebih nyaman bicara menggunakan bahasa Korea," ucap Joshua sembari menyebut nama manajernya yang ia minta untuk menemani Victoria selagi menunggu Joshua bekerja.
"Hey, I am not a baby," protesku. Maksudku, yah, aku bisa mengurus diriku sendiri.
"You're my baby," ledeknya membalas kalimatku. Aku mengerucutkan bibir mendengarnya, ia tertawa puas.
Terdengar suara panggilan para staff bahwa syuting akan kembali dilanjutkan. Joshua menoleh ke arahku cepat. Ia harus bekerja lagi.
"I've got to go, honey," pamitnya sambil mengelus pipiku sekilas. "Tunggu sebentar ya."
Aku menjawab dengan anggukan.
--
Aku duduk di deretan terdepan kursi VIP sambil membawa Carat bong dan banner kecil bertuliskan nama Joshua dengan menggunakan huruf hangul. Well, i am pretty good dalam membuat benda ini, haha.
Joshua memberiku tiket konser Seventeen ketika sadar bahwa jadwalku ke Seoul bertepatan dengan jadwal manggungnya. Ia merasa sangat bersalah karena dirinya jadi lebih sibuk berlatih di kantor ketimbang berada di rumah menghabiskan waktu bersamaku. Untuk menyemangatinya, aku berusaha terlihat riang dan terkejut ketika mendapat tiket konser darinya, yang sebenarnya sangat susah untuk didapatkan jika kalian membelinya secara online dan tidak memiliki koneksi internet lancar. Sesungguhnya aku bingung dan merasa gugup karena akan pergi ke konser seorang diri.
Seiring berjalannya waktu, aku akhirnya dapat menikmati penampilan mereka. Aku mendapat beberapa kenalan baru yang duduk di sebelahku. Yah, setidaknya aku bisa berlatih menggunakan bahasa Korea hasil kursus selama 3 bulan.
Aku terkejut ketika melihat member Seventeen muncul dari berbagai arah. Teriakan histeris para penonton ketika melihat biasnya berada tepat di depan mata menarik perhatianku. Tanpa sadar aku ikut berteriak menikmati suasana ketika Vernon lewat di depanku sambil melambaikan tangannya.
Teriakan kembali terdengar, kali ini dari arah kiri. Aku menoleh. Oh my God. Joshua come to me! Dia tersenyum lebar sembari menyisir rambutnya yang basah ke belakang dengan jemarinya. So sexy! Aku tergelitik untuk mengeringkan rambutnya agar ia tidak terlalu banyak gaya di depan cewek lain.
He is mine, after all.
Kukira Joshua akan tetap jalan lurus seperti yang dilakukan Vernon barusan. Ternyata pria itu justru berhenti di depanku dan meraih tanganku yang memegang lightstick. Ia bernyanyi sembari memandangku tepat di kedua mata. Kudengar teriakan histeris dari kanan dan kiri yang menyebutkan kata-kata 'lucky fans'. Namun, bagiku, dunia terasa berhenti selama beberapa detik.
He is Joshua. Melihatnya melakukan hal yang ia sukai seperti ini, membuatku takjub. Aku seperti menemukan sisi baru yang tidak kuketahui darinya.
Walaupun hanya beberapa detik, tingkahnya mampu membuat jantungku berdetak cepat. Joshua melepaskan genggamannya dan tersenyum manis padaku sebelum kembali berlalu ke panggung utama. Ia berkumpul dengan para member dan melompat-lompat senang.
Aku memandangi tanganku yang tadi dipegang Joshua dengan perasaan takjub. Teman baruku di samping mengoceh cepat dalam bahasa Korea mengatakan bahwa ia iri dengan perlakuan Joshua padaku tadi. Aku hanya meringis menanggapi.
Ini bukan pertama kalinya Joshua menggenggam tanganku. Bukan pertama kalinya juga ia tersenyum lebar sembari memberikan tatapan manis dengan mata lebar menawannya padaku. Kami bahkan sudah banyak melakukan hal bersama lebih dari itu.
Tapi, ini pertama kalinya ia bersikap seperti tadi padaku di depan fansnya. It means a lot to me. Seolah Joshua menunjukkan pada dunia bahwa ia memujaku, wanitanya, di depan ribuan penonton yang tentu saja merupakan penggemarnya.
--
Victoria menarik napas panjang. Ia berdiri dan membenahi pakaiannya yang sedikit kusut akibat duduk. Gadis itu menyumpal kedua telinganya dengan earphone wireless. Victoria kembali melanjutkan langkahnya setelah selesai memilih lagu. Ia bersenandung ringan mengikuti irama lagu yang sudah lama tidak ia dengar.
Entah mengapa, hari ini ia jadi begitu sentimental dan ingin mengulang suasana dari masa lalu. Bersantai sembari mendengar lagu berbahasa Korea. Untuk sehari saja, tidak masalah. Victoria akan kembali bangkit bersemangat untuk kerja setelah hari berganti. Ia butuh istirahat.
Now playing, Hug - Vocal Unit Seventeen.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro