Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Tawaran Menggoda


Wati menyeka keringatnya, lelaki ke sekian baru saja menggumulinya lalu pergi begitu saja. Terkadang ia mendapat tip kadang juga tidak. Para pelanggannya membayar tarifnya langsung pada mami Cila.

Wati beringsut dari ranjang lalu memakai pakaiannya yang berserakan di lantai. Pelanggannya barusan bermain cukup kasar hingga badannya terasa sakit.

Setelah merasa cukup rapi, Wati menuju ke pintu. Ditengoknya kasur yang berantakan ada selembar uang berwarna merah di sana. Rupanya pria muda yang menidurinya tadi memberi tip.

Lumayan buat jajan

Semenjak bekerja pada mami Cila, Wati bisa jajan di kantin dan sedikit memberi pada Adi adiknya. Tiap hari ia tetap berjualan nasi uduk dan gorengan di sekolah agar ibunya tidak curiga.

Wati menemui mami Cila di ruangannya. Begitu pintu itu dibuka mami Cila sedang ada di pangkuan seorang pria.

"Maaf, Mami. Saya ganggu."

Mami Cila menoleh sambil tetap melayani pelanggannya, "Aah ... Ada apa?" ucap mami sambil mendesah.

"Saya mau tahu hutang saya tinggal berapa?"

"Hutang kamu ... 1 juta lagi. Aargh!" Mami Cila menjerit nikmat.

Wati segera pergi dari ruangan mami Cila, ia merasa mengganggu kegiatan sang mami.

Satu juta lagi, itu artinya tidak lama lagi ia dapat keluar dari pekerjaan hina ini. Ada rasa senang di hati Wati. Setengah berlari ia pergi ke belakang menuju kamar mbok Parmi untuk mandi dan berganti pakaian.

"Seneng banget keliatannya,"

"Sebentar lagi utang aku lunas, Mbok."

"Syukurlah."

"Aku mandi dulu ya, Mbok."

"Jangan lupa pilnya diminum!"

"Iya, Mbok."

Tiap pagi setelah selesai melayani pelanggannya, Wati selalu mandi di tempat mbok Parmi dan beristirahat sejenak dan barulah ia pulang.

Mbok Parmi adalah wanita tua yang ditugasi mami Cila untuk memasak makanan bagi para pekerjanya. Ia kerap kali mengingatkan Wati untuk meminum pil kontrasepsi agar tidak hamil.

______

Seperti biasa Wati berdagang di kelasnya. Tidak ada teman-teman yang tahu apa pekerjaan Wati setiap malam minggu, hanya Salma yang tahu rahasianya.

"Masih jualan aja, Wat." Salma bicara sambil mengunyah bakwan yang dibeli dari Wati.

"Iya, kasian emak."

"Kan udah sering dapet tip."

"Aku gak mau emak curiga."

"Daripada cape jualan gini."

"Aku gak akan selamanya di sana. Begitu hutangku lunas aku akan berhenti."

"Mending tetap di sana, kerjaan enak dapet duit banyak. Kamu kerja satu malam bisa buat makan enak seminggu."

"Pokoknya aku mau berenti, kalo gak terpaksa aku juga gak mau. Dosa besar!"

"Sok suci!" Salma pergi meninggalkan Wati.

Salma adalah salah satu wanita malam yang bekerja pada mami Cila. Sama dengan Wati, Salma pun hanya bekerja di malam minggu. Kemiskinan membuatnya mengambil jalan pintas.

_____

Wati berjalan pulang dari sekolahnya, seperti biasa nasi uduk dan gorengannya habis tak bersisa. Hatinya terasa senang karena sebentar lagi ia akan terbebas dari pekerjaan hina itu.

Dari jauh Wati melihat orang-orang berkerumun di tepi jalan.

Ada apa ya? Wati penasaran.

Ia mempercepat langkahnya menuju kerumunan itu. Hatinya mengatakan ia harus tahu apa yang terjadi padahal biasanya ia sering tidak peduli jika ada keramaian.

"Ada apa, Pak?" tanya Wati pada seorang bapak yang ikut dalam kerumunan itu.

"Kecelakaan, tabrak lari."

Wati semakin penasaran, ia membelah kerumunan orang untuk tahu apa yang terjadi. Sampai di depan korban Wati melihat darah yang mengucur dari kepala korban dan ia mengenali siapa korban itu.

"Adi! Ini adik saya Adi," Wati berseru begitu mengenali adiknya.

"Sebentar lagi ambulans dateng, Mbak. Tunggu aja udah dilaporin kok."

Nafas Wati terengah-engah, air matanya mulai menetes. Dipegangnya tubuh Adi yang tak sadarkan diri.

______

Wati menatap dirinya di depan cermin. Ia mengulas wajahnya dengan bedak lalu memakai perona pipi dan bibir. Make up sederhana menghiasi wajah manisnya.

Kecelakaan Adi membuatnya kembali berhutang pada mami Cila dan akhirnya sudah 6 bulan ini ia menjadi pekerja tetap di tempat hiburan itu. Wati merasa tidak punya pilihan lain, lulus dari SMA ia sulit dapat pekerjaan hingga memutuskan untuk lanjut bekerja di mami Cila walau hutangnya sudah lunas.

Dandanan Wati yang tidak menor dan baju yang tidak terlalu terbuka justru menjadi daya tarik tersendiri. Pria-pria yang dilayani Wati merasa puas dan mereka sering kali kembali untuk mencarinya.

"Eva, dipanggil mami tuh!" Ambar rekan satu profesi Wati berkata.

"Iya, aku segera ke sana."

Selesai merapikan dirinya, Wati berjalan menuju ruang kerja mami.

"Masuk, Eva!" seru mami yang melihat Wati di pintu.

Wati duduk di kursi tepat di hadapan mami. Yang menghalangi mereka hanyalah sebuah meja kerja berwarna hitam.

"Ada apa, Mam."

"Mami seneng deh liat kamu, jam segini udah siap."

"Emang biasanya saya mulai jam segini."

"Semenjak kamu ada di sini tempat ini jadi lebih ramai di malam minggu. Pelanggan kamu juga sering nanyain kamu."

Para pria hidung belang yang menyukai Wati memang cukup banyak namun Wati membatasi hanya 2 pria tiap ia menjajakan diri. Itu membuat mereka harus antri karena Wati hanya datang di malam minggu.

"Mami punya tawaran buat kamu," lanjut mami.

"Apa?"

"Gimana kalo kamu di sini tiap malam dan seminggu sekali kamu boleh pulang ketemu ibumu?"

"Kasihan ibu saya kalau saya di sini terus menerus."

"Ibu kamu sudah tua, kalau penghasilan kamu memadai kamu bisa membahagiakan ibumu. Ia tidak harus jualan lagi, rumahmu bisa kamu perbaiki, adikmu bisa sekolah lagi di sekolah yang bagus, sekolah untuk anak cacat."

Wati terdiam, kondisi Adi kini tidak bisa jalan semenjak kecelakaan itu. Ia mengalami kelumpuhan.

"Lalu siapa yang merawat adik saya?"

"Kalau kamu punya uang kamu bisa bayar orang atau bahkan perawat untuk mengurusi ibu dan adikmu. Semua bisa diselesaikan kalo kamu punya uang banyak."

Tawaran mami Cila memang sangat menggoda namun hati kecil Wati menolak. Dosanya sudah begitu banyak.

"Mikir apa lagi sih kamu?! Kamu bisa dapet duit banyak. Dsini gak ada yang seberuntung kamu, banyak pelanggan mau diservis kamu. Mereka milih kamu daripada yang lain. Kalo kamu terima tawaran mami, pelanggan hepi keluarga kamu juga hepi, Aku lebih hepi " lanjut mami di hatinya.

"Saya ... bingung."

"Yaudah, kamu pikirin dulu tawaran mami. Tuh koh Ahong udah dateng nunggu kamu di tempat biasa." ucap mami ketus.

Tempat biasa yang dimaksud mami adalah sebuah ruangan entertainment yang berisi musik dan minuman keras. Wati biasa menemui mereka di sana sebelum akhirnya masuk ke kamar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro