Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Garuda

Aku akan kembali,

Mengarungi antar dimensi sekedar bertemu,

Aku akan kembali.

Andhira mendengarkan suara itu lagi. Entah berasal dari mana, tetapi etak jantungnya berdetak lebih kencang. Seakan dirinya sudah kehilangan akal, Andhira berlari keluar ruangan sampai membuat ketiga laki-laki yang ada di sana pun kebingungan. Aksara ingin mencegah, tetapi lagi-lagi Paman Dirga menahan. 

"Andhira, jika kamu pergi kamu mungkin tidak akan bisa kembali. Tolong tahanlah dirimu terlebih dahulu," ucap Paman Dirga dengan suara yang sangat besar.

Raka pun segera menoleh, gadis itu berhenti melangkah. Namun dari tangannya dia masih gemetar. Lagi pula, gadis itu belum sembuh benar. Berlari seperti itu bisa membuatnya semakin sakit. Raka tahu kalau gadis itu tidak berpura-pura sakit, karena Dokter Clarissa pun menjelaskan yang sebenar-benarnya. Mana mungin diagnosa yang diberian adalah kebohongan belaka.

Andhira, gadis itu berbalik. Tangannya gemetar, dia merasa ketakutan. Tidak. Dia lebih merasa dendam. Dia tidak mau bertemu dengan raksasa itu lagi. Namun, dia lebih tidak mau ada Sinta-Sinta yang lain. Dia tidak mau mereka hilang. Perasaan aneh dan suara itu akan menuntunnya. Andhira pun menyeka air matanya.

"Paman, terima kasih sudah merawatku. Namun, aku tidak bisa mengabaikan suara yang ada di dalam benakku. Terakhir kali aku mendengarnya, sahabatku hilang. Sekarang, monster raksasa itu juga pasti ingin merebut seseorang lagi," jelas Andhira di tengah isak tangisnya. Air mata yang turun seakan pertanda rasa sedihnya. Yang dirasakan oleh gadis itu pasti sudah sangat berat.

"Andhira ... kita baru bertemu kembali, tetapi sekarang kamu justru memikirkan orang lain. Yang mereka incar adalah dirimu. Raksasa dan monster itu mengincar kamu. Mereka hanya ingin melenyapkan kamu, Nak," jelas Paman Dirga.

"Tapi kenapa, Ayah? Apa yang sebenarnya ayah sembunyikan soal ini. Apa Ayah mengetahui sesuatu tentang dia dan apa hubungannya dengan Sukma Aditya," tukas Raka.

"Ini bukan lagi permainan, Raka. Sesuatu yang menyebabkan keluarga Andhira tiada adalah permainan ini. Ayah tidak tahu bagaimana bisa sistem mereka masuk melalui Sukma Aditya," balas ayahnya seraya meletakkan surat tersebut di atas meja. "Untuk kali ini Keluarga Sanjaya pun akan sulit melacak developernya. Ayahmu, Aksara,  memiliki alasan yang sangat kuat untuk tidak membawa dirimu masuk ke Sukma Aditya. Mungkin dia menduga hal ini."

"Intinya, Paman hanya ingin mengatakan ini bukanlah permainan biasa? Apa itu berarti keinginan para pemenang, apa pun itu akan jadi kenyataan?" ucap Aksara penasaran.

Alih-alih berharap tidak. Satu-satunya orang dewasa itu mengangguk. "Bisa ya dan tidak. Kita seperti mempertaruhkan peluang. Bisa saja dengan mengikuti sampai tamat, orang yang kalian katakan menghilang bisa kembali."

"Romi ... bisa kembali? Jika begitu, Ayah ... tolong izinkan aku ikut bermain dalam permainan ini. Aku perlu menyelamatkan Romi!" Raka berseru penuh semangat dan bahkan berdiri dari tempat duduknya.

"Nak, ini bahaya! Ayah tidak mau kamu terluka jika harus menyelamatkan orang lain," kilah ayahnya.

"Paman benar, Raka. Tolong pikirkan baik-baik," timpal Aksara yang mengambil ponsel saudaranya. Dia tidak mau pula saudaranya jadi korban.

"Sudah cukup. Silakan kalian berdebat, aku akan tetap pergi bersama Jatayu," ucap Andhira lantang.

Dirga memijat pelan pelipisnya. Orang-orang berkata jika berkumpul dengan yang muda, dia bisa jadi lebih mudah. Namun, nyatanya beban pikirannya semakin berat. Tiga anak remaja di sekitarnya dalam bahaya. Dia tidak bisa bertindak ceroboh dengan mengatakan ya pada mereka.

"Ayah, aku selalu menurut padamu. Dan Ayah selalu tahu apakah yang kulakukan adalah benar atau tidak. Aku mohon, kali ini pun ... percayalah dengan apa yang aku lakukan," ucap Raka yang lalu merampas kembali ponselnya dari Aksara. Dia dengan cekatan menekan tombol ya. Seketika zona abu-abu pun muncul kembali di seluruh ruangan. Ayahnya menghilang secara tiba-tiba. Meninggalkan Aksara saja.

"Tempat apa ini?" gumam Aksara.

Raka mengangkat bahu. Namun, dia lelah berdebat. Segera saja dia pun berlari keluar, Aksara tidak mau sendirian dan firasatnya cukup buruk. Mereka lalu melihat seekor burung gagak, besar dan seolah-olah sedang memangsa sesuatu.

Menjijikan. Raka melihat setengah badan manusia di paru burung gagak itu. Ini lebih mengerikan daripada yang dilihatnya tadi siang. Bagaimana cara mengalahkannya? Burung gagak itu berkali-kali lipat ketimbang ukuran aslinya.

"Raka. Ini berbahaya. Kita harus kembali," ucap Aksara penuh pertimbangan. Seketika suara burung gagak itu mengganggu pendengaran Raka, tetapi tidak dengan dirinya.

Perlahan dia pun bisa melihat ada sebuah layar transparan di hadapannya. Dia seolah dilindungi oleh sesuatu. Namun, dia tidak tahu apakah itu memang benar atau tidak. Lalu, dia merogoh sakunya. Ada benda persegi di sana. Entahlah apa. Jadi dia segera menariknya. Itu ponsel keduanya.

================

ANDA DALAM MODE BETA. INI HANYA AKAN BERLANGSUNG SEKALI DAN AKAN HILANG KETIKA ANDA MENOLAK UNDANGAN.

================

Aksara bungkam. Sementara Raka tidak bisa berdiam diri saja. Dia pun menggunakan ponselnya dan mengarahkan ke depan. Keras-keras dia pun mengucapkan, "SEMPATI."

Aksara bisa melihat seekor burung besar muncul. Terbang begitu tinggi dan menjadi salah satu cahaya dari zona abu-abu ini. Sementara Burung Gagak yang menjadi lawannya pun melepeh sesuatu dari mulutnya. Segera saja kembali membeo dengan suara burungnya itu.

"Aku enggak sangka, kamu bakal muncul kalau aku panggil kayak gitu. Jadi berasa keren deh. Lain kali—" Tiba-tiba ucapan Raka terpotong karena burung raksasa satu itu sudah melancarkan protesnya.

"GAAK! GAAK! GAAAAK! Brrr."

"Iya, iya ... maaf. Aku gak paham tapi aku tau kamu marah. Jadi Sempati, lawan dia!" titah Raka seraya menunjuk Burung Gagak raksasa di hadapan mereka.

"Gaak!"

"Raka kamu bisa memahami ucapannya?" tanya Aksara.

Tentu saja Raka menggeleng. "Aku gak paham dia ngomong apa. Jadi aku tebak-tebak aja. Kalau aja ada yang paham Sempati ngomong apa, aku bakal memperkerjakan dia walau sebatas nerjemahin bahasa burung."

Baru berbicara sebentar, Sempati justru terbang membawa Raka. Bersamaan dengan seekor Burung Gagak yang muncul secara tiba-tiba di samping Aksara. Kakinya melemas. Seakan keberaniannya terenggut saat itu juga. 12 tahun belajar menjadi penerus Sanjaya tidak ada gunanya di arena pertempuran ini.

Burung Gagak itu tidak melirik ke arahnya, tetapi kembali melihat pada Raka dan burung bernama Sempati. Lalu, burung raksasa berwarna hitam itu pun segera melesat. Hampir mengenai mereka. Kecepatan yang tidak masuk akal. Bahkan dia bisa melihat bagaimana Raka tidak bisa menahan lebih lama lagi untuk berpegangan pada monster tersebut.

Jantung Aksara berdetak kencang. Alih-alih melihat pada kematian saudaranya. Dia memilih mengambil ponsel dan menerima undangan.

Seekor burung hampir menyerupai Sempati muncul. Lebih berwarna emas dan lebih besar. Mata yang tajam itu mengingatkannya pada sesuatu. Aksara yakin dirinya tidak salah lihat. Sama halnya dengan kolom notifikasi itu.

==========

ANDA MENDAPATKAN ATMA PERCOBAAN.

GARUDA


TERIMA        TOLAK

Selesaikan Misi untuk memperoleh Atma secara permanen.
=============

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro