Bocah aneh
"Hah, ngomong apa kau?" Begitu responmu. Tanganmu terlipat di depan dada sembari mengamati anak laki-laki di hadapanmu dari bawah ke atas. Kamu tidak mengingat dia sebagai salah satu siswa yang ikut uji nyali malam ini.
Rambut hitamnya tergerai menyentuh leher. Tubuhnya masih dibalut dengan seragam musim panas SMP kalian.
Matamu kembali mencari-cari kupu-kupu yang membawamu kemari, tapi nihil. Hilang seolah tidak pernah ada.
"Kau sedang apa malam-malam di sini?" tanyamu penuh selidik, curiga dengan keberadaan sang pemilik netra ungu tersebut.
Mengernyitkan keningnya, dia balik menatapmu dongkol.
"Aku bisa menanyakan hal yang sama padamu." Dia mengikuti gerakanmu, melipat kedua tangannya di depan dada.
Kamu terdiam dengan bibir cemberut, "bocah tengil," celetukmu.
Menyerah. "Uji nyali," jawabmu akhirnya. "Aku dan siswa lain sedang uji nyali karena sebentar lagi libur musim panas."
Kamu mendengarnya mendengus.
"Bodoh sekali."
Sebetulnya kamu setuju dengan pendapat itu, tapi mendengar itu darinya membuatmu ingin memukulnya di tempat.
"Lalu apa yang kau lakukan di sini?" tanyamu lagi, kukuh ingin tahu tujuannya menyelinap masuk ke area sekolah di malam-malam buta.
Dia nampak terdiam sejenak, sebelum memamerkan senyum kecil.
"Mencari hantu."
Kamu ingin meludahinya saat itu juga.
"Itu lebih bodoh lagi."
Mengabaikanmu, dia berjalan menuju pintu keluar. Tangannya melambai sembari melangkah pergi.
Matamu tidak pernah lepas dari sosoknya, sampai ia berbalik, seolah merasakan tatapanmu melekat pada punggungnya.
"Kenapa? Mau ikut?" Dia tersenyum miring, menatapmu dari balik bahunya.
"Toh kau sedang uji nyali kan?"
Berpikir sejenak, kau akhirnya membiarkan kakimu melangkah mengikutinya.
Tidak ada salahnya berkeliling sekolah ketimbang terperangkap dalam lingkaran anak smp yang saling menukar cerita horror murahan.
"Siapa namamu?"
Dengan senyum di bibirnya, dia menjawab,
"Suguru Geto."
-
"Soal pertanyaanmu di kelas itu, maksudmu melihat apa?"
Kalian berjalan melangkah beriringan, matamu sesekali mencuri pandang pada Suguru yang juga masih mengendarkan pandangannya menyusuri lorong.
"Ya, hantu. Apalagi?" Dia melirik ke arahmu, tapi senyum usil di wajahnya membuatmu semakin ragu.
"Yang namanya hantu kan tidak ada," sahutm.
"Kalau begitu kenapa kau ikut uji nyali kalau tidak percaya hantu?" Suguru menatapmu heran.
"Tidak ada kerjaan, lagian sulit menolak permintaan anak populer di sekolah." Ingatanmu berputar pada kejadian tadi siang. "Manusia itu mahluk sosial, jadi aku hanya mengikuti alur."
"Cara bicaramu seperti bukan anak smp saja."
Kau tersenyum bangga, menangkap ucapan Suguru sebagai pujian.
"Kedengaran terlalu pesimis dan tak punya jiwa."
Tanganmu sedikit lagi sampai ke pipi Suguru.
"Setidak aku tidak terdengar sakit jiwa," balasmu sinis. "Mencari hantu, memangnya kau dukun?"
Suguru tidak menjawab dan hanya tersenyum.
Dia terlalu sering tersenyum dan tiap kali dia melakukannya, tanganmu berkedut ingin menghapus garis di wajahnya.
bocah aneh.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro