Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Kejanggalan (1)

Aksara refleks bangkit dari tidurnya. Dia mencoba untuk tidak begitu mengganggu saudaranya yang sedang tidur. Setelahnya dia menutup mata. Siapa yang dia bohongi sebenarnya? Dia menolak untuk memberi tahu orang-orang tentang kejadian yang sebenarnya. Bahkan jika dia bercerita, Raka tidak akan percaya. Tentu saja. Itu adalah saat yang paling menyebalkan untuknya.

Hanya dia yang melihat kejadian itu. Dirinya tidak tahu haru bagaimana. Namun, ini semua mungkin ada hubungannya dengan Sukma Aditya. Seberapa kali dia menolak, dia semakin yakin. Mungkin ayahnya benar. Aksara pun mengambil ponsel di atas nakas dan memeriksanya. Ini masih pagi dan sepertinya dia perlu pendinginan. Namun, ini terlalu dini untuk melakukannya.

Dia berinisiatif untuk menunggu sambil membaca beberapa artikel dari ponselnya. Beberapa berita segar naik ke permukaan. Selain tentang gosip di dunia hiburan, Aksara melihat beberapa berita tentang rilisan terbaru Sukma Aditya muncul. Ini sukses membuat dirinya penasaran. Jadi dia memutuskan untuk menggunakan ponsel satunya lagi. Sehingga ayahnya tidak perlu mengintrograsi dirinya jika ada artikel berita Sukma Aditya yang dia baca. Karena sebelum-sebelumnya, dia tahu berita tentang Sukma itu dari para gadis yang meminjam ponselnya. Jadi dia bisa membuka kembali dan bilang kalau yang mengakses adalah teman-temannya.

Surya Sanjaya itu mengerikan dan andai dia ambil jurusan Teknik Komputer, dia mungkin bisa mendapatkan keamanan untuk ponselnya sendiri. Jadi IT ayahnya tidak bisa membobol data yang ada padanya. Bahkan kalau bisa, dia ingin belajar langsung di bawah naungan IT Perusahaan Sanjaya.

Dia pernah belajar beberapa kali, tetapi tidak paham. Akhirnya Aksara disibukkan dengan pekerjaan rumah dan lesnya. Dia tidak punya ruang untuk bergerak sama sekali. Kadang dia merindukan kehidupan normal.

"Kak Aksa, kakak udah bangun?" ucap Raka. Aksara hanya tersenyum. "Apaada yang mengganggu, Kakak?"

"Begitulah. Aku berpikir untuk mengambil foto di taman dekat komplek. Dengan begitu tugas kelompokku selesai," ucap Aksara asal. Dia masih enggan untuk tidak bercerita. Padahal dia harus memberitahukan ini pada Raka. Menjauhkan laki-laki itu dari Sukma Aditya untuk sementara waktu.

Cukup persaudaraan ayah dan pamannya saja yang retak. Dia tidak mau mengulangi hal sama dengan membiarkan saudaranya dalam bahaya. Hanya itu yang dirinya inginkan. Tidak kehilangan orang berharga dari orang lain. Aksara lalu melihat jam. Ini sudah cukup untuk mengajak Raka olahraga. Dia lalu mengurungkan niatnya untuk membaca artikel terbaru.

"Ka, pemanasan dikit yuk. Aku mau menyegarkan otak dulu," ajak Aksara.

"Kak Aksa, ini masih pagi dan aku mager. Ada lem di kasur ini, jadi aku enggak bisa pergi ke mana-mana," ujar saudaranya.

Aksara tersenyum. Namun, laki-laki lebih tua setahun itu pun mengganggu saudaranya. Dia tidak akan berhenti mengganggu sampai Raka menuruti permintaannya. "Ayo, Raka. Anggap aja ini MPLS ulang. Ini juga udah enggak begitu pagi kok, jadi kita bisa lari keliling komplek."

Raka mendengus. "Baiklah, Kak Aksa. Tunggu aku sebentar. Masih mau ngumpulin nyawa."

Setelah bersiap-siap. Raka dan Aksara segera menyiapkan diri. Lalu entah halusinasi mereka saja atau bukan, tetapi mereka dapat mendengar suara burung mirip elang. Namun, tidak mungkin di sekitar komplek ada burung seperti itu. Raka paling tahu suasana komplek tempat tinggalnya. Sementara Aksara merasa ini juga janggal. Lalu dari mana pula suara embusan angin yang begitu besar hingga bisa membuat kaca-kaca bergetar. Ini bukan gempa buku.

Saat itu pula, Aksara mengajak Raka keluar rumah. Mempercepat kegiatannya. Mungkin itu memang halusinasi, menurut Raka. Sementara angin hanyalah kebetulan belaka. Raka sempat meminta saudaranya untuk menggagalkan acara ini. Di luar dingin, alasannya.

Namun, Aksara tetap pergi. Dia ingin menghapus rasa penasaran di dalam hatinya. Tanpa peduli, dia membuka pintu rumah dan wajahnya pucat seketika.

"Apa ini?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro