Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

☆» lima

"Nak, ini untuk kamu."

Seperangkat alat menggambar baru yang masih dibungkus rapi diletakkan di meja yang sedang digunakan (Name) untuk mengerjakan PR Matematika. Gadis itu pun mendongak untuk menatap ayahnya yang sedang tersenyum lembut kepadanya. Kemudian iris gelapnya beralih ke peralatan gambar yang tergeletak di atas meja.

"Kemarin malam ayah tak sengaja melihat kamu yang sedang serius melukis di kamar. Ayah senang kamu menggambar lagi sekarang. Jadi, Ayah belikan peralatan menggambar yang baru biar kamu semangat."

(Name) hanya tertegun. Lidahnya kelu untuk mengucapkan penolakan. Pasalnya kemarin ia terpaksa melukis karena untuk memenuhi permintaan Hinata. Bukan berarti ia akan lanjut lagi mengembangkan kemampuannya itu. Ia belum bisa. Akan tetapi, mendengar nada bicara ayah yang sangat lembut dan senang membuat (Name) tak tega. Sudah lama ia tak melihat pria yang ia kasihi secerah itu ekspresinya. (Name) tak ingin merusaknya.

"Terima kasih, Ayah. Aku usahakan alat-alatnya akan awet lama," dusta (Name) sambil tersenyum palsu.

"Sering rusak juga tak apa, (Name). Itu tandanya kamu serius untuk mengembangkan kemampuan senimu. Ibumu pasti bangga."

Ah, ibu.

Mendengar kata ibu ekspresi (Name) seketika berubah. Senyumannya luntur digantikan ekspresi muram. Sang ayah yang melihat itu hanya tersenyum sendu sambil mengusap pucuk kepala putrinya.

"Nak, di atas sana ibu pasti bahagia melihatmu kembali mencintai alat-alat gambar lagi. Jangan terus dikungkung perasaan tidak rela, (Name). Bukan itu yang ibu mau. Ayah yakin akan hal itu."

(Name) hanya terdiam seribu bahasa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro