Chapter 15 | Cokelat Batangan
Selamat datang kembali!
Pliss rekomend lagu galau yang paling enak buat diajak overthingking. Spill yuk :)
Oh, ya, jangan lupa mampir ke akun instagram @coretanfika untuk info terupdate cerita ini.
Chapter 15 | Cokelat Batangan
"Aku tidak tahu sedalam apa aku pernah menyakitimu sampai-sampai kamu membenciku dengan sepenuh hatimu."
- Sadboy jalur karma
🎶Now playing : Masih - Rossa🎶
Zerda memelankan laju motornya yang telah melalui perjalanan panjang. Meskipun telah melewati berbagai daerah di Jakarta, tangis seorang gadis yang menjadi penumpangnya tak juga mereda. Diliriknya gadis itu melalui spion motor dan didapatinya sedang menunduk dengan tangan yang menutupi wajah.
"Nya, kita mampir sebentar ya," ucap Zerda, namun tak digubris oleh gadis itu.
Tanpa menunggu jawaban, Zerda menepikan motornya dan memasuki area parkir minimarket. Seorang juru parkir langsung datang dan memberi arahan. Begitu motor terparkir, dia segera mematikan mesin dan kembali melirik ranya yang masih bergeming.
"Nya, turun sebentar," ujarnya.
Ranya terkejut. Buru-buru dia seka sisa air mata yang ada di pipi. Kemudian matanya mengedar dan menyadari mereka masih di tempat yang ramai. Beberapa motor terparkir rapi di sebelahnya. Ada juga berbagai penjual makanan di pojok parkiran.
Dilihatnya sebuah papan nama yang tertera di depan pintu, sebuah minimarket ternama di Indonesia dengan logo berwarna merah, biru, dan kuning.
"Ngapain?" tanya Ranya bingung.
"Ada perlu sebentar, turun dulu. Lo bisa duduk di kursi depan sana," ucap Zerda sambil menunjuk beberapa pasang kursi dan meja yang disediakan di teras minimarket.
Ranya hanya menurut. Dia melangkah dengan perlahan, di sebelahnya ada Zerda yang mengantarnya dengan sabar.
Setelah tiba di kursi, Zerda segera berpamitan pada gadis itu. "Tunggu sebentar, ya."
Zerda langsung berlari kecil memasuki ruangan bercat putih itu. Jajaran rak berisi berbagai makanan ringan menyambut penglihatannya. Kakinya menyusuri tiap lorong makanan dengan pelan.
"Makanan apa, ya, yang bisa balikin mood?" gumamnya sembari mengambil sebuah makanan ringan, tapi tak lama kemudian ia letakkan kembali.
Zerda tidak menemukan makanan yang menarik perhatiannya. Dia juga tidak tahu makanan seperti apa yang disukai Ranya untuk mengembalikan mood-nya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi salah satu sahabatnya yang sudah ahli dalam bidang wanita yaitu Lezada.
Panggilan sempat berdering sebentar, namun tak lama kemudian suara hiruk pikuk di seberang menyambut indra pendengarannya.
"Halo?" sapa Leza.
"Le, makanan apa yang bisa balikin mood cewek?" tanya Zerda to the point. Dia tidak ingin membuat Ranya menunggu lebih lama.
"Hah? Lo lagi sama cewek, Zer?" tanya Leza balik.
Zerda berdecak kesal. "Iya, sama Ranya. Buruan, Le, apaan?"
"Oh, pantesan si Opi lo tinggalin, ternyata demi doi," goda laki-laki itu sambil terkekeh, terdengar juga suara gombalan dari Dans di seberang sana.
"Kan ada lo, Le. Jadi, gue harus beli apa ini?"
"Cewek kalau lagi galau biasanya paling suka dibeliin yang manis-manis, sih, Zer. Kaya cokelat gitu," jawab Leza.
Manik mata Zerda menerawang ke seluruh penjuru ruangan, hingga akhirnya dia menemukan rak berisi berbagai jenis coklat di dekat kasir.
"Oke, makasih, Le!" Tanpa mengucapkan salam, Zerda langsung mematikan telepon secara sepihak dan berlari mendekati kasir.
Laki-laki itu mengambil sebuah cokelat dengan tambahan kacang di dalamnya dengan bungkus berwarna ungu dan sedikit kuning di bagian bawah. Kemudian, dia meletakkannya di meja kasir.
"Ada lagi tambahannya, Mas?" tanya sang kasir.
"Enggak ada. Eh ... sebentar, Mba," sahutnya kemudian belari mendekati lemari es krim. Udara dingin langsung menerpa kulit tangannya saat pintu geser itu dibuka. Setelah menemukan apa yang dicari, dia langsung kembali ke kasir dan membayarnya.
🌵🌵🌵
Zerda menemukan Ranya yang sedang melamun di kursi. Matanya masih sembab akibat menangis sepanjang jalan. Laki-laki itu langsung berjalan mendekatinya dan mengeluarkan sebungkus cokelat ke hadapan Ranya untuk menyadarkannya.
"Nih, makan yang manis-manis dulu biar tenang," ucap Zerda.
Ranya menatap cokelat rasa kacang di hadapannya dengan sinis, kemudian beralih pada Zerda yang masih berdiri kaku di dekatnya.
Mendapat tatapan sinis dari Ranya membuat Zerda bingung. "Lo kenapa, Nya?" tanya Zerda.
"Gue gak suka cokelat batangan."
"Hah?" Zerda terkejut mendengarnya. "Bohong, kan, lo? Kata Leza, kebanyakan cewek kalau lagi galau sukanya dikasih cokelat," ucap Zerda tak percaya.
"Ya, udah, berarti gue bukan cewek kebanyakan," sambar gadis itu, "gue juga alergi kacang."
Zerda tertegun di tempat. Ia merutuki ucapan Leza yang salah memberikannya jawaban. Wah, sepertinya kemampuan laki-laki itu dalam menangani perempuan sudah expired.
"Terus lo mau apa?" tanya Zerda masih berusaha menghibur gadis itu. "Oh, ya, ini gue juga beli es krim rasa jagung. Lo mau?" Laki-laki itu teringat dengan satu barang lain yang tadi sempat dia beli.
"Hm?" Gadis itu berdeham sebentar. "Boleh."
Zerda mengeluarkan es krim rasa jagung dari kantong plastik dan memberikannya pada Ranya. Dengan senyum tipis, Ranya menerimanya.
Zerda memilih duduk di kursi yang ada di seberang gadis itu sembari menunggunya menghabiskan es krim. Keduanya sama-sama diam. Zerda merasa Ranya telah kembali pada sifatnya yang semula. Dia terlihat kembali cuek, terutama saat melihat cokelat batangan yang tadi Zerda berikan.
Apa ada yang salah dengan cokelatnya? batin Zerda bertanya-tanya. Dia terus menatapi Ranya yang sibuk menjilati es krim.
Ranya terlihat sangat lucu, namun Zerda hanya mampu memendam kekagumannya itu dalam hati. Dia tak ingin membuat Ranya merasa tak nyaman dan meminta mereka untuk pulang segera.
Begitu es krim milik Ranya habis, gadis itu segera bangkit dan membuang sampahnya pada tempat yang telah disediakan. Kemudian beranjak kembali ke motor. Melihat Ranya yang meninggalkannya begitu saja membuat Zerda terburu-buru membuntutinya.
"Langsung pulang?" tanya Zerda.
"Iya, antar gue ke rumah Meimei aja," jawabnya.
"Kenapa?"
"Mama gak tau kalau tadi gue keluar sama Giga."
Nama itu lagi. Zerda sudah kenyang mendengar namanya semalaman ini.
"Oke." Zerda langsung mengenakan helm dan menaiki motornya.
"Jadi, gimana rasanya, Zer, cokelat lo ditolak sama orang yang lo suka?" tanya Ranya tiba-tiba, membuat Zerda yang hendak memundurkan motor jadi menengok ke arahnya.
"Maksud lo, Nya?" tanya Zerda tak mengerti.
"Lo gak ingat? Ya, udah, deh. Untung aja gue gak ngelakuin itu di depan umum," ucapnya sambil tersenyum miring. "Yuk pulang, keburu larut," sambungnya lagi.
Dahi Zerda bergelombang. Alisnya menyatu karena tak mengerti. Setelah menghabiskan waktu berdua dengan Ranya seperti ini, ternyata membuat Zerda makin tidak mengerti dengan perubahan sikap Ranya yang selalu tiba-tiba.
🌵🌵🌵
Zerda menghentikan motornya di depan sebuah rumah mewah dengan halaman yang luas. Ini bukan pertama kalinya bagi Zerda memasuki perumahan elit ini. Adanya enam patung kuda yang tampak seperti sedang berlari di depan gerbang tadi mengingatkannya dengan perumahan Leza.
Rupanya Meimei dan Leza berada di perumahan yang sama, hanya berbeda beberapa baris saja. Pantas Meimei begitu menyukai Leza, pasti mereka sering bertemu ketika di luar sekolah.
"Makasih, Zer. Sorry juga sudah ngerepotin," ujar Ranya seraya menyerahkan helm pada Zerda.
"Eh, iya, sama-sama. Gue malah senang bisa antar lo pulang," balas Zerda dengan senyum tulus.
Ranya hanya diam mendengarnya. Tak ingin menanggapi lebih lanjut, dia langsung berpamitan.
"Nya, tunggu!" Zerda menurunkan standar motornya dan turun dari sana. "Nih, cokelatnya lo simpan aja," ucap laki-laki itu sambil menyerahkan plastik putih berlogo minimarket tadi.
"Gak usah, gue gak suka. Mending lo kasih ke Olivia, sekalian bilang terima kasih karena dia mau minjemin helm buat gue," ucap Ranya.
"O-oke. Memangnya lo gak suka banget, ya, sama cokelat?" tanya Zerda penasaran.
"Bukan gak suka cokelatnya, tapi kenangan buruknya. Lo masih gak ingat, Zer?" tanya Ranya balik.
Zerda terus menatapnya bingung.
"Oh, ya, gue baru inget. Itu kan kenangan buruk buat gue, bukan buat lo. Pantas aja lo gak ingat-ingat," sindir gadis itu menohok.
"Mending lo ingat-ingat dulu, deh. Waktu hari pertama masuk SMP, gue pernah ngasih lo cokelat di depan kakak kelas. Kejadian berikutnya gak perlu gue ceritain, kan?" lanjutnya lagi. Zerda masih diam membeku.
"Lho, Ranya sudah pulang? Eh, kok ada Zerda?" interupsi seseorang yang baru saja keluar dari balik pagar. Ranya langsung menengok ke arahnya dan menemukan Meimei yang telah dibalut piyama tidur berdiri di dekat mereka.
"Gue ceritain di dalam aja, Mei." Ranya langsung menarik pelan lengan Meimei untuk membawanya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Zerda yang masih terpaku di tempatnya.
Hari pertama SMP? Memangnya ada apa? batin Zerda bertanya-tanya.
Terima kasih banyak sudah scroll sampai sini, hihi. Jangan lupa buat mampir juga ke work-ku yang lain yaaa.
salah satunya ada di akun ini T-FReYa
see u next chapter
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro