Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 19: Closed

BAB 19 – Closed

Kabar menyebar dengan luas, tak mengenal waktu setelah penangkapan Takuma dan kasus penindasan yang dilakukan oleh Ichigo terungkap. Hal ini dibuktikan saat Akari berjalan di koridor, bisik-bisik segera memenuhi lorong tersebut. Ia menghela napas, memaklumi. Memang tak dapat dielakkan, sebab telah merenggut berbagai nyawa. Menyedihkan, ia bahkan tak tahu apakah di balik bising kecil yang dilakukan oleh orang lain itu adalah suatu kebenaran atau hanya gossip menyenangkan semata. Mereka tak tahu, terbuai oleh apa yang dihidangkan di hadapan mereka.

"Yah, bagaimana bisa Ryoume-kun melakukan hal itu? Kujou-san sendiri aneh, ya? Tidak menyadari padahal sudah lama bersama."

"Bukannya ia melakukan hal itu agar bisa semakin terkenal?"

"Benar, bisa jadi ia terlibat dalam pembunuhan tersebut dan angkat tangan saat Ryoume-kun ditangkap, bukan? Toh, mereka berdua terlihat sangat dekat."

Para murid itu berbicara dengan rasa tak bersalah.

Lagipula, ia tak mampu untuk mengendalikan pikiran dan perasaan orang-orang, meskipun rasanya ingin sekali memukul mereka karena hal tersebut keliru. Namun, ia mengurungkan niat. Ada hal yang lebih penting dari mengurusi omongan tersebut. Lantas, sampailah gadis berkacamata itu di tujuan, memperhatikan pintu dengan papan bertuliskan Houkago Club.

Ia menggeser pintu tersebut, mendapati sosok pirang familiar yang telah keluar dari rumah sakit, meskipun ia tahu pasti bahwa tangan kanan itu masih terasa sakit. Lalu, ia memutuskan untuk melangkah masuk ke ruangan. Setelah duduk, pemuda itu mulai mengangkat suara, meskipun masih berdiri seraya menghadap ke jendela, melihat pemandangan bunga sakura di balik kaca, "Nampaknya di luar berisik sekali, ya. Kalau mereka berkata yang tidak mengenakkan mengenaimu, laporkan saja padaku, Senpai. Aku siap memberi mereka pelajaran."

"Lebih baik, jangan berbuat yang aneh-aneh, Hanakawa. Biarkan saja mereka. Rumor akan reda dengan sendirinya, kok."

Mendengar penolakan ketus yang diberikan padanya, Iori terkekeh lalu mengambil tempat di samping sang gadis berambut hitam yang tengah fokus dengan ponsel genggamnya. Iris hijau itu melirik, memperhatikan dalam diam.

Hasil Konferensi Pers Kasus Bunuh Diri di Hanagaoka

Kamis, 4 April 2018

Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh berbagai siswi Yuigaoka beberapa tahun silam tak lain disebabkan oleh aksi penindasan anak kepala yayasan sendiri, Nishiyama Ichigo. Selain merangkap menjadi Ayah, Nishiyama Yoshio mengaku bahwa tidak mengetahui sama sekali mengenai tingkah laku anaknya sendiri dikarenakan banyaknya pihak yang tutup mulut dengan tindakan tak bermoral itu, salah satunya adalah para guru.

Penindasan ini mendorong banyak korban, terutama pada siswi di klub seni lukis. Kasus ini pun dapat diungkap melalui aksi teror yang dilakukan oleh Ryoume Takuma di rumah sakit beberapa hari lalu. Ternyata, tiga korban bunuh diri yang berasal dari Hanagaoka adalah pelaku penindasan di Yuigaoka. Ryoume Takuma menyatakan kalau ingin membalas dendam terhadap para pelaku yang telah membuat sepupunya meninggal. Meskipun begitu, kejahatan ini tidak bisa dibiarkan, sehingga kepolisian memutuskan untuk mengambil tindak lanjut. Untuk sementara, siswa SMA ini akan ditahan, sebelum menerima sanksi selanjutnya.

Nishiyama Yoshio sendiri tidak menuntut apa pun perihal anaknya yang meninggal akibat teror, selain itu ia juga meminta maaf kepada seluruh pihak keluarga korban Yuigaoka dulu. Konferensi Pers berakhir dengan pernyataan Nishiyama Yoshio mengenai akan memperhatikan lebih terhadap keadaan yayasan yang ia kelola, baik itu Yuigaoka maupun Hanagaoka, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Kasus bunuh diri ini pun ditutup. Kepolisian juga akan lebih berhati-hati dalam menyelidiki kasus serupa, sehingga tidak akan banyak korban yang berjatuhan.

"Ah, Kujou-senpai membaca artikel yang baru diterbitkan hari ini, ya?" tanya Iori, tidak sengaja mengintip isi artikel yang tengah dibaca oleh Akari. Gadis itu mengangguk dalam keheningan, lalu mematikan layar ponselnya dan menatap balik pada lawan bicaranya. Mendapati Akari yang masih berkutat dengan pikirannya, lantas Iori segera bangkit, mengambil minuman di dalam lemari lalu memberikan sebotol ocha itu. Iori melanjutkan, "kepolisian Jepang tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Jadi, kurasa kita sendiri yang harus waspada. Ini, jaga kesehatanmu, Senpai."

Akari mengerjap, memejamkan mata sejenak dan membalas, "Padahal kau tidak perlu melakukan hal merepotkan seperti ini. Tapi ... terimakasih."

"Mana mungkin merepotkan. Aku hanya tidak menyukai ekspresimu yang seperti itu saja. Mah, karena Senpai masih sering ke sini meskipun kasus yang kita selidiki sudah selesai. Bisa kuanggap kalau Senpai sudah resmi jadi anggota klubku?" tanya Iori, melemparkan candaan kecil.

Sudah jelas pergantian situasi ini cukup menjadi pukulan bagi Akari. Kehilangan dua sosok yang dekat dengannya. Walaupun tak gadis itu ungkapkan, Iori memahami kalau Akari kesulitan dalam mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan yang ia miliki. Canggung, kasar, dan terasa dingin di luar. Namun, bukankah semua itu hanyalah bentuk kamuflase akibat ketidaktahuannya dalam mengambil tindakan?

Sungguh manis.

Jika Iori lebih tua darinya, bisa jadi ia akan menggoda gadis itu sepuas hatinya. Sikap Takuma yang selalu mendominasi dalam percakapan, kini dimengerti olehnya. Tetapi, Iori perlu menahan diri. Ada batasan yang perlu dijaga.

"Apa kau memikirkan rumor tentang Ryoume-senpai? Tenang saja, aku rasa, aku sudah membereskannya."

Akari berdecak sebal ketika Iori menemukan dengan tepat kegelisahannya. Namun, beberapa menit kemudian, dahinya mengerut. Mendengar kalimat terakhir, terasa cukup mengganjal dan membingungkan, "Membereskan? Apa kau melakukan sesuatu mencurigakan di belakangku?"

"Mah, tidak perlu khawatir! Aku hanya minta tolong pada Nanase-senpai dan Manami-senpai saja. Jangan menatapku seperti penjahat begitu, dong."

"Baguslah, kupikir kau akan macam-macam lagi seperti Taku. Tidak lucu kalau kau mengulang kesalahan yang sama. Kalaupun memang benar kau berniat melakukannya, aku tidak akan menolongmu dan jangan bawa-bawa Nanase atau Manami-san. Jatuh sendiri sana," tutur Akari sinis.

Apa ini yang dirasakan oleh Nanase-senpai dan Ryoume-senpai setiap hari? Iori membatin, tertawa dalam hati. Ia merasa lega, reaksi yang diberikan oleh Akari adalah tingkah lakunya seperti biasa. Dalam artian, ia berhasil mengurangi kekhawatiran tersebut barang secuil saja. Saat ingin membuka mulut, mendadak ada dua kehadiran yang menginterupsi, memasuki ruangan dengan terburu-buru.

"Hanakawa-kaichou, aku membawa Hinami-chan bersamaku—eh, hum, Kujou sedang apa di sini?"

Katsuya menampakkan diri seraya menarik lengan Hinami. Ekspresi melongo terpampang jelas di wajahnya. Sementara, Hinami melambaikan tangan pelan seolah ragu untuk masuk akibat tindakan bodoh temannya tersebut. Akari mendengkus kasar, "Kenapa, Nanase? Memangnya aku tidak boleh berada di sini, huh?"

"Bukan begitu maksudku! Argh, pokoknya ojamashimasu!" serunya frustrasi karena berada ditatap seolah seperti tengah dipojokkan Akari, lalu melangkah masuk. Tanpa basa-basi, Hinami langsung memberikan sebuah recorder kecil kepada Iori.

"Kerja bagus, Manami-senpai. Terimakasih banyak, ya."

"Tidak, hal ini bukan apa-apa. Aku hanya tidak menyukai rumor tidak benar yang beredar. Toh, artikelnya sudah keluar. Seharusnya ... gosip tersebut mulai mereda," ujar gadis dengan model rambut twintail tersebut. Ia memasang raut wajah memelas, merasa prihatin pada Akari. Menyadari bahwa hal inilah, sebuah permintaan yang dimaksud oleh Iori sebelumnya. Hinami mengedarkan pandangannya, bertemu dengan iris hitam gelap milik Akari, "Kujou-san ... apa kau baik-baik saja?"

Pasti Hinami merasa tidak enak pada gadis berkacamata itu, terdengar dari suaranya yang cukup takut-takut. Akari tak bisa menyalahkannya, sebab Hinami pernah didorong oleh Takuma hingga jatuh, meskipun hanya menderita luka ringan. Dipikir lagi, apa semua yang berada di dalam ruangan ini tulus dalam berteman dengannya setelah kejadian itu? Lagipula, tak ada keuntungan yang bisa didapatkan dengan mempertahankan hubungan rapuh ini.

Konflik dalam pikirannya segera terhenti ketika telunjuk Iori mendarat pada pipi putihnya. Akari mengerjap saat mendapati seluruh mata memandang padanya. Sebelah alis gadis itu terangkat, kebingungan. Iori pun mengangkat suara, "Senpai pasti berpikiran negatif lagi, ya?"

"Eh, apa kau benar-benar merasa tidak enak badan?"

"Kalau kita berbicara mengenai Kujou, sudah pasti dia selalu memendam pikirannya sendiri, hum!"

"Heh, hanya khayalan kalian saja," balas Akari, terdengar dingin, namun sudut bibirnya melengkung, membentuk senyuman tipis. Tanpa berniat untuk diungkapkan, sepertinya yang lain sudah mampu membaca dia layaknya sebuah buku yang terbuka. Ia pun kembali menjawab seraya menatap Katsuya dan Hinami secara bergantian, "aku baik-baik saja, Manami-san, terimakasih. Ngomong-ngomong, apa ... kalian berdua tidak dendam denganku? Kenapa sampai perlu repot-repot untuk membantu membersihkan rumor yang beredar? Bukannya ... kalian membenci si bodoh itu?"

"A-ah, soal itu, Kujou-san—"

"Kau benar, hum! Aku membencinya!"

Katsuya menyela dengan nada membaranya, membuat Iori mengernyit tidak suka. Sikap tak sopan tersebut segera saja menghasilkan cubitan kecil pada pipi sang pemuda, dilayangkan langsung oleh gadis dengan ikat dua tersebut. Meskipun Katsuya mengaduh kesakitan, Hinami mengabaikannya sembari menghela napas, "Maafkan dia yang berisik seperti ini. Kujou-san benar, aku cukup tidak suka pada Ryoume-san yang mendorongku hari itu. Kalau saja, aku tidak berpegangan pada ranting pohon, mungkin aku akan terluka parah dan tidak bisa ikut turnamen basket. Tetapi, Kujou-san tidak salah. Tidak ada alasan untukku tidak membantumu."

Akari membulatkan irisnya, terkejut.

Ini adalah pertama kali, Hinami berbicara tegas padanya. Dengan perawakan lemah lembut dan selalu tidak enakan pada yang lain itu, membuatnya berpikir kalau Hinami kesusahan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Namun, bukankah yang terjadi di kenyataan saat ini adalah sebaliknya?

"Hum, Hinami-chan benar! Malahan, aku kesal dengan mereka yang membicarakan buruk mengenaimu, Kujou. Mereka tidak tahu apa-apa, tetapi beraninya berkata seperti itu! Setelah semua penderitaanmu—hmph!"

Hinami segera menutup mulut Katsuya sebelum ia mengoceh lebih jauh. Lantas, ia menunduk sejenak, "Kalau begitu, kami akan undur diri dulu. Ji-jika perlu sesuatu, jangan sungkan untuk meminta tolong pada kami."

Gadis itu mencoba menyeret Katsuya sembari menutup pintu, membuat kehadiran mereka berdua perlahan menghilang dari pandangan Iori dan Akari. Sekarang, hanya bersisa pemuda pirang dan gadis berkacamata tersebut dalam ruangan.

"Perekam suara itu, isinya apa?"

"Oh, aku hanya akan meluruskan sedikit berdasarkan data rumor di sini. Artikel konferensi pers tadi cukup berdampak besar. Seharusnya, kalau aku menambahkan artikel singkat dengan alias anonymous, itu juga akan berpengaruh, sih. Lagian, aku tidak bisa sembarang menulis tanpa tahu situasi, bukan? Toh, mereka berdua juga sudah membantu menyebarkan bahwa Senpai tidak bersalah dalam kasus ini. Aku juga perlu membantu," jelasnya dengan seringai kecil.

"Rumor akan berhenti dengan sendirinya."

"Tapi, tidak ada jaminan kalau itu tidak akan membuatmu ditindas. Aku ini, paling tidak suka kalau yang kusayangi terluka."

Melihat sifat keras kepala Iori hanya mampu membuat Akari mendesah pasrah. Ia mengerjap, selama mereka tidak berlebihan, nampaknya ia perlu untuk mengizinkan mereka. Ia sendiri merasa berterima kasih telah dipertemukan oleh ketiga sosok tersebut. Mungkin, dengan ini, ia bisa berhadapan kembali dengan Akane, meminta maaf padanya.

"Hanakawa, bisa temani aku hari libur nanti? Ada ... suatu tempat yang ingin kukunjungi."

"Boleh saja, kebetulan aku juga ingin mengunjungi suatu tempat," balas Iori seraya menyunggingkan senyum. Ia merasa lega, Akari mulai membuka hatinya pada orang-orang di sekitarnya, tak menutup mata setelah melalui berbagai kejadian yang menyakitkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro