-02.1-
-I believe in annoyed at first sight.-
Celine mengaduh kesakitan sambil memegang erat punggung kakinya yang perih. Ia mengangkat tangannya dan mendapati tiga lubang kecil yang sedang mengeluarkan darah. Tidak banyak memang, namun cukup perih.
Perlahan-lahan, Celine duduk di atas kursi kemudian menarik beberapa helai tisu dari kotak tisu di atas meja. Ia menatap Christopher, yang sedang duduk dengan tenang sambil meraih kentang goreng dari atas meja kemudian mengunyahnya dengan pelan, dengan pandangan tidak percaya sambil sesekali berdecak lidah.
Ujung bibir kecil Christopher terangkat naik, dia menyeringai!
Celine segera mengalihkan pandangan dari Christopher sebelum amarah mencapai puncak kepalanya. Ia menyeka punggung kakinya agar tidak mengeluarkan darah lagi, kemudian duduk tegak. Celine menatap Christopher dengan pandangan penuh selidik. Christopher mengabaikannya, dia malah sibuk menyeruput cokelat susu dinginnya sampai mengeluarkan suara akibat minumannya yang sudah habis.
"Tolong jelaskan ke tante, kenapa kamu tusuk kaki tante dengan garpu?" mulai Celine. Ia menampilkan raut kesalnya yang sangat kentara, bermaksud untuk menakuti Christopher sehingga dia bisa berkata jujur. Kenakalan yang dilakukan Christopher tidak wajar, terlalu mengerikan untuk tindakan spontan yang bisa dilakukan anak seusianya.
Celine benar-benar merasa beruntung, bukan pisau roti yang sedang bertengger cantik di atas meja yang menusuk punggung kakinya. Ia tidak bisa membayangkan jika pisau itu yang jatuh kemudian tertancap pada kakinya... kemungkinan buruk yang akan terjadi adalah ia kehilangan kakinya.
"Chris gak tusuk kaki tante dengan garpu. Garpunya saja yang kebetulan jatuh di atas kaki tante," bohong Christopher.
"Jangan bohong. Tante lihat sendiri kalau kamu yang tusuk kaki tante," jelas Celine sambil memajukan tubuhnya, bermaksud untuk memberi kesan intimidasi. "Kamu juga ada lihat tante."
"Tidak. Chris tidak tusuk kaki tante dengan garpu." Christopher menggelengkan kepalanya. "Tante tahu gak?" lanjut Christopher.
Celine mengerutkan keningnya.
"Apa? Kamu saja belum bilang apa-apa, bagaimana tante bisa tahu?"
Christopher berkata dengan volume suara rendah, "kata papa... fitnah lebih kejam dari pembunuhan, Tante."
Celine kembali menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan Christopher. Perkataan yang mengandung konteks terlalu dewasa untuk dikenal Christopher. Apakah benar anak di depannya ini adalah anak kelas satu sekolah dasar?
"Anak nakal."
Christopher dapat mendengar dengan jelas gumaman Celine, "Chris anak baik, bukan anak nakal."
"Kamu memang anak nakal, kalau kamu anak baik.... Kamu gak akan tusuk kaki tante, kaki tante sakit, loh!"
Sebenarnya, Celine sedikit melupakan denyut sakit pada punggung kakinya karena sibuk berdebat dengan Christopher.
"Chris gak tusuk kaki tante!" Volume suara Christopher semakin meninggi, sehingga mulai menarik perhatian tamu-tamu lain. "Tante ada bukti?"
Celine mulai mengedarkan pandangannya pada langit-langit kafe. Ia sedang mencoba mencari keberadaan kamera CCTV pada setiap sudut kafe. "Itu ada CCTV!" kata Celine sambil menunjuk kamera CCTV putih yang ada di sudut perpotongan dinding.
"Mbak, apakah kami boleh lihat hasil rekaman CCTV itu?" tanya Celine pada pelayan yang berjalan melewati mereka.
Pelayan itu menghentikan langkah kakinya, "maaf, Bu. CCTVnya lagi rusak."
"Kalau yang itu bagaimana?" tanya Celine sambil menunjuk CCTV yang berada di sudut lain.
"Maaf, Bu. Yang itu memang tidak rusak, tapi saya tidak memiliki kewenangan untuk memperlihatkan hasil rekaman CCTVnya... harus tunggu atasan, sedangkan atasan sedang tidak ada di sini. Permisi, Bu." Pelayan itu berjalan pergi setelah meminta maaf pada Celine.
"Tante akan tunggu atasan mereka pulang, dan buktiin kalau kamu memang bersalah," kata Celine penuh tekad. Ia menusuk kasar potongan roti panggang di depannya.
"Apa yang akan tante lakukan ke video itu?"
"Akan tante upload ke Youtube!"
"Tante," panggil Christopher.
"Hm?"
Celine menatap Christopher yang juga sedang menatapnya. Jika diamati lebih jelas, Christopher memiliki wajah yang sangat lucu... kulitnya seputih susu dengan lingkaran merah pada tulang pipi.
Celine menggelengkan kepalanya dengan kuat ketika ia merasa hampir terjatuh dalam kelucuan Christopher. Ia menyadarkan dirinya, Christopher tidak selucu penampilan luarnya... Christopher adalah Chucky!
"Tante mau tidak jadi penemu Youtube?" tanya Christopher dengan wajah serius.
"Mau dong," jawab Celine antusias.
"Kenapa?" tanya Christopher lagi.
"Tante bisa jadi terkenal. Memangnya kamu tidak mau?"
"Gak mau," jawab Christopher singkat. "Gimana bisa terkenal kalau jadi penemu Youtube... nanti pas Chris upload video, gak ada yang like dan subscribe."
"Kenapa gak ada yang like dan subscribe?" tanya Celine sambil berpikir.
"Kan belum ada yang punya channel Youtube selain Chris."
Jawaban Christopher membuat Celine tergelak. Ia tidak pernah memikirkan kemungkinan itu. Memang ada benarnya juga perkataan Christopher.
"Tante setuju, kan?" tanya Christopher.
Celine menganggukkan kepalanya patuh, "iya, tante gak pernah kepikiran sampai di situ."
"Itu artinya tante bodoh." Christopher memandang Celine, kemudian mengeja, "b-o-d-o-h."
"Christopher!" pekik Celine, ia mengepalkan tangan di bawah meja. Sekesal apa pun, ia tidak boleh bermain tangan. Tidak ada kamusnya bermain tangan ketika kesal, yang ada hanya penyesalan.
"Ampun tante!" Christopher menutup matanya erat sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan, "Chris sudah bilang kalau Chris gak tusuk kaki tante pakai garpu. Bukan Chris... bukan..."
Perkataan yang keluar dari bibir kecil Christopher memunculkan raut bingung pada wajah Celine. Kenapa? Tapi ia memilih untuk tidak memerdulikannya kemudian melanjutkan perkataannya, "tante harap kafe ini punya CCTV supaya bisa menangkap basah kamu yang tusuk kaki tante pakai garpu."
"Chris gak bohong..."
Ada sesuatu yang aneh yang sedang terjadi. Semua keanehan itu dijawab oleh suara berat dari belakang tubuh Celine, suara Reinald.
"Apa yang terjadi?"
Reinald bertanya sambil mengarahkan pandangannya pada Celine, kemudian beralih pada Christopher, "Kenapa Chris?"
Reinald segera duduk di posisi semula kemudian memeluk Christopher dengan erat dari samping.
"Tante tuduh Chris tusuk kaki tante pakai garpu. Garpunya jatuh dan langsung tusuk kaki tante. Chris tidak bersalah, Papa," ujar Christopher. Terlihat air mata yang mengalir keluar dari matanya.
Reinald menenangkan Christopher dengan menepuk punggung kecil itu, sedangkan pandangannya terarah lurus pada Celine.
"Apa?" tantang Celine. "Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia tusuk kakiku dengan garpu."
Celine membuka mulutnya ketika Christopher menjulurkan lidah padanya, sedangkan air matanya tetap mengalir dengan lancar di saat bersamaan.
"Anakku tidak seperti yang kamu tuduhkan! Demi Tuhan, dia masih kecil. Bagaimana bisa dia memiliki pikiran jahat seperti itu?" tanya Reinald pada Celine.
***
Sambil menunggu, silahkan baca Help Me, Chris!
(kisah Christopher dan Cia--kelanjutan Sweetest Karma dan My Lovely Devils)
Follow akun IG :
sendlyanyourmails && christopherkurnia
Group Line : sendlyanyourmails [silahkan chat aku, dan aku akan invite]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro