Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 3b

Raylee menatap bunga-bunga dan pohon bonsai dalam pot. Melambai tertiup angin yang sedikit kencang. Di tempatnya sekarang sedang musim gugur. Belum terlalu dingin untuk memakai jaket tebal, tapi sedikit menggigil kalau berkemeja lengan pendek. Ada sekitar sepuluh orang di dalam ruangan dan mengeliling meja panjang. Konferensi baru saja terjeda untuk break time. Masing-masing orang punya waktu 30 menit untuk istirahat.

Raylee minum kopi, dengan cracker ubi di piring kecil. Ia sedang menjaga pola makan, desert manis ataupun gorengan berkalori tinggi dihindarinya. Padahal, pelayan menyajikan kroket udang, bola daging keju, dan jamur saos krim yang terlihat lezat. Raylee menolak semua itu.

Ia menghela napas panjang, berusaha membuat dirinya sesantai mungkin. Pekerjaan dan rapat yang terus menerus membuat bahunya kaku. Ia tidak mengeluh sakit, karena mengerti tanggung jawabnya. Sebagai anak tertua, sudah semestinya bekerja keras demi perusahaan keluarga. Ia tidak ingin mengecawakan orang-orang yang sudah mempercayainya.

"Begitu proyek ini selesai, kamu dan Adara menikah."

Itu adalah desakan dari sang papa, setiap kali bertemu dengannya. Kata-kata yang membuat Raylee menjadi enggan di rumah. Bukan karena ia tidak menyukai Adara, tapi ingin menikah bukan karena desakan. Lagipula, kekasihnya sudah setuju dengan rencana mereka untuk menikah tahun depan.

Satu pesan muncul di ponselnya. Raylee membuka cepat. "Pak, apakah saya diijinkan untuk ke apartemen malam ini? Ada beberapa dokumen yang tertinggal di ruang kerja, Anda."

Pesan dari Aiman. Biasanya saat keluar negeri ia selalu membawa asistennya itu. Kali ini bersama dengan dua orang dari bagian pemasaran dan produksi karena Aiman sedang sibuk dengan proyek lain.

"Ya, ambil saja. Kunci apartemen ada di laci mejaku."

"Baik, Pak. Terima kasih."

Raylee menutup ponsel, kembali menatap taman sambil menguyah cracker. Seorang gadis berseragam menghampiri dan bertanya apakah ia mau mengisi ulang kopi. Raylee hanya mengangguk tanpa kata. Gadis itu tersenyum ramah dan ingatannya tertuju pada Kyomi. Ia menyadari satu hal lucu, semenjak kejadian mobilnya yang rusak, secara tidak sengaja menjadi terus menerus memikirkan Kyomi. Padahal, seharusnya ia membenci gadis itu. Pikiran tentang Kyomi bahkan lebih banyak dari pada lamunannya pada Adara.

Tomi mengatakan, sikapnya sangat berbeda saat berhadapan dengan Kyomi. Ia sendiri tidak tahu kenapa, tapi emosinya mudah tersulut setiap kali berhadapan dengan Kyomi. Gadis itu seolah punya seribu satu cara untuk membuatnya kesal. Ia sudah mengecek bengkel dan diperkirakan harga perbaikan tidak sampai sepuluh juta. Sebenarnya ada asuransi yang akan membayar biaya perbaikan, entah kenapa ia ingin memberi pelajaran pada Kyomi agar kedepannya lebih hati-hati. Padahal, aslinya ia bukan orang yang mudah peduli dengan orang lain, apalagi yang tidak dikenalnya. Coffe break berakhir, Raylee kembali menarik pikirannya ke arah pekerjaan. Tenggelam dalam kesibukan membuatnya lupa satu hal penting, mengabari Adara tentang rencana kedatangan Aiman ke apartemennya.

**

Selesai makan bakso, mereka memutuskan untuk pergi ke kampus. Kebetulan sedang ada pertandingan basket antar jurusan. Hari ini, tim basket fakultas seni sedang bertanding dengan tim fakultas hukum. Di lapangan sudah para cewek dan cowok berkumpul, maklum tim fakultas hukum memang terkenal karena dianggap tampan dan juga berasal dari keluarga kaya.

Kyomi berdiri diapit Raka dan Cahaya. Mereka berbisik-bisik sambil menatap penuh kagum pada cowok bertubuh tinggi dengan kulit kecoklatan dan rambut agak panjang melewati telinga. Ada sesuatu yang istimewa dari cowok itu selain tubuhnya yang tinggi, permainan basketnya yang hebat dan wajahnya yang memang tampan. Cowok itu bernama Renjiro, adalah ketua senat dan juga mahasiswa terpandai di fakultasnya. Renjiro menjadi idola banyak mahasiswa dan juga dambaan para cewek untuk dijadikan kekasih.

"Gue denger hari ini Ren naik Ferari ke kampus, gila, nggak, sih?" bisik Cahaya pada Kyomi.

Kyomi mengangguk. "Memang sangat keren. Bukannya dia orang kaya memangnya?"

"Kaya, sih, kaya. Tapi bawa Ferari ke sekolah kayak pamer aja," gerutu Raka.

"Lah, bilang aja situ ngiri. Adanya cuma mobil tua dan bukan Ferari," celetuk Jihan.

"Heh, kalian nggak tahu diri, ya? Kalau bukan karena mobil butut gue. Nggak bakalan ada yang antar kalian kemana-mana!"

Tidak ada yang mendengar protes kekesalan Raka karena saat itu Renjiro sedang mencetak angka. Lapanngan gegap gempita, suara suitan dan teriakan berbaur. Kyomi ikut bertepuk tangan, merasa sangat kagum dengan Renjiro. Harus diakui, kalau cowok itu memang pantas menjadi idola kampus.

Pertandingan berakhir dengan kemenangan telak berada di ntim fakultas hukum. Banyak mahasiswi yang berlomba menawarkan minuman pada Renjiro.

"Kayak gula dikerubungi semut," guma Bimali sambil menggereng.

Ada lima gadis yang kesemuanya memakai seragam cheerleader. Kelimanya sangat cantik dan bertubuh idela, tapi paling menonjol adalah Lyka dari fakultas kedokteran gigi. Tidak ada yang tidak mengenal Lyka karena dianggap primadona kampus, dengan tubuh tinggi, ramping, dan rambut kecoklatan menutupi punggung. Lyka adalah cerminan dewi kampus sebenarnya.

"Ada Lyka dan teman-temannya, alamat Renjiro tidak akan menyapa kita." Cahaya mendesah sedih.

"Emangnya lo kenal Renjiro?" tanya Raka.

Cahaya menggeleng. "Nggak, sih. Tapi, apa salahnya berharap buat ditegur. Namanya juga sesama mahasiwa kampus.

Jihan mengangguk cepat. "Betul itu, aku setuju."

Kyomi tetap bertepuk tangan meski pertandingan sudah berakhir. Ia menatap Renjiro tidak berkedip. Dadanya berdebar keras setiap kali melihat cowok itu. Pertama kalinya ia menyikai lawan jenis dan itu adalah Renjiro. Ia merasa kalau masa mudanya tidak akan berlalu sia-sia.

Bola basket menggelinding ke arah mereka dan terhenti tepat di antara kaki Kyomi. Kerumanan menyibak, Renjiro berlari ke arah mereka dan terlihat bersinar dengan wajah berkeringat tertimpa cahaya matahari. Kyomi mengambil bola di antara kakinya dan mengulurkan pada Renjiro.

"Hai, Kyomi. Apa kabar?" sapa Renjiro ramah.

Kyomi tersenyum. "Kabar baik, Ren. Pertandingan bagus."

"Lo lihat tadi?"

"Yes, dari awal sampai akhir." Kyomi mengacungkan dua jempolnya.

Renjiro tersenyum malu-malu, mengusap rambutnyayang basah. "Wah, gue seneng banget lo nonton. Kalau gitu, gue ganti baju dulu. Bye, Kyomi. See you."

"See you, Ren!"

Yang menatap percakapan akrab mereka bukan hanya teman-teman Kyomi tapi juga tim cheerleader. Mereka tidak percaya kalau gadis seperti Kyomi bisa mengeal seorang Renjiro.

Bimali membalikkan tubuh dan mengcengkeram leher Kyomi. "Ayo, bilang. Bagaimana lo bisa kenal Renjiro, hah!"

Kyomi tersedak. "Hei, mau bunuh gue, lo!"

"Iya, kalau lo nggak jujur!"

"Emangnya gue nggak boleh punya rahasia?"

"Nggak boleh!" jawab mereka serempak. Kyomi menggaruk rambut, mendesah bingung. Sebenarnya ada rahasia antara dirinya dan Renjiro yang tidak ingin dibaginya pada siapapun. Tapi sepertinya kini teman-temanya harus tahu. Ujung matanya menangkap pandangan Lyka yang seolah hendak mencabiknya. Bulu kuduk Kyomi meremang seketika.

Extra

Di suatu tempat paling sunyi di kampus, ada sepasang cewek dan cowok yang terbiasa bertemu secara diam-diam. Tidak ada yang mengetahui apa hubungan mereka, tapi keduanya menikmati saat bersama. Berada di perpustakaan yang sunyi, dengan si cowok membaca buku dan si cewek menggambar. Keadaan yang sunyi dan menyenangkan untuk mereka. Sudah berlangsung selama berbula-bulan saat tanpa sengaja mereka bertemu pertama kali di tempat ini.

"Gambar lo bagus, Kyomi."

"Terima kasih, Ren. Mau gue ikutin lomba."

"Great, gue dukung!"

Mahasiswa seni bersahabat dengan mahasiswa hukum dalam hubungan yang diam-diam dan mendebarkan.
.
.
.
.
Di Karyakarsa sudah bab 16

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro