Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Serpihan 2

"Myst," panggil Bu Yuli.

Mystina tak bergerak. Semua mata mulai beralih ke sosok Mystina yang sedang memandang jendela kaca di sisinya.

"Mysti," ulangnya. Namun karena Mystina tak kunjung sadar, Bu Yuli akhirnya teriak. "Mysti!"

Mystina tersentak. "Ya, Bu?" jawabnya. Mengatur posisinya juga raut wajahnya senormal mungkin supaya tidak terlihat seperti orang yang terlalu kaget.

"Ibu panggil bukannya ngejawab, malah bengong aja. Apa sih yang kamu lamunin?" tanya Bu Yuli jengkel. "Lagi jatuh cinta, ya?" godanya.

Kontan kelas menjadi riuh.

"Sst!" Gerald memberi kode. Diacungkan telunjuknya di depan bibirnya. Dan teman-temannya menurut. Kelas kembali hening.

Mystina menggeleng. Mukanya bersemu merah muda.

"Terus kenapa kamu bengong. Apa yang kamu lamunin?" desak Bu Yuli.

Lagi-lagi Mystina menggeleng.

Bu Yuli memiringkan kepalanya. Menatap murid pendiamnya baik-baik. "Oke," lanjut Bu Yuli akhirnya. Dia tahu kalau Mystina sudah pasti tidak akan menjawab pertanyaannya meski ditunggu siang malam. "Kerjakan soal berikutnya," perintahnya.

Mystina memperhatikan seksama papan tulis di hadapannya. Soal nomor satu sudah selesai dijawab. Soal nomor dua juga sudah. Berati soal nomor tiga yang harus diselesaikannya. Mystina bangkit dari bangkunya. Dia melangkah ke depan. Diambil spidol di meja guru lalu dibuka tutupnya dan siap menuliskan jawabannya.

"Jadi, siapa laki-laki yang kamu suka itu?" tanya Bu Yuli setengah berbisik. Namun suaranya masih tetap terdengar oleh siapapun yang duduk di barisan paling depan.

Mystina cepat menoleh ke samping. Dipandangi wajah Bu Yuli dengan serius. Lalu menggeleng perlahan. "Tidak ada, bu."

Sementara anak-anak di barisan depan mulai ramai kembali. Ada yang tertawa geli. Ada yang sibuk menjawab pertanyaan teman-temannya yang duduk di belakangnya karena tidak mendengar percakapan bu guru.

"Ssstt ...!" Lagi-lagi Gerald memberi kode. Sudah menjadi kewajibannya menertibkan kelas sebab posisinya yang dipercayakan sebagai ketua kelas saat ini.

Mystina mulai gelisah. Dengan cepat, dia berusaha menyelesaikan soal kimia yang disiapkan Bu Yuli sebagai latihan pemantapan.

"Suka pun nggak apa-apa, kok. Wajar. Justru kalau kamu nggak suka dengan lawan jenismu, itu baru aneh," kata Bu Yuli bijak.

Kelas mulai berdengung kembali.

"Tapi juga ada batasannya. Bukan berarti boleh lepas kendali, loh," lanjut Bu Yuli. "Bisa-bisa ibu yang dipanggil Pak Medi. Katanya, Bu Yuli sekarang ngajarin para siswa pacaran. Bukan pelajaran kimia lagi. Huuuft ...."

Anak-anak tertawa. Bu Yuli memang mengajar pelajaran kimia. Tapi caranya mengajar tidak kaku. Dia tahu benar, tidak semua siswanya menyukai pelajaran itu. Jadi, sering kali dia mengajar diselingi senda gurau. Bukan juga candaan yang mengejek atau menjelek-jelekkan satu sama lain.

"Sudah, bu." Mystina meletakkan spidolnya kembali di meja. Lalu kembali ke bangkunya.

Bu Yuli melihat pekerjaan Mystina. Dia tahu siswinya yang satu itu sangat pandai meski sangat pendiam. "Oke, soal berikutnya." Pandangannya diedarkan ke sekeliling kelas.

Mystina kembali menatap kaca jendela.

"Mysti," panggil Bu Yuli.

Semua pasang mata yang awalnya berpura-pura atau bahkan sengaja menghindari tatapan Bu Yuli, kini beralih melihat sosok yang baru saja disebutkan namanya. Mystina menoleh. "Ya, bu?"

"Oh, kamu sadar. Ibu kira kamu melamun lagi," candanya. Lantas tergelak.

Kelas kembali berdengung. Belum sempat Gerald memberi kode, Ibu Yuli sudah menyebut satu nama. "Aswin. Soal berikutnya," tunjuk Bu Yuli.

Kelas hening. Raut wajah Aswin berubah seketika. Tapi mau tidak mau, ia pun maju. Menatap kosong pada soal di papan tulis. Dan mulai berusaha mengerjakan.

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro