Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Thousand Home ⸙ Ace Trappolla

Aroma manis nan gurih menyeruak begitu dentingan oven terdengar. Seorang gadis berlari kecil menuju dapur, buru-buru mengambil serbet dan sarung tangan tebal. Matanya mengintip kaca oven untuk memastikan kue buatannya tidak gosong dan gagal. Senyumannya sumringah saat ia mendapati kue buatannya berwarna coklat matang.

"Sudah jadi?"

Seorang pemuda dengan mata sewarna rubi memperhatikan [name] dari ujung ruangan seraya melipat tangan. Senyumannya terlihat lebar saat matanya mendapati gadisnya sedang mengeluarkan kue yang baru saja matang.

"Enak banget langsung tanya begitu, kamu sama sekali tidak bantuin aku 'kan?" [Name] mengkritik seraya berkacak pinggang.

"Hei! Mana bisa begitu, aku yang beli bahan-bahan kuenya kemarin sebelum pergi ke kampus. Otomatis aku mendapat jatahnya dong?" Pemuda itu protes dengan wajah muram.

[Name] terkekeh geli melihat raut wajah kasihnya yang merajuk. Ingin rasanya ia tertawa hingga gempa bumi, namun sepertinya sebelum itu terjadi Ace akan mengambil paksa kuenya dan melahapnya sendiri.

"Baiklah baiklah, kau akan dapat bagiannya tapi harus dibagi-bagi untuk stock musim gugur nanti." [Name] tersenyum lebar seraya melepas sarung tangan tebalnya dan menyiapkan tiga buah toples.

"Okay, berapa banyak jatah untukku?"

"Setengah saja kok"

"Loyang?" Ace tersenyum lebar saat mendengar jawaban [name]. Bagaimana tidak, setengah loyang itu cukup banyak untuk kue-kue kecil dengan rasa vanila dan coklat ini.

[Name] menggeleng kecil, tangannya mengambil salah satu kue dan memotongnya menjadi dua. "Tentu saja setengah potong," salah satu bagian kue ia suapkan pada Ace untuk dimakan, "cukup kan?"

Ace semakin cemberut melihat senyuman lebar penuh kepuasan dari [name]. Namun walau begitu ia tetap saja memakan potongan kue yang diberikan gadisnya tanpa bicara.

"Cukup kalau ditambah es krim vanila yang kemarin kamu beli." Ace menyeringai, membalas keusilan kekasihnya.

Mendengar hal itu [name] buru-buru menyetujui kesepakatan sepihak dengan Ace. "Oke, setengah loyang."

Mana bisa ditawar begitu kalau sudah menyangkut es krim vanila favorit nya. Dua jam lamanya ia mengantre panjang hanya demi mendapatkan es krim eksklusif yang hanya tersedia tiap minggu pertama awal musim. Kalau bisa diumpamakan, menunggu es krim ada di genggaman tangan sama seperti menunggu anime favoritnya mendapatkan musim baru.

"Ngomong-ngomong tumben sekali jam segini sudah pulang dari kampus."

Yang ditanya sibuk memindahkan kue-kue kering sebanyak setengah loyang kedalam toples kaca berukuran sedang. Sebuah pemandangan yang biasa [name] amati setiap ia pulang ke apartemen ini dan membuat kudapan. Herannya pemuda dengan surai sewarna kayu muda itu selalu saja mengetahuinya.

"Kelasnya diganti besok," ia menjeda ucapannya sejenak dan fokus pada penataan kue kering di dalam toples, "[name] sendiri 'gak kerja hari ini?" Tanpa melihat sang puan pemuda itu bertanya demikian.

"Ambil cuti sehari, pengen istirahat aja." Sama dengan sang tuan, [name] fokus pada pekerjaannya merapikan meja sisa memasak dan mengumpulkan perabotan.

Umur mereka tidak terpaut jauh, hanya dua tahun saja. Untuk pertanyaan mengapa mereka bisa bersama, itu karena sebelumnya [name] adalah kakak tingkat di kampusnya Ace. Gadis itu menyelesaikan studi dengan cepat hingga bisa lulus lebih dulu dari waktu yang seharusnya.

Ace menghentikan kegiatannya sejenak, menatap [name] yang hendak mencuci kain lap. Tanpa gadis itu tahu, pemuda itu sudah berdiri di belakangnya.

"Tunggu sebentar," Ace melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang [name] dan menempelkan tangan satunya pada dahi sang puan, "kau tidak sakit kan?"

[Name] dibuat terkejut oleh tindakan tiba-tiba dari Ace. Ia mematung sejenak, menahan degup jantung yang sudah berpacu tak karuan. Ia bisa merasakan detak jantung sang adam yang lembut lewat punggungnya.

Gadis itu menggeleng kecil sebagai jawaban sebelum akhirnya ia tertawa kecil untuk melepas rasa canggung yang menghantui rongga dadanya. Ia berbalik badan, menatap manik sewarna darah milik Ace lekat-lekat untuk mengusir rasa khawatirnya.

Ace terdiam sesaat dan menghela nafas panjang. Sepertinya ia sedikit lega dengan jawaban [name] barusan. Jika dilihat lagi, gadis itu terlihat baik-baik saja namun entah mengapa rasa khawatirnya masih saja bersarang di rongga dadanya hingga menyisakan sesak.

"Mau bercerita? Aku akan mendengar semuanya." Jemari lentik milik [name] menggapai wajah Ace dan mengusapnya lembut.

Pemuda itu mengalih pandangannya menatap jendela samping yang menggambarkan bangunan tinggi tepi kota juga taman kota samping apartemen. Agaknya ia tersipu akan perlakuan kecil yang kekasihnya perbuat.

Pasalnya ini bukan perkara besar yang harus Ace pikirkan sebegitu kerasnya. Namun perkataan kakak tingkatnya kemarin sore selepas rapat organisasi selesai membuat semua kegiatannya menjadi tidak fokus.

Ace menghela nafas panjang, "Jadi… di tempatmu bekerja itu- sebenarnya ada yang lebih menarik 'kan?" ia berbicara dengan nada kecil di ujung kalimatnya.

[Name] sedikit mengernyitkan dahinya, menatap Ace sedikit bingung mengapa ia tiba-tiba bertanya demikian. "Banyak, mereka sangat ahli di bidangnya masing-masing. Rata-rata mereka berambisi besar untuk meraih posisi terting-"

"Bukan itu maksudku." Ace memotong ucapan [name] dengan raut wajah kesal. "Ugh. Seperti apa ya… laki-laki yang menarik perhatianmu, mungkin."

[Name] mengedipkan kedua matanya begitu menyadari bahwa ternyata kekasihnya ini cemburu. Ingin ia tertawa lepas menertawai kebodohannya yang tidak peka pada perasaan juga ekspresi lucu si bayi besar Ace Trappola.

Pada akhirnya tawa yang ia tahan itu lolos dengan mudahnya menjadi kekehan kecil. "Mana mungkin ada, rata-rata dari mereka sudah menikah dan mempunyai anak apa aku tega merebut suami orang lain?"

Ace masih cemberut dan malu melihat ejekan kecil kekasihnya. Menyesal sudah dibuatnya karena menanyakan hal barusan. Dasar kakak tingkat keparat, seharusnya ia tidak perlu berkata seperti kemarin hingga membuatnya overthinking seperti ini.

[Name] memeluk Ace dengan erat, tangan mungilnya mengusap punggung pemuda itu dengan lembut. Menyadari hal itu Ace menenggelamkan wajahnya pada ceruk sang puan, menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam untuk melepas semua kekhawatirannya.

Gadis itu hendak menyudahi pelukannya pada Ace namun tertahan karena tangan pemuda itu masih mengerat, "Baiklah bagaimana kalau kita minum teh bersama di kedai pinggir jalan dekat kantor pos?"

Ace terdiam sesaat, sepertinya ia masih merasa malu atas pertanyaannya barusan. Padahal tanpa pemuda itu tau ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan pada perut sang puan, ada sekilas rasa lega nan menenangkan pada dadanya, dan juga pikiran stressnya luruh seketika. Ia merasa sangat cukup memilikinya sekarang.

"Berangkat jam lima saja, biarkan aku begini dulu sebentar." Pelukan pada pinggang [name] semakin mengerat.

Lagi-lagi [name] hanya bisa tersenyum dalam diam. Mempunyai kekasih seperti Ace sama rasanya seperti memiliki bayi berukuran besar.

"Lucu." Kekehnya perlahan tanpa diketahui oleh sang tuan.

Satu rahasia yang pemuda itu tidak ketahui, bahwa sebenarnya minggu lalu ia baru saja dipecat dari kantornya. Berlari menuju kota tempat perantauannya dan mengunjungi apartemen yang dulu pernah ia beli tidak buruk juga. Mungkin beban pikirannya sudah mulai menguap satu demi satu. 

Setidaknya perasaan seperti ini lebih baik daripada pulang pada seribu rumah

-fin-

=====
Bincang-bincang author

Hai! Akhirnya aku balik ke dunia oren setelah hampir 24 purnama lamanya menghilank heuh. First of all aku mohon maaf karena ada banyak cerita yang digantung.

Kesalahan ku sendiri yang kurang profesional, jadi aku mohon maaf sama para reader-nim.

Tapi tenang aku bakal lanjutin ceritanya kok. Next chapter itu terakhir buat si anak ayam kesayangan kita yaitu

✨ Deuce Spade

Cukup sampe disini aja karena aku ga mau panjang-panjang sepanjang jalan kenangan mantan.

See ya!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro