Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7a

Ruang tamu terlihat penuh sesak saat kedatangan Raylee dan Aiman. Keduanya ditemani seorang sopir dan dua pengawal pribadi yang berjaga di luar. Membawa banyak sekali parcel, dengan berbagai varian isi. Parcel itu diletakkan di meja, buffet, dan memenuhi lantai karena terlalu banyak. Kyomi meneguk ludah, saat melihat buket bunga indah di letakkan dekat pintu. Di sampingnya, kedua orang tua serta adiknya hanya melongo, menatap Raylee tak berkedip.

Laki-laki itu terlihat mendomimasi ruangan, duduk dengan wajah datar menatap mereka. Mata elangnya menyapu ruangan tapi tidak mengatakan apa pun. Aiman berdehem pelan.

"Pak Sejawat, apa kabar?"

Sejawat Abadi tersenyum kikuk. "Ka-kabar baik, Pak."

"Apakah hari ini semuanya berjalan lancar?"

"Iya, Pak."

"Sudah makan?"

"Makan malam? Be-belum, Pak. Tapi, kalau Pak Aiman dan Pak Raylee ingin menikmati makan malam, kami bisa menyiapkan."

Entah keberanian dari mana, Sejawat Abadi menawari makan pada seorang direktur. Tentu saja itu hanya basa-basi, tidak mungkin Raylee menerimanya.

"Ibu masak apa hari ini?" Raylee bertanya langsung pada Nurlaila.

"Sambal goreng ati kentang dan ceplok telur," jawab Nurlaila dengan gugup.

Raylee mengangguk. "Bagus, nanti kita makan setelah urusan selesai."

Bukan hanya kedua orang tuanya yang tercengang, Kyomi bahkan terheran-heran karena perkataan Raylee. Apakah laki-laki itu memang datang untuk makan atau sekedar mengobrol? Dengan enteng bertanya soal makan malam, dan bersikap seakan akan tinggal di sini semalaman.

Nurlaila bertukar pandang bingung dengan suaminya. Mereka bertanya-tanya tentang situasi aneh yang sedang mereka alami sekarang. Kyomi menunduk, berpura-pura tidak tahu menahu, meskipun dadanya berdebar tak menentu.

Raylee menatap Sejawat Abadi lekat-lekat, menilai laki-laki itu dengan sikapnya yang sangat sopan. Setelah pembicaraan tentang makan malam, mereka kembali tak bersuara. Aiman melirik bossnya, ingin mengatakan sesuatu tapi menahan diri. Raylee akhirnya bicara dengan ketegasan seorang pimpinan pada anak buahnya.

"Pak, saya datang untuk melamar Kyomi. Kami akan menikah bulan depan!"

Hening. Semua orang terlalu kaget dan tercengang.

"Mungkin ini terlalu terburu-buru, tapi percayalah. Saya akan memperlakukan Kyomi dengan baik. Karena itu, mohon doa restunya."

Kyomi terbatuk kecil, kembali melirik orang tuanya yang kali ini melongo dengan wajah memucat. Kashi pulih lebih cepat. Diam-diam menyengol rusuk Kyomi, ingin bertanya apa yang terjadi. Kyomi enggan menjelaskan pada suadaranya. Hany menunduk dan berharap cara lamaran ini cepat selesai.

"Anda sedang bercanda, Pak?" tanya Sejawat Abadi.

Raylee menggeleng. "Tidak. Menurut Pak Sejawat kenapa saya sampai datang ke rumah ini kalau memang tidak ada keperluan penting. Tentu saja karena Kyomi." Ia mengalihkan pandangan dan menatap Kyomi lekat-lekat. "Kyomi, kenapa kamu diam saja? Coba kamu jelaskan pada papamu."

Kyomi meneguk ludah, tenggorokan terasa kering dan lutut lemas seakan tidak bertenaga. Kedua tangan saling bertaut di depan tubuh. Menatap Raylee dengan bingung.

"Tidak usah takut. Ayo, cepat bilang pada orang tuamu kalau kita saling mengenal dan akan menikah."

Desakan Raylee membuat Kyomi memberanikan diri. "Pa, Ma, Kyomi akan me-menikah dengan Pak Ray. To-tolong restui."

Bagi Sejawat Abadi, tidak ada yang lebih mengagetkan selain mendengar rencana anak gadisnya untuk menikah. Ia orang tua yang modern, memberikan kebebasan penuh pada anaknya untuk memutuskan masa depan dan keinginannya, tapi menikah dengan seorang Raylee adalah hal besar.

Kyomi boleh merengek meminta ponsel, motor, ataupun uang untuk jajan, ioa masih bisa mengusahakan untuk memenuhinya. Tapi, memohon untuk menikah adalah sesuatu yang mengejutkan. Anaknya baru menginjak usia dua puluhan. Masih banyak waktu dan kesempatan untuk berkembang, tapi nyatanya malah memilih untuk menikah. Sejawat Abadi menghela napas panjang, menatap anak gadisnyta lekat-lekat.

"Kamu tahu apa yang kamu minta, Kyomi?"

"Ya, Pa."

"Kamu paham artinya menikah?"

"Ya, Pa."

"Kamu siap untuk meninggalkan rumah ini, mengikuti kemana pun suamimu pergi?"

Kyomi memejam lalu mengangguk. "Iya, Pa. Kyomi siap."

Tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat kekecewaan di raut wajah sang papa. Kyomi hanya bisa menjawab setiap pertanyaan sang papa dengan hati nyeri. Mengerti kenapa rasa kecewa itu ada di mata sang papa. Selama ini orang tuanya bekerja keras karena ingin memberikan pendidikan tinggi untuknya dan Kashi. Kini malah membuat mereka terperenyak karena rencana untuk menikah. Orang tua mana yang rela anaknya menikah di usia belia meskipun dengan laki-laki kaya sekalipun.

"Bagaimana kamu mengenal Pak Ray?"

Pertanyaan Sejawat Abadi kali ii dijawab oleh Raylee. "Ijinkan saya yang menjawab, Pak. Kami kenal di kafe, saat Kyomi sedang magang."

"Tapi, itu baru sebentar saja terjadi."

"Memang, tapi hati kami tergetar satu sama lain."

Nurlaila mengusap punggung tangan suaminya, meminta kesempatan untuk bicara. "Kyomi, apa kamu hamil?"

Kyomi melongo. "Tentu saja nggak, Mama. Memangnya orang menikah muda sudah pasti karena hamil?"

Nurlaila bernapas lega. "Mama hanya tanya, takutnya memang kalian menyembunyikan sesuatu."

"Percyalah Bu, kami tidak menyembunyikan sesuatu," sela Raylee cepat. "Ada cinta tulus yang kami rasakan satu sama lain. Hanya itu."

Raylee tidak tahu apakah perkataannya terdengar tulus atau tidak. Apakah kedua orang tua Kyomi mempercayainya soal pernikahan. Ia hanya mengusahakan yang terbaik untuk memuluskan rencananya. Ia menatap Kyomi dan satu pikiran terlintas di benak.

"Pak, saya bisa menjanjikan satu hal yang mungkin bisa membuat kalian tenang. Kyomi akan tetap kuliah dan menyelesaikan pendidikan bahkan setelah kami menikah. Tentu saja,. biaya tanggung jawab saya."

Sejawat Abadi menunduk, menatap tangan sang istri yang mengusapnya. Ia tahu makna dari sentuhan itu. Istrinya menyetujui gagasan soal Kyomi akan menikah. Ia sendiri bukannya tidak setuju, hanya saja ada perasaan mengganjal. Kenapa orang sekaya Raylee ingin menikahi anaknya. Namun, Sejawat Abadi memilih untuk bersikap bijak dengan tidak beertanya soal ini.

"Baiklah kalau begitu. Terpaksa atau tidak, pernikahan ini disetujui."

Keputusan dari sang papa membuat Kyomi terperanjat sampai tidak bisa berkata-kata. Tidak mengerti apakah sekarang harus merasa senang atau tidak. Ia menatap sang mama yang berseri-seri, Kashi yang mengacungkan dua jempol padanya dan sang papa yang mulai mengobrol dengan Aiman. Satu masalah di awal sudah berhasil diselesaikan.
.
.
.
Di Karyakarsa sudah bab 40. Sebentar lagi ending.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro