Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

file 3 - 1005022

10/05
16.39

"Buka pintu!"

Sedang fokusnya mengerjakan pakai laptop, pintu kamar diketuk. Tiga kali ketukan. Masih dia belum berdiri, izin belum naik, gagang pintu sudah turun. Daun langsung terbuka. Seseorang berdiri di teras kamar, dari suaranya itu wanita, juga ada kain yang berkibar. Si laki-laki panik memakai kacamata seraya bangkit menghampiri. Dari samping, mukanya tampak pucat. Di depan situ sempat terjadi cekcok antara sang wanita.

"👆✍️⁉️"

"🙅😩🚫," jawab si laki-laki.

"🤦."

"🙈🤒."

"🤔🙄."

"🤷."

"😠😠😠."

"😭."

"💻📝❗"

"🏳️."

Perdebatan itu diakhiri dengan pintu yang dibanting dan alas kaki dientak-entakkan, dilanjutkan alas kaki susulan yang terburu-buru.

17.03

Waktu berikutnya tampak lorong dengan ujung adalah bagian depan kamar nomor 17. Dia naik dari bawah membawa kotak paket. Sesampainya, dia letakkan paket tersebut, lalu dengan pisau silet mengiris perlahan pada bagian plester, kemudian tutup dibuka, karton penahan disisihkan. Terlihat isi paket adalah sesuatu berjumlah banyak yang dibungkus tisu. Satu dari itu diambil, diputar penuh perhati, sambil diamati teliti. Setelah ketemu, itu dicapit, lalu tisu ditarik. Sesuatu itu diam di tangan kiri, sementara tisu diputar-putar terus sampai terbuka habis jadi gulungan kotor panjang.

Berkat kehati-hatian, tersibaklah sesuatu itu berwarna hijau, bentuknya batang, adalah stam buah naga berakar yang kering, kemudian pada ujungnya adalah kaktus tiga warna bentuk bulat yang penamaannya dari istilah kelopak daun telanjang. Selepas terbuka semua tisu, tanaman diletakkan ke kardus lain yang kosong, tentu pelan-pelan.

Tanaman-tanaman sukulen lain masuk tertata di kardus. Ada sukulen yang bentuknya mirip bunga, daun-daun pada untaian panjang yang merupakan tanaman gantung-gantungan, sukulen mirip kaktus, tetapi berduri sepasang sejajar adalah euforbia, dan sukulen mini lainnya. Sesudah seluruh isi paket selesai dibuka, sampah tisu dikumpulkan, kotak paket dikesampingkan, dia tepuk-tepuk tangan sampai debu beterbangan. Gawai di jendela nako diambil, sejurus kemudian dia tutup pintu.

17.45

Terdengar seruan untuk mengajak orang-orang yang menggema dari langit ketika matahari terbenam dan semburat jingga memenuhi bagian sana.

"Aduh, banjir lagi!" gerutunya menyusuri lorong tergenang. Suara air diinjak yang alirannya deras, timbul riak. "Siapa sih orang yang nyalakan pompa malah ditinggal tidur?"

Mengandalkan senter minim cahaya pada gawai, tangannya meraih-raih. Pertama-tama, dia berpegangan pada pagar, kemudian susur terus sampai di atas tangga, tangan menggapai tombol yang tergantung. Dinyalakanlah lampu luar. Terang sangat nyalanya memperlihatkan keadaan porak-poranda.

Air meluap dari bak di atas tangga, suara pompa memekakkan telinga, aliran tumpah-ruah hingga ke lantai bawah.

Namun, dia tidak mau urus, membiarkannya begitu saja. "Aku mulu yang matikan. Biar saja, deh. Sukulenku 'kan aman."

Ngomong-ngomong soal sukulen, tubuhnya terkesiap. Dia memulai sesuatu yang lain, buru-buru ke bagian teras atap yang jauh dari jangkauan lampu luar tadi. Walau hanya beberapa meter jaraknya, sudah gelap. Berkat senter gawai, bisa sedikit lebih jelas. Diperlihatkan barisan tanaman-tanaman sukulen dalam pot yang bermacam-macam, berbaris tertata di pinggir. Sampailah dia di bak air tertutup di bagian ujung, menyiapkan ember ke bawah keran.

Namun, saat tutup diputar, tidak ada yang keluar. Merasa aneh, dia menyorot pada bak di atas tangga sana, padahal air meluap-luap. Sementara pada bak yang disorot di sini, dari kerannya tidak ada isi yang mengucur.

"Jan kook!"

Dengan langkah tergesa bertambah kaki dientak-entak geram, dia balik badan setengah lari, menginjak genangan air yang bergerak, melepas sandalnya dan masuk kamar, tutup pintu.

20.00

Menampilkan kaki yang berselonjor dengan celana biru pendek dan tubuh bawah berbaring di atas ranjang kasur, dan tembok biru kosong itu, tetapi tampilan langsung dialihkan ke jendela nako. Bunyi logam berdenting keras, lalu bergetarlah kaca-kaca, bergesek seakan dipukul-pukul.

"Hanya truk lewat ...."

23.00

Ditemani suara-suara dari luar, lampu penerangan sedikit karena watt rendah, serangga-serangga terbang mengitari lampu. Diletakkan dari bingkai jendela di seberang nako, tampilan menunjukkan laki-laki duduk bersila menghadap laptop di meja. Jari-jemarinya menari pada papan ketik, perhatian menatap meneliti satu per satu apa yang ditulisnya. Dia tampak terburu-buru, sesekali menengok ke arah atas jendela nako yang satu bilah tertinggi terbuka, sesekali ke belakang bahwa angin masuk membuat jendela yang longgar sedikit bergoyang dan menimbulkan bunyi kaca yang diketuk-ketuk.

Namun, mendadak layar laptop memendarkan cahaya biru, disertai barisan tulisan putih, dan suara bising yang memekakkan telinga. Laki-laki itu terdiam paksa, mematung memandang laptopnya. Kemudian dia bangkit.

Berteriak-teriak dengan suara yang hampir habis, barang-barang di meja, juga bantal, guling, pisau, semua dilempar. Meja, tembok, ranjang, dan pintu, semua ditendang.

Dia kemudian membantingkan tubuh ke kasur, mengambil gawai di bingkai jendela dan mematikannya.

11/05
9.03

Pagi berikutnya, matahari bersinar cerah, cahaya masuk dari jendela berbilah dua pada tembok. Dari jendela itu, tampak pemandangan langit cerah, bangunan-bangunan berlantai ganda kukuh berdiri, dan atap-atap rumah yang kebanyakan dipakai untuk menjemur baju yang digantung pada hanger.

Dia dekatkan pot sukulen tasbih pada kosen jendela itu. Tanaman itu tampak bagus. Daun-daun hijaunya yang menjuntai di luar jendela tampak menari-nari diterpa angin lembut. Kaca bersuara diketuk-ketuk.

Dia ulurkan sebuah benda yang memantulkan sebagian cahaya matahari. Benda berujung tajam yang makin panjang ketika didorong. Ketika lebh dekat lagi pada angin yang menyelinap, suara bergolak tidak teratur akibat zat cair entah udara atau air, terus bergemuruh dari sana dan memenuhi telinga. Bercampur dengan denting logam dan sirene yang makin dekat.

Setalah itu, dia turun, beralih ke meja, terdapat buku catatan. Dia mengambil pena, mulai menulis. Di tengah jalan, air mata menetes-netes ke atas kertas, tinta pun merembes menyatu dengan halaman.

"Ketika aku bermimpi buruk dalam kejaran sulur sukulen dan sel-sel bakteri di udara". - Dihaw Miharbi

20.06

Malam itu mati lampu lagi, gelap teras luar, seisi kamar juga, kecuali bagian yang tersinari layar laptop. Dia pakai senter gawai, ditaruh di jendela nako lalu lanjut mengetik.

Tahu-tahu jendela nako bergetar hebat, menimbulkan suara diketuk-ketuk, lampu pada plafon bergoyang dan berkedip. Benda di atas meja jatuh sebagian.

Kemudian semua balik ke normal.

"Truk macam apa tadi yang lewat?" bisiknya dengan gemetar.

23.34

Ada yang mengetuk pintu. Dia nyalakan gawai dan senternya, menyebut waktu yang ditunjukkan, yaitu pukul 23.34.

Ada yang berisik di luar, seperti keresek, disertai suara giring-giring.

Menyadari sesuatu, dia langsung turun dari ranjang dan membuka pintu.

Suatu kelebatan lari menjauh. Dia arahkan senter gawai ke tempat kelebatan hitam itu menjauh.

Terlihat pot-pot sukulen berguling. Di antara barisan itu, tertangkap penampakan makhluk bermata sinar, kakinya empat, berekor dan berbulu oranye lebat.

"Ih! Kucing nakal!"

Dia kejar kucing itu yang langsung berlari, turun melewati anak tangga. Dalam herannya berkata keren amat kucing bisa turun tangga.

Namun, karena mati lampu, di bawah sana gelap sekali. Laki-laki itu ragu untuk lanjut mengejar. Akhirnya dia putuskan kembali, masuk ke kamarnya.

12/05
2.11

Dia terbangun dalam keadaan gelap gulita.

Daun pintu diketuk-ketuk lagi. Kepalanya langsung menoleh ke arah luar. Napas dihela berat. Mata memicing memeriksa.

Suara ketukan terdengar lagi.

Dia langsung bangkit ke arah selonjor, masih setengah sadar. Dengan tatapan mengantuk, memiringkan wajah guna memastikan. Dia tunggu, tak ada apa pun. Dia tunggu lagi, sekian lamanya.

Sesuatu terburu-buru. Gagang pintu turun. Langsung dia loncat dari kasur menuju pintu sambil mengambil pisau yang bilahnya masih terbungkus kertas. Daun dibuka.

9.13

"Bye bye!"

Tangan melambai ke arah kamera. Wajah yang bersih terlihat dari sorot matanya yang cerah di balik kacamata, walau pakai masker. Rambut hitam klimis, baju kemeja rapi, celana panjang bagus. Tas dicangklong. Dia siap meninggalkan kamar, mengunci pintu, lalu berjalan ke arah tangga turun.

Layar mengalami kegagalan kecil. Gelap terang bergantian, lalu menyatu, antara bagian-bagian terpisah hitam pula putih. Suara bising terdengar, dengan kurang lebih seperti obrolan.

###

(Ini sebenarnya di luar konteks, tapi gak papa deh)

"Skripsinya sampai mana?"

"Belum selesai," jawab si laki-laki.

"Hadeh."

"Hehe. Anu ... habis endak enak badan."

"Hah ... ? Bohong, ah."

"Entahlah."

"Mengecewakan, kamu bikin naik darah."

"Heee ...."

"Kerjakan pakai laptopnya sekarang!"

"Menyerah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro