Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21: Rasa Tersentuh

|

❤🌞🍉

D u a  p u l u h
S a t u

|



Irene memutar benda pipih silver di sela jari. Matanya terus terpaku pada benda tersebut. Sebuah Ipod silver dengan stiker smiley.

Kira-kira siapa pria bertudung hitam itu?

Bukan ketertarikan romansa atau apa. Hanya saja, Irene ingin berterima kasih pada pria itu. Mungkin dalam wujud satu atau dua traktiran.

Ia menyimpan kembali Ipod tersebut ke dalam koper yang sudah ia persiapkan. Kurang dari 1 minggu lagi ia dan Vante seharusnya kembali ke Seoul. Namun mengingat banyaknya barang yang harus dibawa, Irene pun mencicil pengepakan barang. Ia tidak suka terburu-buru dan meninggalkan barang bercecer. Maka, selagi ada waktu, ia akan mencicil pengepakan barang-barangnya.

Tunggu. Tetapi kalau dipikir-pikir, Irene belum pernah menelusuri isi Ipod itu. Matanya kembali mengintip pada celah koper. Lalu membukanya, dan mengangkat benda tersebut.

"Kalau aku membukanya... sopan tidak, ya? Apakah orang itu akan marah?" Irene bergumam sendiri.

Jari Irene menelusuri alat pendengar musik itu. Gadis itu menggigit bibir sebelum berbisik, "Aku lihat-lihat, ya. Maafkan."

Pandangannya berhenti pada satu judul asing. Nampaknya bukan sebuah judul lagu. Sebab ada tulisan to my son, V.mp3 tertera di sana.

V? To my son V?

Irene meneguk saliva. Berarti ini pemberian seseorang? Dan penerimanya adalah seorang anak laki-laki berinisial V? Jadi ... Pahlawan 75.000 won itu berinisial V?

Kurang lebih hipotesa seharusnya pasti seperti itu, bukan?

Dengan satu gerakan ragu, Irene menekan tombol main, membuat satu suara keluar dari sana.

*Haloㅡ*

Dan ia buru-buru mematikannya kembali saat suara serak seorang perempuan merembes ke telinganya.

Astaga. Ini pelanggaran privasi. Tidak sopan. Jangan lakukan, Rene.

Ini sungguh bukan urusanmu.

Irene buru-buru memasukkan benda tersebut ke dalam kopernya. Lebih terkesiap lagi saat Vanteㅡdengan cengirannya isengnyaㅡtiba-tiba masuk dengan pintu terbuka lebar, membuat Irene terkejut bukan main, hingga tidak sadar apa yang telah diraba ibu jarinya.

"Kaget, ya?"

Dengan wajah iseng, pemuda itu berdiri di daun pintu. Tetapi ekspresi cerah itu sirna saat benda pipih itu mengeluarkan suara yang sangat dikenalnya.

*ㅡkesayanganku, anakku, Vante.*

Keduanya terdiam. Itu suara ibunya Vante.

Buru-buru mematikan asal suara, Irene membalas terbata, "M-maaf. Aku tidak tahu itu ternyata punyaㅡ aku tak bermaksud..." dan mendadak terdiam saat melihat ekspresi datar Vante yang sulit diartikan.

"Maaf," Vante berucap pelan

"Itu memang milikku," tambahnya pelan saat Irene hanya membalasnya dengan hening.

Kepala Irene seolah terantuk ujung benda keras. Jadi, pahlawan 75.000 won-nya itu Victorius Vante Kim? Dan dia baru saja mendengarㅡsetengahㅡrekaman dari ibu Vante?

Kemudian Vante meraih tangan Irene, memindahkan Ipod tersebut dari tangannya yang mungil ke telapak Vante yang besar.

"Itu... dari ibuku."

Irene mendongak pada Vante yang sudah duduk di sebelahnya, "Maaf..." desis Irene satu kali lagi. Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Atau lebih tepatnya, reaksi apa yang tepat untuk menghadapi situasi ini?

"Kau mau mendengarnya?"

"A-apa?"

"Ini dari almarhumah ibuku. Kau boleh mendengarnya jika kau mau," Vante tersenyum manis. "Jika itu kau. Dan hanya kau yang boleh mendengarnya."

Vante memekam tombol play dan membiarkan suara serak milik ibunya bermain di telinganya dan telinga Irene.

*Ini mama, Sayang. Maafkan mama, sepertinya mama tidak sekuat kamu, Vante sayang.*


Irene menatap Vante yang tengah mendengar dengan napas tertahan. Nampaknya, meski pria ini kelihatan ceroboh dan suka sembrono sana-sini, hati pria ini diselimuti kelembutan. Bukan pertama kalinya bagi Irene untuk melihat sisi lembut dari Vante. Kala bintang dan bulan malam itu juga, ekspresi teduh penuh ketulusan milik Vante terlihat sama seperti momen ini.

*Mama harap Vante suka lagu yang mama berikan di sini. Jangan beritahu siapa-siapa, ya. Ini rahasia kita.

Oh, tapi kamu boleh membagikannya pada pacarmu nanti. Mungkin nanti kalau kau sudah punya pacar saat dewasa nanti.

Tidak sekarang, ya. Masih kecil.*

Vante terkekeh lucu, tapi hampir saja air matanya turun, ada kerinduan yang menyeruak di sana. Tapi sebelum tetesan bening itu berhasil mengalir, Irene sudah terlebih dahulu mengusapnya untuk Vante. Membuat jantung Vante hampir berdetak  menyadari betapa ia mencintai gadis ini dan takkan melepaskannya apapun yang terjadi.

"Terima kasih..." ucap Irene pelan.

"Terima kasih? Untuk apa?"

"T- tujuh puluh lima ribu won-nya. Aku sudah tahu itu kamu."


*Akan lebih bagus jika pacarmu juga mempunyai selera lagu yang sama. Ah, Mama banyak mau sekali, ya? Mama hanya bercanda, kok. Mama akan menyukai gadis manapun yang kausukai. Asalkan dia gadis baik-baik, tentunya. Mama ingin melihat gadismu. Mama ingin melihat kau membawanya dalam balutan gaun putih, dan kau dengan jas hitam yang keren.

Kau juga harus tumbuh tinggi dan gemuk! Makan yang banyak. Kalau tidak nanti jasmu kebesaran.

Kau juga harus rajin sekolah. Jangan sering bolos. Kasihan papamu nanti sedih, lho. Papa juga kan ingin kerja. Cari uang untuk beli makanan dan es krim buat Vante. Oke, Sayang?

Jadilah anak yang ceria. Banyak-banyak tersenyum, ya. Lakukan sesuai hatimu. Mama percaya pada hati Vante yang baik. Vante anak baik, 'kan?

Kalau nanti anak baik sepertimu sedih, jangan langsung menangis dan putus asa, ya. Mama tidak ingin lihat Vante menangis.

Kalau Vante sedih, kalau rindu pada seseorang, kalau Vante sakit, kalau Vante sedang merasa lemah atau butuh sandaran, ingat kata Mama untuk jadi anak yang ceria.

Semua pasti akan berlalu.

Kalau memang semua sudah terasa terlalu berat, lupakan semuanya.
Dengar musik dan menangislah sepuasmu.

Mama suka sekali dengan lagu-lagu itu. Sayang sekali mama tidak bisa mendengarnya lagi. Vante bisa gantikan mama untuk mendengar itu semua?

Nanti mama dengar bersama Vante di surga."*

Vante menggigit bibirnya erat. Matanya merah dan memanas. Berusaha menahan linangan tersebut mati-matian. Tapi gagal tatkala suara itu lagi-lagi kembali menyelip masuk ke telinganya.

*Mama sayang Vante. Sayang sekali.*

Dan di detik berakhirnya rekaman itu, air mata Vante turun dalam diam bersama dengan alisnya yang berkerut sedih karena menahan tangis. Perlahan Vante merasakan kehangatan saat sepasang tangan berpangku pada perutnya. Tangan lembut itu memeluknya erat. Erat sekali. Kemudian sang pemilik menyandarkan kepalanya pada punggung Vante sebelum berbisik pelan.

"Menangis saja. Aku tidak lihat."

Dan Vante benar-benar sadar akan seberapa rasa cintanya yang tak terbendungkan lagi. Ia berbalik dan mendekap gadis itu di dadanya, membiarkan telinga Irene menjadi saksi atas tiap detak jantungnya. Tangannya mendekap kepala sang gadis yang dielusnya pelan.

"Ya Tuhan. Pantas saja aku sangat menyukaimu."

Terdekap, Irene bergeming. Pupilnya bergetar. Dalam rengkuhan tersebut, Irene berusaha menyangkal semua pikiran dan perasaannya yang berantakkan. Ia memejamkan mata. Memilih diam dan menyerap satu per satu kata yang diucapkan Vante.

"Ada banyak hal yang ingin kulakukan. Melakukan ini, itu, di sana, di sini. Tetapi saat aku membayangkannya, selalu ada kau. Aku ingin kau selalu ada di sampingku.

"Kau pasti bingung. Tapi, aku juga tidak mengerti. Di saat aku tahu bahwa kau menyukai Dean dan takkan ada celah buatku, aku ingin mundur. Tetapi kau sangat lebih dari itu. Kau membuatku ingin menjagamu. Aku ingin maju. Dan aku di sini sekarang."

"Kau tidak perlu menjawab. Aku bisa menunggu. Aku akan menunggu sampai aku tidak perlu menunggu lagi. Kalaupun kau tidak ingin aku menunggu, aku hanya ingin kau tahu bahwa ini bukan lelucon atas insiden 1 traktiran 1 ciuman kita. Melainkan ini sebuah ketulusan. Yang hanya akan kupunya untukmu."

"Aku sayang padamu, Irene." []

_______

Notes:
Hiks. Baru pertama kali liat Vante nangis. *sobs*

Aku masih gak nyangka ini reach 7k 😭
Sayang kalian semua!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro