Suguru
Kamu pikir tidak ada hal yang spesial dari cerita Suguru, kisah yang dia utarakan kurang lebih sama saja dengan cerita yang bisa kamu dengar, tapi cara dia menyampaikannya, entah kenapa meyakinkanmu.
Namun mana mungkin kau akan mengakuinya.
Jadi selama bermenit-menit kalian berjalan menelusuri sekolah, kau mengikuti Suguru dari belakang sembari dia berjalan dengan santai.
Memutuskan untuk mengambil istirahat, kalian duduk di depan perkarangan sekolah.
"Belum ketemu?"
Suguru menyeringai. "Katanya tidak percaya hantu."
"Aku tanya biar cepat selesai!"
"Aku kan tidak memaksamu ikut."
Skakmat.
Kau benar-benar tidak suka anak ini.
Berpangku tangan, tiba-tiba matamu menangkap kilau ungu yang familiar.
Tersentak, kau mengikuti arah kilau itu dan menemukan kupu-kupu ungu indah yang membawamu pada Suguru.
Kau menjulurkan tanganmu dan dengan patuh, kupu-kupu itu hinggap di jarimu.
"Cantik ..."
Suguru memperhatikanmu dengan raut wajah terkejut sebelum digantikan dengan tawa pelan.
"Kau benar-benar bisa melihatnya?"
"huh, tentu saja." Kau mengernyit kebingungan, tidak mengerti maksud Suguru.
Kupu-kupu itu meminggalkan telunjuknya dan hinggap di jemari Suguru.
"Dia milikku." Suguru tersenyum lembut, menutup matanya.
Sesaat, di dalam batinmu kau berpikir bahwa Suguru sedikit tampan.
Saat Suguru membuka matanya, kedua iris ungunya terlihat bersinar bersama sayap kupu-kupu.
Lupakan.
Anak ini ternyata memang tampan.
"Tapi karena dia ada di sini, kurasa kita akan segera kedatangan tamu."
Tidak paham, kamu menaikkan kedua alismu. "Tamu?"
Tidak lama setelah suaramu keluar, suara langkah kaki ... bukan ... tangan yang merangkak cepat menuju ke arahmu.
Menoleh ke arah sumber suara, kamu tidak bisa menghentikan pekikan kencangmu saat melihat sosok berambut panjang yang merayap ke arahmu, tanpa kaki.
Suguru terkekeh sebentar, sebelum berdiri dan berjalan menuju mahluk itu.
Dalam sekali tepukan tangan dan kejipan mata, mahluk iti berubah menjadi benda bulat hitam seperti kelereng di tangan Suguru.
Menyaksikan itu semua, kamu terbata-bata.
"A-Apa yang, apa itu—apa yang baru saja terjadi—"
Matamu semakin melebar saat melihat Suguru menelan objek bulat tersebut. "Agh, rasanya tetap saja tidak enak."
Menoleh kembali ke arahmu, Suguru tersenyum hangat.
"Maaf, tak kusangka kau bisa melihat mereka juga. Sepertinya kau punya sedikit energi kutukan di dalammu. Tapi aku juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba kau bisa melihat mereka meski nyawamu sekarang tidak teracam." Suguru terus meracau, sedangkan kau hanya bisa duduk dengan mulut terkunci.
Sampai akhirnya namamu dipanggil dari kejauhan, itu suara teman-temanmu yang mencarimu.
"Oh, dijemput tuh." Suguru berkacak pinggang. "Karena tugasku sudah selesai, aku mau pulang."
Belum sempat kau mengucapkan apapun, Suguru sudah berjalan pergi.
Dia berhenti sebentar dan berbalik, "Makasih yah untuk malam ini. Seru juga."
Dia pun pergi ditelan kegelapan. Suara teman-temanmu yang khawatirmu terasa terendam saat itu.
Semenjak itu kalian tidak pernah bertemu atau bertukar sapa, meski sesekali berpapasan di lorong aekolah di bawah naungan cahaya matahari.
Uji nyali malam itu, dimenangkan olehmu dengan cerita tentang hantu tanpa kaki yang mencuri sepatu.
fin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro