30
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
Yuraq membuka matanya, mendapati bahwa dirinya berada di dalam naungan tenda.
Pemandangan di dalam tenda itu pun tidak gelap gulita. Malahan, dia dapat melihat tekstur kainnya yang berwarna krem kusam kemerahan. Semua itu karena ada cahaya di pinggir kanannya.
Seseorang sudah membawanya ke tenda saat dia tidur.
Gadis itu mengangkat badannya dari atas tikar sambil menyingkirkan selimut wol putih yang menutupi badannya. Di saat yang sama, sebuah wajah yang akrab menunjukkan diri dari luar tenda.
"Ah, sudah bangun?" Samin bertanya. Senyumannya yang ramah menyapa gadis itu.
"Iya Kak..." jawab Yuraq.
"Baik. Bentar lagi kita berangkat lagi." Wanita itu mengeluarkan mukanya dari dalam tenda. "Ayo sarapan dulu. Makanannya sudah siap nih."
"Baik Kak."
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Langit pagi ini terlihat pucat dan tidak menampakkan matahari karena mendung. Namun, pagi itu tidaklah gelap.
Di sekitar tempat di mana api unggun tadinya berada, Yuraq mendapati orang-orang lain duduk di atas tikar. Ada yang makan, ada yang mengobrol, dan ada pula yang tidur. Di atas tempat api unggun itu sendiri terdapat sebuah panci berisi kuah, yang digantung dari ujung teratas suatu rangkaian 3 tongkat kayu yang membentuk segitiga yang berdiri. Menemani panci itu adalah panci-panci lain berisi makanan serta piring dan gelas yang diletakkan di pinggir tumpukan arang dan kayu hangus itu.
Masih setengah sadar karena mengantuk, Yuraq berjalan menuju panci-panci makanan itu. Gadis itu hanya mengambil dendeng¹ dan segumpal kinoa. Sesudah ini dia berniat mencari tempat duduk di sekitar tumpukan arang ini. Namun tepat setelah dia mengangkat badannya dari peanci-panci tersebut, suara seorang anak laki-laki memanggilnya dari dekat.
"Yuraq!"
Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Ternyata di sana ada Puma, sedang duduk di atas tikar. Tidak ada makanan berat di sekitarnya, hanya ada sepiring humintʼa dan semangkuk berondong. Anak laki-laki itu tersenyum dan melambai padanya.
Yuraq tidak menyadari bahwa dirinya baru saja melewati Puma. "Oh iya bentar."
Dengan segelas air di tangan kiri serta sepiring kinoa dan daging, gadis itu berusaha memposisikan dirinya untuk duduk dengan hati-hati.
"Pelan-pelan saja," kata Puma.
Akhirnya Yuraq duduk di atas tikar itu dengan aman, tanpa apapun di gelas dan piring tumpah.
"Kamu... tadi malam kamu dibawa ke tenda juga?" tanya gadis itu.
"Nggak sih." Puma mengusap belakang kepalanya. "Tadi malam aku dibangunin sama Ayah. Habis itu aku diomeli, sialan..." ceritanya sambil tertawa.
"Tapi kamu tadi malam diangkat Samin ke dalam," tambah Puma.
"Oh... pantesan tahu-tahu aku sudah di tenda," komentar Yuraq selagi menyuapi dirinya kinoa.
Kemudian, dia memperhatikan bahwa di tangan atau sekitar anak laki-laki itu hanya ada cemilan, tidak ada makanan yang cukup 'berbobot' untuk menjadi sarapan.
Maka beranyalah Yuraq. "Oh iya, kamu gak sarapan?"
"Sudah kok," Puma menjawab.
"Ohh..." Gadis itu melanjutkan makan paginya.
Saat dirinya merasakan lembut dan gurihnya dendeng itu di mulut, Yuraq merasakan sesuatu. Rasanya seakan-akan dia ingin membicarakan sesuatu, tapi lupa apa itu.
"Anu... omong-omong..."
"Ada apa Yuraq?" Puma memandang gadis itu dengan penasaran.
"Kamu ingat tadi malam kita bicara tentang apa?"
"Hmm..." Puma memalingkan matanya, berusaha mengingat. "Tentang bintang dan arah kan?"
"Nah iya itu!" seru Yuraq. "Masalahnya ada lagi yang mau kuceritakan, tapi aku lupa apa?"
"Hmmm kedengarannya asyik," komentar Puma. "Sayang kamu lupa."
"Makanya itu..." tambah Yuraq.
"Gak apa-apa lah," seru anak laki-laki itu. "Mungkin malam nanti atau selanjutnya kamu ingat."
"Hmm," sang gadis mengangguk mengiyakan.
Untungnya, mereka tidak tanpa bahan pembicaraan. Kali ini Puma bercerita tentang serta petualangannya, hidupnya sehari-hari, serta hal-hal konyol mengenai saudara-saudarinya. Sementara itu, Yuraq hanya diam mendengarkan, namun itupun sudah cukup menyenangkan bagi dirinya. Lagipula dia tidak punya banyak hal untuk diceritakan.
Sesudah sarapan itu, percakapan tersebut berhenti. Yuraq dan anak laki-laki itu meninggalkan stau sama lain untuk beres-beres bersama yang lainnya...
Karena pagi ini perjalanan panjang mereka akan dilanjutkan.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Yuraq dan rombongan menyusuri perbukitan ini selama 3 hari 2 malam. Sama seperti pada hari pertama, mereka berhenti setiap siang, sore, dan senja, baik untuk beristirahat dan makan maupun untuk mampir di pasar untuk belanja kebutuhan-kebutuhan harian.
Perjalanan ini setidaknya lebih tidak membosankan daripada hari pertama. Mungkin karena dia punya teman untuk diajak berbicara selain Samin — Kura dan Puma.Barangkali karena mereka melewati daerah yang 'asyik'. Pada hari kedua mereka menyusuri puncak perbukitan, di mana gadis itu dapat melihat 2 sisi — satu mengarah ke laut, satu mengarah ke Pegunungan Timur. Kemudian pada hari ketiga, jalan yang mereka lalui menembus hutan yang rindang.
Setelah hampir 3 hari melewati alam liar dan permukiman-permukiman kecil, rombongan itu menemukan suatu kota.
Di tengah-tengah medan yang penuh bukit, terdapat satu daerah luas yang rendah dan rata. Tersebar di atas tanah tersebut adalah apa yang nampak seperti bentuk-bentuk mengotak berwarna kelabu yang terlihat sesak namun tersusun rapi. Rumah-rumah terlihat seperti sisik kecil yang menonjol. Dinding-dinding membentang dan menggulung terhadap satu sama lain memadukan lengkungan dengan sudut-sudut. Lereng-lereng bukit yang menghadap dataran itu dihiasi oleh uliran-uliran yang membuatnya nampak belang.
Semakin jauh rombongan itu berjalan, semakin terasa keramaiannya. Yuraq memperhatikan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Sebagian berjalan menjauh dari kota, sedangkan yang lain berjalan searah dengan rombongan gadis itu. Sebagian ada yang sendirian, sementara yang lain pergi dalam rombongan seperti mereka. Sebagian membawa lama atau alpaka, sedangkan yang lain tidak. Semakin turun mereka melalui jalan yang berliku-liku ini, semakin banyak orang yang mereka temui. Rasanya seperti ada di pasar.
Lantas, mengapa kota itu bisa seramai ini dikunjungi orang?
Qusqu. Inilah perhentian mereka selanjutnya. Dari padang rumput Daerah Utara, pesisir berangin Daerah Barat, gurun dingin Daerah Selatan, hingga hutan rimba Daerah Timur, kuasa Tawantinsuyu atas semuanya berpusat pada ibukota ini. Yuraq pernah diceritai bahwa setiap 4 daerah memiliki jalan besar, dan pada kota inilah — pada alun-alun Qusqu — keempat jalan ini bertemu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro