Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Yuraq terbangun dari tidurnya yang tak bermimpi. Matanya terbuka, mendapati bahwa matahari telah bersinar di luar bangunan gudang. Pagi sudah datang untuk menyambutnya.

Rasa lapar yang tadinya mengganggu diri gadis muda itu saat kedua matanya terpejam, kini menjadi semakin terasa olehnya.

"Udah pagi ya..." Yuraq mengangkat badannya dari tumpukan jerami dengan lemas. Untuk sesaat, kedua bahunya bertumpu pada kedua lengannya yang menekan lantai dengan tegak, sementara pinggul dan kakinya masih terbaring di lantai.

Hal pertama yang dia pikirkan adalah makan. Lebih tepatnya, di mana dan bagaimana dia akan menemukan sesuatu untuk dimakan.

"Qullqa... ini aku di dalam qullqa ya... tempat orang... tempat nyimpan makanan dan barang-barang lain. Pantesan udah kosong sama sekali, pasti yang menjarah ambil semua makanan dan barang-barangnya."

"Tapi gimana dengan rumah warga? Barang berharga apa yang ada di dalam sana? Ga ada banyak barang di sana, jadi pasti mereka gak menjarahnya."

Yuraq pun mendapat suatu ide. "Iya iya... kalo gitu aku cari makanan di rumah warga ya."

Sang gadis muda pun, dengan perlahan namun pasti, mengangkat badannya dari tumpukan jerami. Kemudian, dia berjalan ke arah pintu, menuju ke dunia luar yang diterangi sinar mentari yang kekuningan.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Bangkai-bangkai yang tergeletak di sepanjang desa sudah menjadi semakin hancur tak berbentuk. Meskipun demikian, Yuraq masih tidak nyaman melihatnya. Terlebih, air hujan itu telah membuat belatung itu semakin tersebar. Yuraq terpaksa mencari tempat tinggi seperti dinding serta menjauhi mayat-mayat agar terhindar dari mereka.

Di dekat qullqa itu, sekitar 3 rikra dari sana, terdapat sebuah rumah. Dinding dan atapnya masih utuh, tidak seperti kebanyakan rumah di desa ini. Dari apa yang Yuraq lihat, sepertinya rumah ini cukup bebas dari bangkai dan belatung dan sebagainya.

"kayaknya di sana ada sesuatu buat dimakan." Yuraq memandang rumah itu sekali lagi dengan seksama.

Setelah mengasesi keadaan, maka dia mulai berjalan ke rumah tersebut. Dalam perjalanan yang singkat itu, dia menyempatkan diri untuk melihat ke sebelah kanan, di mana jalan berada. Di kejauhan, Yuraq perhatikan, terlihat hewan-hewan hitam dan bersayap, berterbangan di atas desa ini dan mendarat di tempat-tempat tertentu. Salah satu dari mereka mendarat di samping bangkai yang dapat Yuraq lihat, dan makhluk itu mulai berdiam dan melakukan gerakan di sana. Tak lama kemudian, hewan-hewan sejenis turun ke bangkai itu dan mengerumuninya.

Akhirnya, Yuraq sampai di belakang rumah yang diincarnya. Kemudian, dia memutarinya hingga sampai di sisi depan, di mana pintu masuk berada.

"Bentar lagi. Mudah-mudahan ada makanan sisa di dalam sana." Yuraq masuk ke dalam rumah itu.

Tidak ada orang sama sekali di dalam rumah, tidak yang mati sekalipun. Di tengah interior rumah, terdapat perapian yang terdiri atas batu-batu sebesar kepala yang disusun melingkar. Di dalam lingkaran batu tersebut, terdapat tumpukan arang dan abu, warnanya hitam dan putih. Di atas lingkaran batu itu, juga terdapat suatu kuda-kuda yang terdiri atas 5 batang kayu. 2 pasang kayu berdiri di luar lingkaran batu, dan bagian yang dekat dengan ujung batang kayu diikat dengan satu sama lain, sehingga membentuk sepasang segitiga dengan sudut atas yang 'bertanduk'. Di ujung tiap segitiga, batang kayu yang satu disangga secara horizontal, membentuk bubungan. Di tengah bubungan itu, terikat seutas tali putih dan tipis, yang terhubung dengan kedua pegangan suatu panci keramik berwarna sawo kemerahan. Panci itu menggantung pada bubungan tersebut.

"Jadi ada itu ya." Matanya tertuju pada panci itu, namun kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke sudut-sudut rumah untuk menemukan hal lain untuk dimakan. Pada akhirnya, dia kembali memandang panci tersebut, lalu berjalan mendekatinya.

Sambil berjalan, dia mencondongkan kepalanya ke arah panci, berusaha melihat isinya tanpa dekat-dekat. Siapa tahu panci itu isinya bukan makanan yang dapat dia makan, tapi sesuatu yang sudah berjamur atau lebih buruk lagi, dihinggapi belatung.

Semakin dekat dirinya dengan panci tersebut, semakin kuat kecurigaannya bahwa makanan di dalamnya sudah busuk. Bau busuknya mulai tercium di hidung. Akhirnya, setelah Yuraq menjadi cukup dekat dengan panci tersebut, dia dapat melihat apa yang ada di dalam sana: massa lembab berwarna hijau tua, dipenuhi dengan 'cacing-cacing' putih dan kecil yang menggeliat.

Raut muka Yuraq langsung mengerut melihat pemandangan itu. "Gak! Gak!" Dengan terpatah-patah, dia menjauhi panci tersebut, sebelum akhirnya keluar dari rumah itu. Di luar sana, Yuraq mendapati bahwa burung-burung besar itu semakin berdatangan untuk pesta prasmanan gratis. Tubuh mereka serba hitam, kecuali mukanya yang agak merah muda, serta 'kerah' bulu yang berwarna putih.

Kondor-kondor 'menyingkirkan' mayat-mayat itu bagi Yuraq dengan memakannya. Sang pemakan bangkai mencabik daging yang busuk itu dengan paruh mereka, lalu menelan potongan itu tanpa mengunyahnya terlebih dahulu, lalu mengulangi hal yang sama. Perlahan-lahan, bangkai-bangkai tersebut mulai menunjukkan putih tulang mereka, dan kehilangan wujud manusia mereka yang tidak mengenakkan bagi Yuraq.

Setidaknya tubuh-tubuh itu menjadi tidak seseram mumi. Sekarang Yuraq hanya harus menghadapi belatung-belatung yang berkeliaran di mana-mana, serta rasa lapar yang membuat dirinya semakin lemas. Oleh karena itu, dia mulai melihati rumah-rumah lain, di mana kiranya ada sesuatu yang masih layak dimakan dan bebas dari belatung.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Mentari berada setengah jalan dari zenit. Di bawah sinarnya, Yuraq baru saja keluar dari rumah terakhir yang gadis muda itu masuki. Sekali lagi, dia tidak menemukan apa-apa.

Kini tubuh gadis itu lemas kembali. Jagung kemarin tidak mencukupi tenaganya untuk hari ini. Sepertinya sudah saatnya bagi dia untuk meninggalkan desa mati ini.

Yuraq pun pergi ke jalan di mana dia masuk ke desa tersebut dengan gaya jalan yang sempoyongan. Pikirannya sudah berkabut, tercemar oleh sensasi lapar yang menjadi-jadi. Beberapa menit kemudian, dia melihat jalan masuk itu, yaitu suatu jarak di antara dua dinding batu selebar 1 rikra. Yang ada di pikiran gadis muda itu sekarang hanyalah pergi dari desa ini dan mencari desa lain yang punya makanan.

Namun, saat dia melewati dinding pembatas tersebut, pikirannya menjadi sulit dicerna. Kepalanya pusing. Badannya bergetar-getar. Pada akhirnya, semuanya menjadi gelap bagi Yuraq. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, dia merasakan bahwa badannya tertarik ke tanah.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Kondor Andes adalah salah satu hewan yang ikonik dari Pegunungan Andes dan sekitarnya. Mereka merupakan salah satu burung terbesar yang masih hidup di Bumi, dengan berat mencapai 15 kilogram dan rentang sayap sebesar 3.2 meter. Sebagai burung pemakan bangkai, mereka umumnya memilih bangkai hewan-hewan besar.

Burung ini juga memiliki harapan hidup yang panjang dibandingkan dengan burung lainnya, yaitu lebih dari 70 tahun di penangkaran.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro