kupu-kupu ungu
"Aku punya satu cerita." Teman sekelasmu menyeringai, jari telunjuknya berhadapan dengan bibir ranumnya, berharap kamu, beserta anak-anak lain mengunci mulutnya.
Di dalam kelas gelap gulita, dengan hanya bertemankan lilin sebagai penerangan satu-satunya, kalian duduk melingkar. Saling bertukar cerita paling seram.
Semua duduk dengan tegang, sedangkan dirimu duduk berpangku tangan dengan benak mengawang.
'Bosan,' pikirmu jenuh.
Sekumpulan anak smp yang haus mencicipi petualangan, dipenuhi semangat membara akan sensasi panas untuk melanggar macam-macam aturan, dirimu sebetulnya tidak paham.
Enggan dianggap sebagai anti-sosial yang tidak suka bergaul, saat tawaran untuk menyelinap masuk ke kawasan sekolah keluar dari mulut salah satu murid populer di kelas, kau dengan banyak perhitungan di kepala mengiyakan.
Sayang kalkulasimu salah. Tidak kau sangka akan semembosankan ini.
Jenuh.
"lalu saat aku membuka tirai itu-AHH!"
Suara pintu yang terbuka membuat teman-temanmu yang lain terperanjat kaget, mata mereka melotot ke arahmu.
"M-mau kemana?" tanya teman sekelasmu, mencoba menenangkan jantungnya yang berdegub kencang.
"Toilet," jawabmu singkat. Sebelum ada yang sempat bertanya lagi, kau menutup pintu dan pergi menyusuri lorong gelap.
Sunyi.
Cahaya bulan menyelinap masuk melalui celah jendela kaca, semakin kakimu melangkah lebih jauh, semakin kegelapan melahapmu.
namun tidak ada yang mampu menggentarkanmu, cerita hantu bodoh, atau sekedar gelap temporer tidak pernah membuatmu ketakutan.
Kau lebih percaya pada hal yang memiliki wujud dan pada penjelasan logis. Jika boleh sombong sedikit, kau merasa lebih superior dari anak-anak seumuranmu. Anggap saja dirimu narsistik, tapi disamakan dengan anak-anak yang ketakutan oleh suara tirai membuatmu jengkel.
Waktu berjalan cukup singkat untukmu, tanpa sadar kau sudah mencuci tangan di wastafel toilet, berhadapan dengan cermin besar.
Tidak ada yang mampu menggentarkanmu.
Bahkan sekelebat bayangan yang terlihat seperti baru saja merayap di dinding toilet.
matamu menatap cermin kaca untuk sesaat.
Kau memutuskan untuk mengecek matamu dan membeli kacamata besok pagi.
Membuka pintu toilet, kau kembali berhadapan dengan lorong gelap. Matamu berkedip pelan. Saat membuka mata, kau melihat serbuk ungu bersinar terhembus angin.
"Huh?" Matamu mengikuti arah kilau itu dan tidak jauh darimu, seekor kupu-kupu terbang, mengepakkan sayap ungu yang terlihat bersinar.
begitu menawan dan matamu dipenuhi binar.
Seakan terhipnotis, kau membiarkan kakimu berjalan mengikuti mahluk kecil itu, membawamu pada sebuah kelas kosong.
2-3.
Kedua tungkaimu seketika berhenti saat menyadari pintu gesernya terbuka, namun kejanggalan itu tidak memudarkan rasa ingin tahumu
Kau menengok ke dalam, mencari warna ungu yang mematik penasaranmu, seketika kau merasa seperti anak smp umumnya. Penuh gairah dan keingin tahuan.
Namun warna ungu lain balik menatap ke arahmu, netra indah yang seolah bersinar dari dalam kegelapan memusatkan sorotnya pada irismu
Nafasmu terasa tercekat.
Rambut hitam legamnya hampir tenggelam di dalam kegelapan, di punggungnya sebuah ransel sekolah bertengger.
Kau membuka mulutmu untuk bersuara, tapi dia mendahului dengan pertanyaan yang membuat dahimu mengernyit.
"Apa kau melihatnya?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro