Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Ketahuan

Playlist : GFRIEND – Rough

Hola! Summer Rain update!

Jam berapa kalian baca inii?

TENTUIN SEKARANG : RAIN ATAU THUNDER!

Jangan lupa ramein komen sama votenya ya! Biar Dy makin semangatt!!

Happy reading. Sayang kalian ^^

*

11

*

"Jadi cewek gue. Kita pacaran." – Thunder Dean Candrakusuma.

*

Summer tidak pergi ke UKS. Mungkin nanti, setelah ulangan Sosiologi di jam pertama selesai. Mau bagaimana pun, rasa takut akan amarah Papanya ternyata lebih besar dibanding keengganannya bertemu cowok baru itu.

Lagi pula hanya satu jam. Summer hanya perlu menghindarinya selama satu jam, setelah itu dia bisa menghindar untuk hari ini. Untuk hari-hari selanjutnya, Summer berharap cowok itu sudah melupakan insiden susu pisang.

"Cas! Hari ini kita tukeran bangku, ya!" Summer menepuk pundak Lucas begitu mereka masuk ke kelas, menarget bangku Lucas yang berada tepat di pojok kanan belakang.

Lucas mengernyit. "Kenapa sih, Bu Boss? Perasaan nggak lagi berantem sama Tuan muda."

"Emang nggak, lagi pengen aja."

"Sekarang ada ulangan loh, yakin?"

"Nggak masalah. Summer juga udah belajar kok. Udah ya, hari ini kita tukeran beneran."

"Oke deh. Buat Bu Boss, apa sih yang nggak?"

Usai mendapat anggukan Lucas, Summer bergegas pergi ke bangku cowok itu. meletakkan tas, duduk di sana dan menidurkan kepala ke meja. Lucas sendiri ikut bergabung dengan teman-temannya di sekitar Eva, membuat keributan dengan lelucon konyol, termasuk menggoda Eva seperti biasa. Sontak, gelak tawa menyelimuti suasana kelas, bahkan untuk teman-teman lain yang hanya melihat, termasuk Summer.

Akan tetapi, senyum Summer menghilang melihat bangku Karina di sebelahnya. Cewek itu memang duduk di barisan paling belakang, tepat di sebelah Lucas. Tapi, sudah beberapa hari bangku itu terus kosong tanpa kabar. Summer berharap, hari ini Karina muncul di sekolah.

Karina.

Karina hari ini masuk sekolah, nggak?

Kangen :(

Summer mengetikkan pesan untuk Karina. Berharap paling tidak, pesannya mendapat tanda baca. Tapi, selama beberapa menit, tidak ada yang berubah.

"Kenapa pindah tempat?" Pertanyaan Rain membuat Summer menurunkan ponsel, mendongak. Cowok itu sudah berdiri di sebelah mejanya, menunduk untuk mendekatkan wajah. Rain ternyata sudah datang setelah sebelumnya dihentikan guru di lorong untuk membahas Olimpiade.

"Biar enak kalau mau tidur. Masih rada pusing." Summer beralasan, enggan mengatakan jika alasan sebenarnya adalah menghindari bangku tidak berpenghuni yang berada tepat di pojok sebelah kiri—tempat yang pasti akan ditempati cowok baru itu. Bangku itu lebih dekat dengan bangku Summer, bahkan harus melewatinya.

Telapak tangan Rain yang dingin menyentuh kening Summer. "Emang masih rada panas. Habis ulangan langsung ke UKS aja, aku anterin."

Summer mengangguk, menahan senyum, menyembunyikan fakta jika memang itu yang dia mau. "Gimana tadi Olimpiadenya? Jadi dibolehin ikut Astronomi?" tanya Summer. Rain memang memiliki kebiasaan nyeleneh. Dibanding IPS yang merupakan jurusan mereka, cowok itu lebih suka mengikuti kompetisi untuk kebanyakan anak IPA. Dulu, Summer sering bertanya-tanya, dengan kepintarannya, kenapa Rain tidak masuk IPA saja? Tapi, seiring berjalannya waktu Summer berpikir, mungkin alasan Rain karena cowok itu dituntut melanjutkan bisnis orang tuanya.

"Jadi. Gapapa katanya."

"Ada berapa yang ikut?"

"Lima. Kelas XI ada dua. Aku sama Iris, anak IPA."

"Iris yang anak beasiswa itu?" Mendapatkan beasiswa di SKYLINE bukan hal yang mudah, kecuali murid itu benar-benar pintar. Jadi, tidak mengherankan jika seorang Iris mengikuti olimpiade. Tapi, tiba-tiba saja Summer teringat kejadian kemarin. Kenapa sih, cewek itu harus diam saja ketika dirundung Freya?

"Iya, dia. Aku juga udah bilang Mr. Collin, kalau buat MUN nanti aku mau ikut bareng kamu. Tapi, masih mau dibahas sama pembina klub MUN katanya," ucap Rain lagi, membuat Summer teringat dengan perkataan Draco dan Rain kemarin, padahal Summer sendiri sudah lupa.

Summer menegakkan tubuh, berniat menanggapi. Tapi, Rain sudah berbalik, menepuk punggung Rendi yang duduk di depan mereka. "Ren. Tuker tempat ya."

"Tumben?" Rendi berbalik, tapi mulutnya membentuk huruf o panjang begitu melihat Summer. "Woookeh," katanya sambil bergegas bangkit.

Summer yang memerhatikan itu mengernyit. "Lah, Rain. Kenapa ikutin Summer pindah?"

"Dih, siapa yang ikutin kamu?" cibir Rain sambil meletakkan tasnya di meja Rendi.

"Ini?"

"Lagi males aja di sana. Pengen yang deket jendela," kilah cowok itu. Di saat bersamaan, bel masuk berbunyi—hal yang kemudian memutus percakapan mereka. Rain beranjak duduk di tempatnya, sementara beberapa murid yang masih di luar berhambur masuk.

Tidak lama kemudian, Guru sosiologi masuk bersama sang wali kelas, Mrs. Emma, dan cowok nyebelin yang mati-matian dihindari Summer mengikuti di belakang mereka; Thunder. Cowok itu melangkah santai dengan kedua tangan masuk ke saku celana, dan sekalipun ia sudah mengenakan luaran almamaternya, tetap saja kesan urakannya masih terlihat dengan ujung seragam yang keluar dari celana dam ransel yang digantung asal.

Tunggu. Tas ransel. Jadi yang di meja tadi bukan tas cowok itu?

Summer mengerjap, melayangkan ke kursi pojok paling kiri, lantas menemukan Chen, teman sekelasnya sudah berpindah duduk di sana. Mengosongkan bangkunya yang ada di tengah-tengah berjarak dua baris dari depan. Jadi, bangku yang tersisa sekarang hanya bangku depan dan bangku Karina.

Tanpa Summer sadari, tubuhnya sudah menegak—penuh antisipasi. Perasaannya tiba-tiba terasa tidak nyaman. Tidak—cowok itu pasti tidak akan duduk di bangku Karina. Guru mereka pasti akan memintanya duduk di depan. Summer harus tenang—harus berpikir positif.

"Good morning, student," sapa Mrs. Emma. "Seperti yang kalian lihat, hari ini kalian kedatangan teman baru. Thunder, bisa perkenalkan diri kamu dulu?"

Sekalipun dengan raut wajah enggan, cowok itu mengambil satu langkah maju, kemudian mulai memperkenalkan diri. "Nama gue, Thunder Dean Candrakusuma. Pindahan dari Mentari High School Jakarta. Panggil Thunder aja."

Summer melihat cowok itu mengedarkan pandangan, hingga tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Satu detik. Dua detik! Terkesiap, Summer bergegas mengalihkan pandangan, meringis.

Demi Pika-Pikanya yang hilang, boleh tidak sekarang Summer berharap cowok itu sudah melupakan insiden susu pisang?

Beruntungnya, ketika Summer mencoba melirik lagi cowok itu, tatapan Thunder sudah teralihkan. Seketika Summer mengembuskan napas lega, cowok itu tidak mengenalnya—yang tadi hanya kebetulan.

"Baik. Terima kasih, Thunder. Untuk teman-teman yang ingin berkenalan dengan Thunder, bisa kalian lakukan setelah pelajaran." Suara Mrs. Emma mengakhiri perkenalan singkat Thunder. "Kamu bisa duduk di bangku kosong sebelah Laura," katanya lagi sambil menunjuk bangku kosong yang ada di tengah, membuat Summer kembali mengembuskan napas lega.

Sepertinya Summer sudah mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, padahal hari ini Tuhan sedang baik.

"Mrs, saya duduk di bangku belakang saja. Bareng teman saya." Sayangnya, jawaban Thunder membuat Summer kembali menatapnya dengan mata melebar, Di saat yang sama tatapan Thunder juga terarah padanya. Tidak—tidak mungkin yang dimaksud si cowok nyebelin itu dirinya sendiri.

Mrs. Emma langsung menatap Thunder. "Maksud kamu Summer?"

"Iya, Miss."

What?! Summer hanya bisa menganga, tidak bisa berkata-kata. Sumpah. Sejak kapan Summer menjadi temannya?! Bukan hanya Summer, bahkan Rain dan Eva ikut berbalik ke arahnya—menatap bingung, yang segera Summer respons dengan gelengan cepat.

"Kamu kenal?" tanya Rain.

"Nggak!" respon Summer cepat. Jangankan kenal, namanya saja baru Summer tahu tadi!

"Boleh, kamu duduk aja di sebelah Summer." Ucapan Mrs. Emma memutus percakapan mereka, apalagi tatapan wanita berkaca mata itu sudah beralih pada Summer. "Buat Summer, karena kamu temannya, nanti kamu saja yang temani Thunder berkeliling sekolah."

"Ha?" Sekali lagi, Summer hanya bisa menganga. Menemani? Cowok ngeselin itu?

"Mrs. Emma." Tidak berselang lama, Rain mengangkat tangan, meminta perhatian dari wali kelas mereka. "Biar saya atau yang lain saja, Miss. Summer lagi sakit. Setelah ulangan, dia mau izin ke UKS."

Lucas dengan sigap ikut mengangkat tangan. "Lucas yang paling ganteng siap, Miss!"

"Apalagi saya, Miss! Jangankan lapangan, saluran listrik sama gorong-gorong juga bakal saya tunjukin!" sahut Rendi.

Mrs. Emma tertawa. "Oke, tidak masalah. Saya suka kalau anak-anak saya rukun semua." Lalu, tatapan wanita itu beralih pada Lucas. "Thunder, kamu bisa duduk sekarang. Mrs. Chaterine, saya pamit keluar. Pelajarannya bisa dilanjutkan," ucap wali kelas itu lagi.

Sementara Mrs. Emma beranjak meninggalkan kelas, Summer memperhatikan ketika Thunder berjalan ke arahnya dengan langkah malas, kedua tangannya masuk ke saku celana. Parahnya, tatapan cowok itu terus terarah pada Summer.

Summer balas menatap cowok itu galak. Sudah terlanjur, dibanding kabur—lebih baik memang langsung Summer hadapi.

Thunder. Summer tidak tahu apakah cowok itu lahir di hari berpetir. Akan tetapi, Summer tahu nama itu sangat cocok untuknya. Persis seperti petir yang datang di saat hujan, kedatangan si petir ke sekolah ini juga sama sekali tidak diharapkan Summer. Jika tahu akan jadi begini, Summer pasti lebih memilih tetap duduk di tempatnya, bukan malah berakhir menjadi tikus konyol yang berlari ke jebakannya sendiri.

Cowok itu benar-benar duduk di bangku Karina. Untungnya, selama ulangan tidak ada interaksi di antara mereka. Setiap murid di kelas sibuk dengan kertas ulangan masing-masing, anehnya, tidak membutuhkan waktu lama hingga si cowok nyebelin itu tertidur. Apa ulangannya sudah selesai? Apa dia memang sepintar itu?

Summer melengos, membuang wajah, berusaha mengabaikan cowok tidak jelas itu. Fokus mengerjakan ulanganya, sampai akhirnya menyerah—meminta bantuan Rain untuk beberapa soal.

Rain dipanggil menghadap ke ruang guru tepat ketika ulangan selesai, entah untuk keperluan basket atau malah olimpiade. Tapi, sebelum itu, Rain bertanya lagi pada Summer.

"Beneran gapapa? Ayo, aku anterin ke UKS dulu."

"Nggak usah. Udah mendingan, kok. Kalau nanti sakit lagi, Summer minta anter Eva sama Sophie," jawab Summer. Rain tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk, Summer juga sempat melihat cowok itu melirik Thunder sebelum melangkah pergi.

Ketika jam pelajaran akan berganti, Summer sudah berniat bertukar bangku lagi dengan Lucas. Akan tetapi Summer tidak bisa mengabaikan panggilan Thunder yang ternyata sudah terbangun, apalagi cowok itu juga bukan memanggilnya dengan nama.

"Heh! Maling susu pisang! Nyari ini nggak?" tanya cowok itu.

Menoleh, mata Summer sontak terbalak melihat Thunder menyodorkan gantungan kunci pika-pika di tangannya. "Gantungan Pika-Pika Summer!" Summer buru-buru berdiri, mendekat, hendak merampasnya.

"Eits. Nggak semudah itu. Ini bayaran susu pisang gue yang lo colong tau," ucap Thunder sambil menarik gantungan Pika-Pika menjauh dari Summer.

"Mana ada! Balikin! Itu gantungan Pika-Pika Summer!"

"Mau ini balik? Ada syaratnya dong. Canda syarat."

Summer mendongak, mencebik. Menatap cowok yang lebih tinggi darinya itu dengan tatapan tajam. Sedikit risih, bukan karena merasa terintimidasi, tapi ia tidak suka dengan tatapan-tatapan ingin tau dari seluruh penjuru kelas.

"WOY! BU BOSS GUE MAU LO APAIN WOY!" Summer mendengar Lucas berteriak, cowok itu bahkan sudah berjalan ke arah mereka.

"Oke. Apa?! Mau Summer beliin susu pisang sekardus?"

Thunder tersenyum kecil, maju satu langkah. "Jadi cewek gue. Kita pacaran."

"Ha?" Tatapan Summer langsung blank. Bukan karena jarak mereka begitu dekat hingga ia bisa mencium wangi woody Thunder, tapi lebih karena ucapan gila cowok ini.

"Ini Summer nggak lagi terjebak di dunia wattpad, kan?" tanya Summer pada Lucas yang sudah berdiri di sebelahnya.

Lucas sudah akan menyahut, ketika suara Thunder terdengar lebih dulu.

"No sweetie." Thunder menunduk ke arah Summer, makin mendekatkan wajah mereka. "Jadi, gimana?" katanya lagi sambil mengedipkan mata.








TO BE CONTINUED.

___________________

HOPE YOU LIKE IT!

Spam 🌧️ di sini kalau kalian tim Summer - Rain

Spam ⚡ di sini kalau kalian tim Summer - Thunder

Spam 🌤️ di sini kalau kalian masih suka oleng

Spam ❄️ di sini kalau kalian bodo amat Summer mau jadi sama siapa. Yang penting Winter ganteng wkwkw

***

Summer yang dugun-dugun ditembak cowok pertama kali

Thunder. Penganut, kalau bisa cepet-cepet, ngapain ngaret? Toh, gue ganteng.

Tuan muda Rain, yang lemotnya kayak Pak Han. Bikin greget TT

AN :

TUAN MUDAAA. MUSIM PANAS KAMU DITEMBAK MAS PETIRR!! T.T

Gimana-gimana? Kapal Rain – Summer apa kabar?

Rivalnya Rain rada sinting sih ini. Masa baru ketemu lagi udah main nembak aja. Dikira wattpad kali ya? Eh, lupa. Kan emang wattpad wkwkw.

Udah 3 hari kayaknya dari Dy terakhir update. Makasih banyak udah mau nungguin. Kemarin-kemarin Dy sibuk jemput adek di Asrama, terus dilanjut quality time sama keluarga. Baru bisa ngetik lagi hari ini huhu

Ngomong-ngomong, part kemarin bisa-bisanya tembus 1K vote + 900 komentar lebih huhu. Makasih banyak yaa. Seneng bangettt ^^ Semoga part ini bisa lebih rame lagi yaaa.

Oh, ya. Summer Rain udah hampir 100K huhu. Dibanding work Dy di romance ini sebenarnya lambat sih, tapi Dy nggak tau—rasanya malah cepett bangett. Dy jadi takuuutttt. Makin banyak viewers, makin gede tekanan huhuhu. Ah, bodo amat ah sama viewers, yang penting Winter punya Dy. Setuju ndak?

Oke, see you soon! Sayang kalian ^^

With Love,

Dy Putina

Istri sah Jung Jaehyun

--yang ternyata nggak jadi munculin Iris di part ini wkwkwkw. Padahal kalian udah nggak sabar ketemu dia :')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro