Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

47

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Yuraq dan kawan-kawan bekerja keras di ladang seperti biasa. Kali ini, mereka memanen kinoa yang akan diantar untuk memenuhi kuota tahun ini. Namun di semua petak yang mereka kunjungi, hanya ada batang-batang kering dengan daun yang layu.

Yuraq menyentuh daun salah satu tanaman itu. Di sana masih ada bercak-bercak hijau dari daun yang masih hidup. Meskipun demikian, sebagian besar dari daun itu sudah menjadi coklat, pecah-pecah, dan kaku. Lembaran itu hancur di tangannya. Tentu saja, tanaman dengan daun seperti ini biji-bijinya tidak sepadat seharusnya — gadis itu dapat melihat tangkai-tangkai kecil di belakang tiap biji.

Memprihatinkan, namun ini bukan yang pertama kali.

Selama 4 bulan terakhir, hasil panen mereka menurun begitu drastis, lebih sedikit dari hasil panen 2 tahun yang lalu. Wabah penyakit bulai menimpa ladang-ladang mereka. Akibatnya, ada kemungkinan besar bahwa kuota tahun ini akan tidak mencukupi. Lebih buruk lagi, bencana ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Baik Hakan, keluarganya, maupun anak buahnya dalam bahaya.

"Masih wabah juga ya," keluh Yuraq dengan pelan, sambil memperhatikan pecahan daun itu.

"Yang penting kita masih punya bijinya," tanggap Puma. "Ayo kita cabut semua."

"Hmm," tanggap Yuraq dengan pasti.

Buruh-buruh tani itu mencabut semua kinoa yang ada, tak peduli seberapa sedikit bijinya. Karena begitu banyak tanaman yang terdampak bulai, mereka memanen pada lebih banyak petak ladang. Apapun harus dilakukan untuk memenuhi kuota.

Akhirnya, petang sudah tiba. Matahari baru bersentuhan dengan cakrawala barat. Langit menjadi biru gelap dengan cahaya jingga. Para buruh bergegas memanen lebih banyak sebelum mentari itu tenggelam.

Petak di mana Yuraq berada sekarang mungkin adalah yang terakhir dikunjunginya pada hari ini. Saat ini, dia mendapat 8 tangkai dalam tentengan lengannya. Saat gadis itu hendak mencabut tangkai ke-16, dia mendengar suara yang memanggil dari pinggir petak.

"Puma!"

"Iya, Yah?" tanggap Puma.

Yuraq melihat ke arah jalan. Ternyata ada Hakan di ujung sana, sedang menunggu. Sementara itu, Puma pergi mendatangi pria itu, dengan kedua lengan penuh akan tangkai-tangkai kinoa. Sesudah itu, Yuraq melanjutkan aktivitasnya mencabuti kinoa.

Namun saat dia berpaling dari 2 orang itu, tidak ada lagi tanaman di depannya yang tumbuh di petak. Semuanya sudah habis diambil. "Kayaknya sudah dulu buat hari ini," komentarnya dalam hati.

Saat gadis itu memutar badannya — hendak meninggalkan petak itu — dia melihat Puma dan Hakan berbicara di kejauhan. Dia tidak tahu apa yang mereka bahas. Yang jelas, Puma terlihat menunduk, sedangkan Hakan memegang kedua bahu lelaki itu. Kelihatannya hal itu bukan berita baik.

"Yuraq!" panggil salah satu buruh di kejauhan. "Nunggu apa lagi? Ayo bawa ke sini!"

Gadis itu terkejut. Pikirannya kembali ke pekerjaan. "Ah, maaf!" Dia segera berjalan ke sumber suara.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Di tengah perjalanan menuju gudang, Yuraq memandangi Puma terus. Kekasihnya itu terlihat sedih sepanjang perjalanan. Meskipun demikian, gadis itu tidak memiliki keberanian untuk menanyakannya.

Setidaknya tidak hingga saat ini.

Yuraq sudah mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk bertanya. Sekarang dia tinggal mengucapkannya pada Puma. "Kamu... tadi habis ngomong apa sama ayahmu?"

Puma mengangkat mukanya, seakan dikejutkan oleh pertanyaan tersebut. Lelaki itu menoleh pada Yuraq. Murungnya sudah digantikan oleh senyuman, meskipun terkesan ketir.

"Oh, yang tadi ya?" Puma menanggapi. "Itu... Ayah tadi ngingetin aku buat siap-siap pergi ke luar kota."

Yuraq menggerakkan alisnya dengan penasaran. "Memangnya ada apa di sana?"

"Jadi gini, Yuraq," perjelas Puma. "Aku sama Kakak dan Ibu diminta Ayah buat pergi ke Daerah Utara malam ini. Di sana ada Nenek soalnya. Cuma ada dia sendiri di sana, dan dia agak sakit-sakitan, jadi kami diminta buat ngerawat dia."

"Oh, begitu," tanggap sang gadis. "Kalau gitu, hati-hati ya di jalan."

"Iya," jawab sang lelaki. Yuraq akhirnya tahu apa maksud dari pembicaraan tadi. Meskipun demikian, dia belum puas dengan jawaban itu. Masalahnya, kekasihnya itu masih terlihat tidak bahagia entah mengapa.

"Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Yuraq.

"Ah, nggak sih," Puma membalas. "Cuma masalahnya, kita nggak bakal ketemuan selama beberapa bulan."

"Hmm..." gumam Yuraq. "Jadi itu ya sebabnya?"

Akhirnya, mereka berdua dan buruh lainnya sampai di depan gudang. Satu per satu orang masuk membawa ikat kinoa ke dalam sana.

"Tapi jangan sedih, Yuraq," Puma menambahi. Ekspresinya kali ini lebih ceria. "Aku bakal kembali. Nanti aku kasih kamu sesuatu habis kita selesai kerja."

"Apa itu?"

Puma tidak menjawab. Dia hanya berjalan masuk ke dalam gudang.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Matahari sudah ⅔ tenggelam di ufuk barat. Bintang-bintang mulai terlihat di langit biru tua. Semua terlihat seperti siluet. Pintu gudang sudah ditutup. Buruh-buruh lain sudah pergi. Sekarang hanya ada Yuraq dan Puma berdua di belakang gudang.

Puma menyodorkan sesuatu di genggaman tangan kanannya. Benda itu berupa tali tipis yang menjuntai ke bawah. Di ujungnya, terdapat kancing keramik selebar buku ujung jari dengan sepasang lubang di tengahnya. Melalui lubang itulah, tali itu menembusnya.

"Coba pakai ini, Yuraq," pinta Puma.

"Ah, baik." Yuraq yang bingung dan agak malu-malu membiarkan Puma mengenakan kalung itu padanya. Mereka begitu dekat dengan satu sama lain. Kalung itu akhirnya bersentuhan dengan leher sang gadis. Puma menjauh sedikit darinya.

"Anggap saja itu kenang-kenangan dariku," perjelas Puma. "Kalau kamu kangen sama aku nanti, kamu bisa lihat mata kalung ini."

Yuraq mengangkat kancing itu dengan tangannya. "Tapi bentuknya nggak mirip kamu."

"Ya anggap saja itu hasil tanganku, jadi kamu bisa ngerasain keberadaanku di sana."

"Hmm gitu ya." Yuraq menggenggam kancing itu dengan lembut. Dalam kegelapan, dia tersenyum dengan lega. "Baik. Aku bakal selalu ingat kamu."

"Oh iya, Yuraq!" seru Puma. "Sudah mau malam. Aku pergi dulu ya!"

"I– Iya, hati-hati!"

Namun tanpa gadis itu duga, Puma tidak menjauhkan badannya dari dirinya. Malah, dia mendekatkan mukanya pada muka Yuraq dengan cepat. Wajah mereka berdua menjadi begitu dekat, sehingga bibir mereka bersentuhan.

Sesudah itu, Puma menarik mukanya dari Yuraq. Tanpa menjelaskan apapun, dia langsung berlari meninggalkan sang gadis. Namun, dia tidak lupa untuk mendadahinya. "Duluan ya, Yuraq."

Gadis itu sendiri terduduk di atas tanah. Dia begitu terkejut dengan apa yang Puma lakukan. Jantungnya berdegup dan darahnya mengalir cepat. Bukannya dia tidak ingin mencobanya dengan kekasihnya itu. Namun, ini adalah saat pertamanya, dan dia tidak menduga ini akan terjadi.

"Aku bakal selalu ingat momen ini," serunya dalam hati.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro