12
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
Sore sebelumnya, saat hujan sudah reda dan langit yang cerah sudah menjadi merah muda, Hakan datang lagi ke gubuk Yuraq. Kali itu, dia mengajak gadis muda itu untuk sedikit briefing mengenai ladang-ladangnya.
"Yuraq." Pria itu memanggil dari balik pintu. "Sini sebentar. Aku mau nunjukkin kamu ladangnya.
"Iya Pak." Yuraq yang tadinya berbaring di tikar beranjak berdiri, lalu berjalan ke arah pintu.
Sesampainya di luar gubuk, Yuraq mendapati dirinya berada di tengah suatu jalan setapak yang bersebelahan dengan suatu ladang. Ladang itu nampak lebih rendah dari jalan di mana dia berdiri, dan di belakang petak ladang yang dekat dengan jalan, ada petak yang lebih rendah lagi. Demikian seterusnya, semakin jauh dari jalan. Jauh di balik ladang tersebut, terdapat dataran rendah yang sebagian terisi oleh pemukiman dan sebagian oleh ladang lain. Di belakang dataran rendah itu terdapat perbukitan rendah yang menjadi satu dengan cakrawala.
Di ladang itu, tumbuh apa yang nampak seperti pohon-pohon yang tegak, pendek, dan langsing, dengan daun-daun di sepanjang batangnya. Ujung atasnya dipenuhi dengan massa berwarna cerah. Tanaman itu adalah kinoa.
Jalan yang Yuraq pijaki sendiri tidak seperti jalan umum: tidak berbatu-batu, melainkan bertanah. Di sebelah kiri Yuraq, jalan itu membelok ke depan, sedangkan di sebelah kanannya, jalan itu lurus terus ke kanan.
Hakan — yang berdiri di sisi kirinya — mulai berbicara.
"Jadi Dek..." Pria itu mengacungkan jari telunjuk kanannya ke ujung kanan jalan tersebut. "Di sana ada ladang jagung. Nah, kalo di ujung sana..."
Pria itu memindahkan jari telunjuknya ke ujung jalan yang lurus ke depan. "Di sana ada ladang kentang dan kinoa. Di sana juga ada rumahku. Besok pagi, sebelum kamu mulai kerja, kamu ke depan rumahku dulu. Di sana aku bakal kenalin kamu sama anak buahku yang lain. Paham?"
"Paham Pak."
"Oke kalo gitu." Pria itu mulai berjalan menjauh dari diri Yuraq. "Datangnya pagi-pagi ya!"
"Iya Pak" Yuraq menyahut. Pria itu nampak semakin jauh dari pandangannya, sementara merah muda langit menjadi ungu dan mulai menjadi biru tua.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Seperti yang diinstruksikan Hakan, Yuraq hendak pergi dari gubuknya menuju rumah sang pemilik ladang.
Dia sudah mengganti tunik lamanya dengan yang baru. Gaun dan atasan putih itu terasa segar dan bersih di badannya.
Sesampainya Yuraq di luar gubuknya, dia bertemu lagi dengan ladang Kinoa itu. Kini warna bunga dan bijinya yang kuning, jingga, merah, dan ungu itu terlihat jelas, dikontraskan dengan tubuhnya yang hijau. Ladang itu membentang jauh, dengan teraseringnya yang meliuk-liuk namun rapi, di bawah langit pagi yang biru. Yuraq juga dapat merasakan sejuknya udara pagi khas dataran tinggi.
Tanpa membuang lebih banyak waktu lagi, Yuraq mulai berjalan ke kiri.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Setelah berjalan beberapa menit, Yuraq sampai di depan rumah sang pemilik ladang.
Rumah yang terbuat dari bata tak beraturan itu berdiri agak tinggi, menyerupai rumah Yuraq waktu itu. Barangkali di dalam sana juga ada lantai duanya, sama seperti rumahnya di kampung halaman. Rumah itu menghadap jalan setapak di mana Yuraq berdiri sekarang. Di sisi kiri dan kanannya, terdapat petak-petak tanah yang tidak ditumbuhi apapun, sedangkan di belakangnya terdapat petak yang lebih tinggi, setinggi dasar atap rumah itu.
Sang pemilik rumah maupun keluarganya sendiri tidak terlihat di sekitar sana, setidaknya demikian yang Yuraq pikirkan. Rumah itu nampaknya kosong bagi Yuraq, berdasarkan dari apa yang dia lihat melalui pintu rumah tersebut.
Namun, di sekitar sini, ada beberapa orang yang menunggu di seberang jalan di depan rumah tersebut. Ada yang pria, ada yang wanita. Ada yang berdiri, ada yang duduk, dan ada yang jongkok. Namun, yang Yuraq dapat yakini, orang-orang ini semuanya nampak lebih besar dan tua dari dirinya, dan mereka memandang dirinya dengan tatapan yang tajam.
Gadis muda itu merasa sangat tidak nyaman. Dia ingin segera kembali ke gubuknya, jika tidak langsung bekerja.
"Pak Hakan... di mana?" Yuraq memohon dalam hati.
Suara tapak sandal pada jalan yang bertanah mulai terdengar. Di ujung jalan, seorang pria berbadan besar tampak mendekat. Salah satu dari orang-orang yang menunggu berpaling dari diri Yuraq, kemudian diikuti oleh kawan-kawannya. Beberapa menit kemudian, pria itu, Hakan, sampai di depan mereka.
"Pagi semua" Sapa pria itu dengan dingin kepada semua yang datang. Kemudian, dia berhenti di tengah jalan, di tengah hadapan rumahnya. Lalu, dia menoleh kepada Yuraq, dan membuka tutup jari-jari tangan kanannya pada gadis muda itu.
"Sini" panggil sang pria.
Yuraq merespon panggilan sang pemilik ladang dengan berjalan menuju dirinya. Setelah berada dalam jangka 1 kukuchu tupu¹ dari pria tersebut, Yuraq memutar badannya sehingga menghadap hadirin yang sudah menunggu di pinggir jalan. Orang-orang itu sendiri mulai berkumpul di pinggir jalan tersebut, merapikan posisi mereka sambil mencari posisi yang enak untuk berdiri, duduk, atau jongkok.
Setelah semuanya siap, maka Hakan — yang berdiri di sisi kanan Yuraq — mulai membuka mulut.
"Selamat pagi semua." Pria itu menyapa mereka lagi dengan dingin. "Aku mau memperkenalkan gadis ini pada kalian, namanya Yuraq. Dia kehilangan kedua orangtuanya dalam perampokan, sehingga mulai hari ini, dia akan tinggal dan bekerja di sini. Tolong diajarin ya, apa yang harus dia lakukan di ladang, apa aja kewajiban dan tugasnya. Tolong dijagain juga ya ini anak."
"Baik Pak!" Orang-orang itu menyapa Yuraq satu per satu dengan ramah.
"Pa– pagi" sapa Yuraq dengan gugup.
Hakan mulai berjalan menjauh dari Yuraq, hendak pergi ke suatu tempat yang tidak dirinya ketahui.
"Yuraq. Kamu belajar sama mereka ya. Kalo ada yang macam-macam, panggil aku ya."
"Baik Pak." Hakan meninggalkan kerumunan itu. Sementara itu, anak buahnya juga mulai meninggalkan tempat, hendak mulai bekerja.
Dari antara orang-orang itu, seorang wanita menghampiri diri Yuraq. Dia mengenakan tunik berwarna krem tua. Rambutnya disanggul rendah, dekat dengan tengkuk. Dari wajahnya yang masih kencang dan cantik, Yuraq berpikir bahwa wanita ini masih muda, sekitar umur 20an.
Saat ini, wanita itu tersenyum ramah padanya. Yuraq menjadi canggung.
"Kakak... ada apa?" Yuraq bertanya.
"Kamu butuh diajarin kan?" Wanita itu bertanya. "Sebelumnya kenalin... aku Samin."
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Keterangan:
1 kukuchu tupu ≈ 1 hasta ≈ 44–53 sentimeter.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro