9
Namun kini hanya tersisa kenangannya.
Karena Sano Yuri telah tiada dari muka bumi ini.
Mengenakan sweather bewarna hitam dengan celana panjang dengan warna serupa. Lelaki bernama Sano Manjirou itu membawa motornya ke suatu tempat untuk mengunjungi seseorang.
Setelah memamirkan motornya, ia melangkahkan kaki menyusuri area sembari pandangan matanya yang terfokuskan pada batu yang berjejeran. Hingga ia menemukan seorang yang akan dikunjunginya.
Berdiri di hadapan batu nisan yang terukir nama 'Sano Riana'
Yap benar. Adik dari Sano Manjirou yakni Sano Riana dinyatakan telah meninggal dunia dan hari ini genap satu tahun setelah hari kematiannya.
Sebuah insiden yang tidak diduga. Namanya juga takdir. Apa yang telah tertuliskan tidak akan berubah. Roda takdir terus berputar tiada henti. Kala itu sebuah kecelakaan terjadi dan menewaskan seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang tidak lain adalah adik dari Manjirou.
Ini terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.
Padahal sejam sebelum kecelakaan terjadi, Manjirou masih bersendau gurau dengan Riana di rumah. Namun siapa sangka saat berpamitan pergi belanja bulanan malah menjadi pamitan terakhirnya.
Manjirou tidak bisa menerimanya. Mentalnya yang lemah sudah berada di ambang batas. Dia bisa hancur kapan saja.
...
Lantas Manjirou mendudukkan diri di tanah dengan memandangi batu nisan milik adiknya. Sembari ia mengingat masa-masa yang ia habiskan bersama Riana.
Tersenyum kecut, lelaki itu memandang dengan tatapan kosong di matanya. "Hey, kapan aku bisa menjahilimu lagi?"
"Saat kau pulang nanti, ayo marahi aku seperti biasa," ujarnya masih dengan senyum yang sama, bermonolog di sana.
Namun tanpa sadar setetes air mengalir keluar membasahi pipinya. Dengan senyum yang belum pudar, wajahnya juga dihiasi oleh air mata yang terus menetes.
"Sampai jumpa lagi, Ana—!"
"Mungkin aku akan jadi orang jahat— haha... Akhirnya malah seperti ini..."
"Ana katakan... Aku harus apa?"
- END -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro