Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. Rama

Ketika dia bangun, semuanya gelap. Tidak. Sebenarnya dia belum bangun.

Andhira mencoba melihat ke sekelilingnya. Bukankah ini tempat di mana mimpi buruknya terus berlangsung selama bertahun-tahun? Aneh sekali, tidak ada suara yang sering memanggil dan membuatnya merinding. Jadi dia memutuskan untuk menjelajah, siapa tahu Andhira akan menemukan jawaban dari segala mimpi buruk yang ditemuinya.

"Andhira berhenti. Jangan melangkah lebih dari itu." Suara itu muncul entah dari mana. Atau justru dia yang tidak bisa melihat sosok yang mengucapkan itu.

"Jatayu?" panggilnya asal, tetapi tidak ada sahutan lebih lanjut dari itu. Apakah bukan Jatayu yang memanggilnya? Rasa penasaran dalam dirinya semakin memuncak.

Perlahan dia pun berjalan mundur, seraya mencari asal suara yang didengarnya. Berulang kali dia menyebutkan nama Jatayu. Memaksa kehadiran burung raksasa itu di tempat ini. Dia terlalu cemas. Sampai punggungnya berbenturan dengan sesuatu.

Andhira refleks menengadah. Dalam kegelapan, dia hanya bisa melihat samar-samar wajah burung tersebut. Jadi dia tidak bisa memastikan kalau itu Jatayu atau bukan.

"Jatayu?" panggil Andhira lagi.

"Ya Andhira, jangan pergi ke sana," balas Jatayu dengan larangannya sekali lagi, "Rahwana ingin menghancurkanmu."

"Kenapa Rahwana harus menghancurkanku? Apa karena aku ingin menyelamatkan Kak Sinta?!" Andhira bertanya dengan nada tinggi dan air mata yang terurai dari pipinya. Jatayu tidak membalas lagi. Dia muak.

"Karena kamu ancaman baginya. Dalam permainan ini, kamu adalah ancaman terbesarnya," jelas Jatayu, "aku ingin menceritakan segalanya. Namun, aku tidak berhak dan aku takut kamu malah nekat pergi menemui Rahwana melalui alam bawah sadar ini."

Andhira menggeleng tidak paham. Bagaimana seorang manusia biasa dan penuh kekurangan sepertinya menjadi ancaman Rahwana? Apakah ini ada hubungannya dengan keterkejutan Paman Dirga? Namun, dia tidak yakin seorang pria dewasa yang sangat baik dan mendukung itu adalah salah satu kawanan musuh. Dia tidak yakin tentang tentang itu. .

Tidak pernah yakin.

Jatayu adalah partnernya selama ini, tanpa dia sadar sudah berapa tahun. Dia hanya tidak paham, kenapa harus dia yang mendapatkan nasib sesial ini. Jatayu lalu merentangkan sayapnya, sehingga ada angin yang dia dapat rasakan untuk saat ini. Angin penyejuk pikirannya.

"Jatayu aku mohon jelaskan sedikit tentang permainan ini padaku. Aku ingin mengetahui cara untuk mengembalikan Kak Sinta dari tangan Rahwana!" ujar Andhira penuh keyakinan, meski air matanya baru saja jatuh kembali.

"Mengalahkan Rahwana itu sangat sulit. Bahkan jika aku bisa menahanmu, lebih baik lupakan saja Sinta. Jangan dekati permainan ini. Sayangnya kamu lebih nekat, sesuai dugaanku," sindir Jatayu seraya burung itu menurunkan sedikit kepalanya. Sehingga, mereka bisa lebih bertatapan.

Andhira memang merasa kalau dia nekat. Namun, tidak ada yang salah jika ini mempersoalkan keselamatan sahabat dan keluarganya yang tersisa. Bagaimana pun, dia harus menyelamatkan Kak Sinta. Gadis itu terlalu berharga jika harus dia abaikan. Lagi pula sahabat itu ada dalam suka dan duka, 'kan?

Jatayu kembali berbicara, kali ini dengan suara yang lebih merdu dari biasanya. "Sukma Aditya yang sedang dimainkan oleh kamu dan lainnya adalah permainan untuk meningkatkan kreativitas. Seharusnya. Sayang sekali, ada bug yang masuk dan menyerang pada Rahwana. Sehingga permainan ini mengikuti pola pikir dari pembuat bug itu

"Untuk menghentikannya, kita harus melawan Rahwana. Namun, hanya denganku, Sempati dan Garuda saja tidak akan bisa. Mustahil kamu bisa menang hanya dengan kami saja."

Andhira termangu. Benar juga. Dia tidak mungkin memang dengan membawa tiga burung yang Paman Dirga katakan akan menjadi sangat kuat. Rahwana bukanlah lawan bagi Jatayu. Bahkan berhasil kabur waktu itu saja sudah menjadi suatu keajaiban.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Andhira lagi. Seakan tidak ada pertanyaan lain yang harus dia utarakan.

Suara gemericik dari arah lain pun dapat dia dengarkan. Sayangnya di tempat gelap ini, dia tidak tahu siapakah yang sedang melangkah ke sini. Walau itu sudah pasti bukan Rahwana. Mengingat bentuknya yang sudah sangat besar, suara yang ditimbulkannya pun tidak akan selemah itu. Minimal saja, pijakannya akan bergetar.

"Jatayu! Jawab aku!" Andhira memaksa, tangannya menyentuh bulu-bulu dari burung itu. Untung tidak sampai tercabut.

"Ada yang lebih berhak menjawabnya ketimbang aku, Andhira." Gadis berambut panjang sebahu itu tidak paham. Dia terus mendesak. Meminta jawaban atas pertanyaannya. 

"Apa lagi?" ucap seorang laki-laki yang entahlah siapa, "Kita harus mencari pengguna Atma yang menggunakan adikku dan sahabatku. Mereka berdua bisa membantumu untuk mengalahkan Rahwana."

."Adik dan sahabat?" ucap Andhira mengulangi ucapan laki-laki tersebut.

"Benar. Kita perlu Laksamana dan Hanoman. Menggabungkannya dengan Garuda dan Sempati. Dengan begitu, Rahwana akan lebih mudah dikalahkan. Dan kamu akan menemukan kembali jati dirimu, Andhira," jelas laki-laki tersebut.

Andhira agak tidak paham. Lalu matanya membelalak. Dia ingat sesuatu. Jika membahas Laksamana dan Hanoman, maka apa mungkin ... orang yang mengucapkan itu adalah Rama? Bukankah Rama adalah Atma dalam permainan yang baru-baru ini dia mainkan?

Bagiamana dia bisa menyangkutpautkan soal jati dirinya?

Andhira berjalan mendekat, tanpa Jatayu melarangnya. "Apa ... kamu juga mengenalku sebelumnya? Tapi bukankah kamu tidak seperti Jatayu yang sejak lama menemaniku melalui kalung ini? Bagaimana bisa ...."

"Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Aku tidak bisa mencampuri takdir seperti dewa. Aku hanya permainan, Andhira. Tapi ya, aku pun sangat mengenalmu sebaik Jatayu mengenalmu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro