Maukah Kamu Mendengarkan?
Assalamu'alaikum!
Ah, saya merasa malu saat muncul di work saya sendiri. Ahem. Tapi saya harus menyelesaikan tugas saya. Kali ini, saya mereview salah satu karya favorit saya. Juga penyair favorit saya.
Want to know? So, enjoy it!
Judul buku : Maukah Kamu Mendengarkan?
Karya : Zhafir Akalanka
Genre : Drama, Slice of life
Tahun terbit : 2020
______
Buku ini berisi pecahan-pecahan cerita dari hati seorang penyair. Benar, Zhafir Khairan Akalanka adalah seorang penyair, dan Maukah Kamu Mendengarkan adalah novel pertama sekaligus buku keduanya. Buku pertamanya merupakan kumpulan syair berjudul Jika Aku Boleh Berbicara. Dan keduanya diterbitkan secara self-publishing.
Sebuah memoar tentang kisah hidup seorang anak manusia yang mengarungi kehidupan dengan bahtera bahagia, karam tenggelam oleh derita dan terdampar di pulau bijaksana—yang membuatnya menemukan siapa sebenarnya dirinya.
Setelah membaca pembukaan yang seperti itu, bagaimana saya tidak tergugah? Bahkan rasanya kalimat tersebut mampu mewakili keseluruhan cerita. Dan begitulah cerita dimulai.
Sudut pandang
Di suatu malam, Ayah dan Ibu baru saja menyelesaikan ibadah tahjjud bersama-sama dengan damainya. Kakak perempuan yang masih berumur dua tahun sedang tertidur lelap. Dan aku, bersama para malaikat sedang menyaksikan kemesraan Ayah dan Ibuku dari dunia yang berbeda.
Di awal, cerita ini menggunakan sudut orang pertama. Dan yang menarik adalah, si 'aku' mulai bercerita tentang dirinya bahkan sebelum ia terlahir ke dunia. Dan si 'aku' ini tidak pernah diketahui namanya sampai akhir cerita.
Selain si 'aku' sebagai pemeran utama. Ada beberapa POV yang menggunakan sudut pandang pertama 'aku' sebagai pemeran sampingan. Ada juga bagian yang menggunakan POV 3. Dan dari sudut pandang ini, mereka menyebutnya 'Si Cupu'.
Jadi, cerita ini menggunakan sudut pandang campuran.
Kekurangannya, pergantian sudut pandang kadang membingungkan. Dan, pembawaan gaya bahasanya terlihat agak mirip untuk beberapa tokoh. Poin plusnya, narasi disampaikan dengan baik sehingga aku bisa merasakan menjadi si 'aku'.
Alur
Di awal, si 'aku' menceritakan sekilas tentang dirinya dan kisah pertemuan orang tuanya. Lalu kelahiran kakaknya hingga kelahiran dirinya yang menimbulkan konflik antar keluarga. Setelah itu, pembaca disuguhkan adegan yang sangat berbeda. Di mana seorang pemuda—yang sepertinya si 'aku' di masa depan—tengah berada di stasiun dan menunggu kereta Taksaka. Hanya sekilas, cerita kembali ke si 'aku' dan konflik keluarganya yang mengharuskan ia merasakan perpisahan untuk pertama kalinya.
Alur yang berganti-ganti dari masa kini ke masa depan memang sekilas membingungkan, tapi menarik di sisi lain. Membuat pembaca bertanya-tanya, sekiranya apa yang terjadi di kemudian hari sehingga membuatnya menjadi pribadi yang seperti itu?
Setting
Bogor. Tegar Beriman. Akhirnya aku tiba di kota kelahiranku ini. Dari balik jendela mobil Paman yang menjemputku di Stasiun Gambir, aku melihat rintik hujan mulai menyambutku. Pepohonan yang berjejer dan beragam jenis di sepanjang jalan Tol Jagorawi, membuat kesan sejuk khas Kota Bogor begitu terasa.
Cerita ini berlatar di sebuah desa di tanah Jawa, Bogor, dan Jakarta. Deskripsi tempatnya memang tidak terlalu detail, tapi cukup jelas dan mudah dipahami. Sementara deskripsi suasana cukup membuat pembaca ikut merasakannya.
Penokohan/Karakter
"Baiklah, aku mau jadi … pengembara."
Itu adalah jawaban si 'aku' ketika ditanya apa cita-citanya jika dewasa nanti oleh kedua sahabatnya saat masih SD. Tokoh 'aku' adalah seorang introvert. Sejak kecil, dia memiliki otak yang cerdas dan pemikiran kritis yang unik serta rumit. Anak manusia yang sangat perasa, banyak diam dan lebih suka memperhatikan sekitarnya. Tapi ia menyimpan 'monster' dalam dirinya.
Si Cupu menekuk lututnya dan memungut satu persatu barang-barang berharganya tersebut. Suara olok-olok dan cemoohan para bedebah itu berubah menjadi gema. Yang sedang terdengar dalam hatinya hanyalah suara monster yang pernah ia kenali dan dahulu selalu ia takuti. Kini, monster itu berada di pihaknya untuk membantunya. Namun, Si Cupu tetap menahan dan terus menahannya hingga nampak getaran tangan dan bibirnya.
Dari deksripsi tersebut, dapat diketahui pula bagaimana si tokoh melalui konflik. Bahkan saat terluka, dia tak pernah berkata-kata. Hanya menderita sendirian. Bergelut dengan pikirannya sendiri, hingga ia cenderung overthinking.
Masalah dan derita demi derita yang ia lalui, membuatnya menjadi seseorang yang memiliki self-defense dan self-awareness yang tinggi. Ia tidak akan pernah bercerita, tidak sampai seseorang mampu membuka hatinya.
Narasi/Deskripsi
Dari beberapa cuplikan di atas diketahui, narasi dan deskripsi yang digambarkan, tersampaikan dengan baik. Pengolahan kata dan memperbanyak show daripada tell membuat pembaca mampu meresapi perasaan yang dialami tokoh.
Gaya Bahasa
"Kalau suaramu terlalu lemah untuk didengar, mungkin aksaramu renyah untuk dibaca.
Cobalah tulis semua luka hati itu ke dalam wujud cerita—
yang penuh hikmah.
Karena kasih yang patah—
selalu bisa menjadi kisah yang indah."
Gaya bahasa yang digunakan, seperti pemilihan diksi dalam novel ini sangat baik. Indah dan mudah dipahami.
Mekanisme
At least, mekanisme dalam novel ini cukup baik. Tidak ada typo, atau penulisan yang tidak tepat. Hanya saja, dalam penggunaan titik dan koma, penulis tidak mengikuti kaidah yang sudah dutentukan. Seperti menyimpan tanda koma setelah tanda petik, atau tidak membubuhkan tik di akhir kalimat. Pernah saya bertanya kepada penulis, mengapa ia membiarkannya seperti itu? Dan ia berkata jika ia sengaja membuatnya seperti itu dan dalam sistemasi penulisan, ia kurang suka terikat aturan.
Well, tidak akan ada yang protes karena dia membuat dan mencetak karyanya sendiri. Dan ajaibnya, hal itu tidak mengganggu saya saat membacanya, padahal biasanya saya sangat risi dengan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mungkin karena saya terlalu larut dalam cerita, dan terlalu patah hati untuk peduli.
Baiklah, terakhir, di bagian akhir cerita ini, ada kalimat yang sangat saya sukai. Kalimatnya seperti ini.
"Because to be reborn, you need to die first."
_____
Ya, sekian review-ku mengenai novel Maukah Kamu Mendengarkan? Semoga bermanfaat.
Sampai jumpa di review berikutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro