Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪

Samin menjalankan rencana itu mulai keesokan harinya. Hujan itu hanya menundanya saja.

Namun dia sudah terlanjur membocorkan maksud dari dirinya membawa serta Qispi pada Yuraq. Semua karena dirinya bukanlah orang yang sabar. Meskipun demikian, dia tetap melanjutkan rencana ini. Mungkin dengan memahami tujuannya, gadis muda itu termotivasi untuk belajar.

Dan sepertinya — seiring pekan-pekan berlalu — dugaan sang senior itu benar.

Sejak hari itu, dia memperhatikan bahwa Yuraq — gadis muda itu — nampak nyaman-nyaman saja dengan Qispi, jika bukan akur. Dia bahkan mulai sering berbincang dengan rekan kerja mereka tersebut.

"Kamu asal mana Yuraq?" Qispi bertanya, sambil mencabuti gulma yang tumbuh di ladang baru yang mereka datangi beberapa hari lalu. Benih-benih jagung sudah ditanam di sana, dan kini dedaunan mereka yang lurus dan tipis sudah menampakkan diri dari permukaan tanah.

"Maaf" balas Yuraq. "Aku sudah lupa... waktu itu aku terlalu lapar buat ingat." Memberi tanggapan seperti itu tidak mengganggu aktivitasnya mencabuti gulma, begitu juga dengan Qispi.

"Oh gitu ya... maaf." Pria itu terkesan tenang namun perhatian bagi Samin yang bekerja dekat dengan mereka, serta Yuraq sendiri. "Omong-omong, aku dari..."

Percakapan pun berlanjut. Menonton mereka adalah Samin. Dia mendengar mereka berbicara mengenai berbagai topik, mulai dari cerita hidup Qispi, gosip tentang buruh lain atau Hakan, hingga hal-hal filsafat seperti Tuhan dan dunia. Di balik semua itu, ada satu hal yang benar-benar berbeda bagi wanita itu: Samin yang biasanya mengajak para pendiam itu bicara kini giliran diam, tidak juga bergabung dengan percakapan mereka.

Meskipun demikian, Samin senang dengan hal itu. "Akhirnya mereka mulai membuka diri juga." Dia tersenyum puas melihat mereka berdua.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Jam istirahat sudah tiba. Matahari pada siang bolong ini menggantung tepat di atas kepala setiap orang. Semua buruh berkumpul di sekitaran depan rumah Hakan, berlindung di bawah pohon maupun rumah itu dari teriknya sinar mentari.

Seperti biasa, mereka berada di sini untuk makan siang. Di depan rumah terdapat panci-panci berisi kentang, kuah, dan makanan lainnya. Di sana juga ada beberapa piring marmut bakar sebagai lauk. Sambil mengambil dan menikmati makanan, orang-orang ini saling bercerita satu sama lain mengenai pikiran dan pengalaman mereka.

Yuraq dan Qispi tidak terkecuali. Sejak tadi pagi menjelang siang — Samin perhatikan — mereka masih saja berbincang. Sesuap makanan di mulut mereka bahkan tidak menghalangi keduanya.

"Kalau makan tuh makan!" Samin mengingatkan mereka dengan senyum geli, sambil menampar lutut Qispi dengan pelan.

"Ah!" Pria itu mengeluh. Suaranya terkesan lembab dan tidak karuan karena sesuap kinoa di mulut. "Aku lagi mau ngomongin sesuatu sama Yuraq. Sekarang lupa dah gara-gara kamu!"

Sementara itu, Yuraq tidak berkata apa-apa, sibuk mengunyah daging bakar. Dia penurut jika yang berbicara padanya adalah Samin.

Di tengah-tengah keramaian itu, Hakan — pria paruh baya itu — keluar dari kegelapan interior rumahnya.

"Permisi." Panggilannya yang tegas itu membuat semua orang diam memperhatikan. Yuraq penasaran apa yang ingin dia katakan.

"Aku ada pengumuman buat kalian."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro