Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Izin

Andhira sadar di hari ketiga dengan kehadiran seorang wanita yang memakai jas putih. Walau jarang melihatnya di jalanan, tetapi dia tahu kalau profesi itu dimiliki oleh dokter. Terutama wanita yang ada di kamar ini memiliki stetoskop yang menggelantung di leher. Sepertinya benda itu yang beberapa kali menempel pada permukaan kulitnya.

"Em." Lenguhan pelan gadis itu seolah menyampaikan pesan pada wanita yang ada di sana.

Ya. Orang yang tidak dikenalnya itu pun segera berbalik. Wajahnya memancarkan senyum, kayaknya dokter anak yang menangani dengan baik pasiennya. Walau begitu, wanita ini tidak ada di dalam list pertemanannya, dia takut jika dokter ini —atau bahkan bersekongkol dengan Paman Dirga untuk melakukan hal aneh padanya.

Ah! Apa yang Andhira pikirkan? Itu kan tidak mungkin. Jatayu mengenal Paman Dirga. Jika ayah dari Raka ini bukanlah orang baik-baik, dia tidak akan mungkin dikirimkan ke mari oleh Jatayu. Jadi untuk sementara dia pun berdiam diri, menunggu wanita yang tidak dikenalnya bicara lebih dahulu.

"Sepertinya kamu baik-baik saja. Syukurlah. Dirga memintaku untuk menjaga kamu sementara waktu. Pria itu sibuk dengan urusannya," jelas sang dokter padanya.

"Kak Raka dan Kak Aksara?" gumam Andhira pelan dengan ujung matanya yang masih mencari kedua sosok itu di dalam kamar. Namun, tidak ada tanda-tanda apa pun soal itu.

"Mereka berdua sedang sekolah. Kalau kamu membutuhkan sesuatu, bilang saja padaku. Ah, kamu bisa memanggilku Dokter Clarissa atau Bibi,"ujar Dokter Clarissa dengan senyumnya.

Dia lalu bertindak mengambil gelas untuk Andhira. Gadis itu tahu betul yang diinginkan olehnya, air untuk melepas rasa yang tidak enak di tenggorokannya. Setelah itu Dokter Clarissa pun menyuguhkan beberapa obat yang entahlah Andhira tahu apa itu.

"Dokter Clarissa, apa yang terjadi sebelumnya?" Suaranya lebih lemah dari yang dia kira. Sepertinya sudah terlalu lama dia tertidur. Ya, tiga hari bukanlah waktu yang sebentar bagi orang yang pingsan secara mendadak.

"Kamu hanya terkejut akan sesuatu. Mungkin juga akibat kamu terluka sebelumnya. Bagaimanapun kamu terluka parah waktu itu, sulit membenarkan kalau kamu baik-baik saja," jelas Dokter Clarissa.

Andhira kembali diam. Itu memang benar. Dia seharusnya tidak lekas sembuh dengan tulang patah dan memar di mana-mana. Jika bukan tanpa Jatayu yang menyembuhkannya, mungkin dia akan terbaring dalam waktu yang sangat lama. Sudah terlambat baginya untuk menyelamatkan Sinta, mungkin juga anak-anak lainnya.

Ponsel Aksara yang berada di atas nakas berbunyi. Segera saja dia mengambilnya. Dokter Clarissa tidak melarang. Justru wanita itu meminta izin untuk menemui Paman Dirga. Tidak lupa menitipkan pesan untuk berteriak memanggilnya agar ketika Andhira membutuhkan sesuatu, dia bisa datang tepat waktu.

Andhira hanya mengangguk. Tidak berminat mengeluarkan suaranya. Tidak pada orang yang baru dikenalnya. Meski sepertinya Dokter Clarissa sangat berjasa untuk kesembuhannya—selain Jatayu tentunya. Andhira lalu membuka ponsel dan masuk ke aplikasi percakapan.

Grup yang berisi mereka bertiga, Trio wek-wek, aneh namanya. Grup itu khusus untuk membahas Sukma Aditya. Perkembangan, keanehan, misi dan lainnya yang berkenaan dengan Sukma Aditya ada di sana. Tidak ada pembahasan di luar itu. Hal-hal pribadi lebih suka dibicarakan personal oleh kedua laki-laki yang merupakan saudara itu. Ah benar juga, dia sudah dua hari melewatkan misi harian dari Sukma Aditya berarti.

Kak Aksara : Dugaanku benar, ada seseorang yang menyelidiki Sukma Aditya juga. Dia yang mencoba mengorek informasi sampai kemarin semua pemain perlu konfirmasi lagi.

Kak Raka : Tapi siapa? Ayah tidak mungkin masuk ke dalam aplikasi dengan sembrono.

Kak Aksara : Aku lebih curiga dengan anak-anak. Mungkin ada yang mau melakukan kecurangan. Kamu tahu, pembajakan sekarang kan banyak.

Kak Raka : Kakak benar. Tapi memangnya ada anak-anak seumuran kita atau bahkan di bawahnya yang punya keterampilan sejauh itu?

Kak Aksara : Aku akan coba tanya Yerim, anak kepala sekolah itu. Siapa tahu dia tahu apakah sekelas kita juga mampu mengupas Sukma Aditya atau tidak.

Andhira tidak paham dengan pembicaraan ini. Namun, dia tidak mau hanya menyimak saja. Dia ingin mengapresiasi dengan lanjut menjawab percakapan mereka. Entah apa pun itu.

Andhira : Tidak ada yang tidak mungkin. Kakak ingat, kemunculan Atma pun sangat mendadak. Aku rasa orang yang terampil ini muncul karena rasa penasarannya.

Kak Aksara : Andhira? Kamu sadar?

Raka : Wow! Syukurlah. Bukannya kamu harus beristirahat lebih lama?

Andhira : Aku bosan hanya berbaring, jadi aku ingin membuka grup ini. Oh ya, aku jadi ingat sesuatu. 

Raka : Dan apakah itu?

Andhira : Ketika aku belum sadar, aku bertemu dengan Jatayu dan atma Rama. Tidak aneh kalau Jatayu mengenalku karena dia selalu bersamaku di dalam kalung ini. Namun, Rama juga berkata kalau dia mengenalku dengan baik, sebaik Jatayu. Menurut Kakak, apa maksudnya?

Aksara : Yang aku tangkap, sepertinya Rama mengenalmu dan tahu siapa kami sejak menjadi atmamu di Sukma Aditya.

Raka : Kalau begitu, setelah pulang, kita harus bertanya pada Sempati dan Garuda. Terutama ketika ada misi yang berkaitan dengan kehadiran mereka.

Aksara : aku setuju. Sekarang kamu jangan banyak berpikir @andhira. Istirahat saja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro